MAKALAH
SEKSUALITAS
KEHAMILAN
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Keperawatan Maternitas
Pembimbing Akademik: Ns. Niken Sukaesi,
M.Kep
Disusun oleh :
1.
Tertia
Rizki 12.05.078
2.
Ulil
Absor A 12.05.080
3.
Vita
Sulistyowati 12.05.082
4.
Yanti
Maria N 12.05084
5.
Yeni
Marlinda 12.05.086
6.
Yulinggar
Devinta M 12.05.088
7.
Tutut
Anjarsari 12.05.092
AKADEMI
KEPERAWATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2013/
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah kami dapat membuat makalah
perkuliahan Maternitas
yang sederhana ini. Dengan tujuan memenuhi tugas dari pembimbing kami yaitu Ns. Niken Sukesi, M.Kep selaku dosen mata kuliah Maternitas di STIKES WIDYA HUSADA
SEMARANG dan sebagai bahan pembelajaran kami. Penyusunan makalah ini dibuat
Penulis dalam rangka memenuhi tugas Maternitas Semester 4.
Penulis
menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum
Wr.Wb.
Semarang,
15 Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah, hubungan antara seksualitas dan
kehamilan serta kelahiran dan puerperium (6 Minggu pertama setelah pelahiran)
dipenuhi dengan stereotip budaya,
pandangan
umum yang tidak benar, mitos, dan beragam “tabu”. Keyakinan yang telah tertanam
begitu kuat mengenai sikap seputar seksualitas selama kehamilan menimbulkan
intrik. Kitzinger (1985) menekankan bahwa wanita hamil sering takut bila
hubungan seksual dapat mengakibatkan keguguran atau persalinan prematur, atau
entah bagaimana, menyebabkan gangguan pada janin sehingga mereka merasa bahwa
mereka sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual.
Bukti dari penelitian terhadap 158 wanita hamil yang
dilakukan oleh Oruc Et Al. (1999) menunjukkan bahwa ketakutan semacam ini mudah
tertanam dalam pikiran mereka. Oruc Et Al menemukan bahwa 24,5% sampel
melaporkan bahwa mereka menghindari hubungan seksualitas sepanjang kehamilan,
49,1% kadang kala menghindari aktivitas ini, dan 26,4% menyatakan bahwa mereka
tidak menghindari ktivitas ini sama sekali. Alasan menghindari aktivitas ini
diantaranya “dapat membahayakan bayi dalam kandungan” (49,1%), “dapat
menyebabkan aborsi” (25,2%),
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa diharapkan
mampu mengetahui dan
memahami tentang seksualitas pada kehamilan
2. Tujuan
Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami :
a. Definisi seksualitas kehamilan.
b. Macam – macam dimensi yang menyangkut seks kehamilan.
c. Perubahan fisik pada ibu hamil.
d. Masalah pada seksualitas kehamilan.
e. Posisi hubungan seksualitas selama kehamilan.
f. Fase perubahan seksualitas selama hamil.
g. Kondisi
kehamilan yang sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual
h. Cara efektif mengembalikan seksualitas pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang
berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan
perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Persetubuhan
atau hubungan seksual artinya secara prinsip adalah tindakan sanggama yang
dilakukan oleh manusia. Akan tetapi dalam arti yang lebih luas juga merujuk
pada tindakan-tindakan lain yang sehubungan atau menggantikan tindakan
sanggama, jadi lebih dari sekedar merujuk pada pertemuan antar alat kelamin
lelaki dan perempuan (Andrews, 2009) .
Kehamilan adalah
salah satu dari tiga periode dalam kehidupan wanita saat ia mengalami perubahan
hormonal yang penting. Periode pertama adalah menarche (yaitu masa pertumbuhan hingga usia bisa mengandung) ;
kedua adalah masa kehamilan (yang biasanya juga terjadi pada usia muda) ; dan
yang ketiga adalah masa menopause (Widdowson, 2001) .
Seksual pada Kehamilan adalah salah satu kebutuhan
biologis manusia adalah kebutuhan untuk melakukan hubungan seks. Hubungan seks
diibaratkan seperti suatu kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga dan otak
yang fit serta stabil. Perubahan lain yang dapat terjadi pada aktivitas seks
adalah pada masa hamil. Keinginan berhubungan seksual pada waktu hamil sebagian
besar tidak berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat, berkaitan dengan
meningkatnya hormon estrogen. Apakah seks aman dilakukan pada waktu hamil ?
Yang dimaksud aman disini tentunya adalah keamanan buat sicabang bayi. Untuk
itu kita harus mengetahui sudah memasuki stadium mana kehamilan tersebut.
Berhubungan seks pada kehamilan itu boleh dilakukan dan tidak ada masalah tapi
pada kasus-kasus tertentu ibu hamil dilarang atau harus membatasi untuk
melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Kasus-kasus kehamilan tersebut
antara lain: riwayat kelahiran premature, ancaman keguguran, keluar cairan dari
vagina yang tidak diketahui penyebnya, penyakit menular seksual,plasenta
previa,dan lain-lain. Oleh karena itu hubungan seks waktu hamil, bukan
merupakan halangan. Seorang wanita sehat dengan kehamilan normal bisa terus
berhubungan seks sampai usia kandungannya mencapai 9 bulan, tanpa perlu takut
melukai diri sendiri atau janinnya. Sebab, janin dilindungi rahim dan cairan
ketuban di dalam rahim dan otot-otot kuat di sekitar rahim melindungi bayi dari
guncangan. Bayi juga terlindung dari penetrasi penis karena adanya lapisan
lendir tebal yang melindungi leher rahim dan membantu mencegah infeksi (Bahiyatun, 2009) .
Seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis
kelamin disebut dengan seksualitas. Menurut Masters, Johnson, dan Kolodny
(1992), seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya
adalah dimensi biologis, psikologis, social, dan cultural (Kusmiran, 2012) .
B.
Macam – Macam
Dimensi Yang Menyangkut Seksualitas
1) Dimensi Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas
berkaitan dengan anatomi dan fugsional alat reproduksi atau alat kelamin
manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia.
2) Dimensi Psikologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat
dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual sesuai dengan identitas,
jenis kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi,
emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, serta bagaimana
dampak psikologi dan keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.
3) Dimensi Sosial
Dimensi social melihat bagaimana seksualitas muncul
dalam relasi antar manusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan tuntutan peran dari lingkungan social, serta bagaimana sosialisasi
peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.
4) Dimensi Kultural dan Moral
Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya
dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas yang berbeda dengan Negara
barat. Seksualitas di Negara-negara barat pada umumnya menjadi salah satu aspek
kehidupan yang terbuka dan menjadi hak asasi manusia. Berbeda halnya dengan
moralitas agama, misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak
tuhan sehingga penggunaan dan pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-noma
aga yang sudah mengatur kehidupan seksualitas manusia secara lengkap.
C.
Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil
1.
Kulit
Perubahan
kulit yang disebabkan berbagai fakor seperti peningkatan hormon estrogen,
progesteron dan adanya peregangan kulit akibat kian membesarnya tubuh.
Perubahan kulit tersebut sering membuat calon ibu merasa tidak nyaman dan
kurang percaya diri.Pada dasarnya, kulit mempunyai kemampuan beradaptasi
mengikuti perubahan itu. Sebutannya, daya elastisitas kulit. Namun pada
ibu hamil, elastisitas kulit sudah dipaksa mengembang sampai level maksimum
untuk mengakomodasi pertumbuhan janin, sehingga kulit "berteriak" dan
perawatan ekstra memang perlu.
a. Masalah kulit ibu hamil:
1) Jerawat :
Banyak
dialami ibu hamil akibat perubahan hormon. Biasanya muncul di trimester pertama
karena produksi hormon estrogen meningkat. Biasakan membersihkan wajah sehabis
bepergian.
2) Hiperpigmentasi
:
Atau
perubahan pigmen dengan derajat berbeda-beda. Inilah penyebab melasma atau
topeng kehamilan, yaitu lapisan kehitaman yang menodai pipi, dahi, hidung,
ketiak, daerah genital, paha dan pusar. Semakin parah jika Anda terlalu lama
terpapar sinar matahari.Karenanya, tetaplah gunakan tabir surya.
Hiperpigmentasi umumnya hilang sendiri paling lama satu tahun setelah bersalin.
3) Gatal dan Iritasi
Akibat
pergesekan kulit ketika berat badan Anda bertambah. Muncul di lipatan-lipatan
seperti di bawah payudara, perut, selangkangan dan ketiak. Iritasi itu juga
menyebabkan rasa gatal sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil.Rasa gatal
bertambah parah bila daerah iritasi digaruk. Ujung-ujungnya, menimbulkan
infeksi. Untuk mengurangi gatal, oleskan body lotion atau body butter. Namun
jika tidak mempan, tampaknya perlu pengobatan dari dokter.
4) Stretcmark :
Tanda
parut berupa gurat-gurat putih di permukaan kulit. Penyebabnya, karena
peregangan kulit secara cepat, seperti pada kehamilan atau naiknya berat badan
secara drastis sehingga merusak jaringan di dalam kulit akibat kulit mengalami
peregangan berlebihan. Selain di dinding perut, stretchmark juga bisa muncul di
lengan atas, pinggul, paha, bokong dan payudara. Stretchmark karena kehamilan
umumnya berwarna merah jambu dan lebar, kemudian berangsur berubah menjadi
garis tipis warna putih atau kecokelatan. Oleskan krim pelembap untuk menjaga
elastisitas kulit.
5)
Selulit :
Muncul di
permukaan kulit berupa gelombang bak kulit jeruk.Umumnya terjadi di paha,
bokong, perut, pinggul, betis dan lengan. Selulit pada ibu hamil terjadi akibat
peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron secara drastis, sehingga
tubuh menghasilkan ekstra lemak yang disimpan untuk melindungi janin.
6) Linea Nigra :
Alias
garis kehamilan berupa gurat perut berwarna kecokelatan yang membujur vertikal
mulai dari pusar ke bawah.Garis itu terjadi karena perubahan hormon selama
kehamilan yang meningkatkan produksi melanin. Setelah melahirkan, linea nigra
yang berwarna gelap akan berubah menjadi lebih terang.
7) Payudara(mammae)
Payudara mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sebagai persiapan memberi ASI pada saat laktasi. Mamma akan memembesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesteron akan tetap belum mengeluarkan air
susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron
menambah sel-sel asinus pada mamma. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan
sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel –sel sehingga terjadi
pembuatan kasein, laktalnumin dan laktoglobulin untuk persiapan laktasi. Dibawah
pengaruh progeteron dan somatomammotropin , terbentuk lemak disekitar
kelompok-kelompok alveolus sehingga mamma menjadi lebih besar. Pada kehamilan
12 minggu kolostrum. Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan, pengeluaran
air susu belum berjalan oleh karena prolaktin ini ditekan oleh PIH
(prolactineinhibiting hormone).
Ketika seseorang hamil atau menyiapkan diri untuk menyusui,
maka ukuran payudara secara otomatis akan membesar. Berikut adalah perubahan
payudara pada ibu hamil :
a) Trimester pertama :
Pada tahap awal kehamilan ini aerola
payudara akan berwarna lebih gelap dan warna puting menjadi lebih dalam
sehingga nantinya memudahkan bagi bayi untuk menemukan sumber makanannya.
Selain itu meningkatnya kadar hormon akan merangsang pertumbuhan dan perluasan
dari lobulus payudara yang merupakan penghasil susu.
b)
Trimester
kedua :
Pada tahap ini payudara mulai
memproduksi dan menyimpan susu yang disebut dengn kolostrum, yaitu cairan
kental berwarna kekuningan yang akan memberikan makanan bayi selama beberapa
hari pertama kelahiran. Kolostrum ini juga mengandung zat yang bisa
meningkatkan kekebalan tubuh serta melindungi bayi dari infeksi. Pada minggu
ke-16, payudara sudah siap untuk menyusui. Kondisi ini untuk meningkatkan
kesempatan bgi bayi premature agar bisa bertahan hidup yang mengandung tinggi
protein, zat besi, sodium, lemak dan sifat anti-infeksi. Pada minggu ke-24,
aliran darah ke payudara akan berlipat ganda dan akan terus stabil sampai
kelahiran. Hal ini untuk mendukung produksi susu secara berkelanjutan.
c) Trimester ketiga
Di dalam alveoli payudara sel kecil
yang berfungsi memproduksi susu mulai berkembang biak dan akan bekerja terus
hingga akhirnya penuh dengan kolostrum.
2.
Organ
reproduksi
a.
Uterus
(rahim)
Uterus akan membesar pada awal kehamilan
di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos dan serabut-serabut kolagen
jaringan uterus menjadi higroskopis.Uterus yang semula sebesar telur ayam atau
beratnya 30 gr menjadi seberat 1000gr pada akhir kehamilan.
Pada minggu I isthmus uteri
mengalami hipertropi, bertambah panjang serta lunak (soft) sehingga pada
pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh yang disebut Tanda
Hegar.Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan perkembangan janin
menyebabkan isthmus uteri makin tertarik ke atas dan menipis membentuk segmen
bawah rahim (SBR).
Pertumbuhan rahim ternyata tidak
sama ke semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi
plasenta sehingga uterus bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama
disebut Tanda Piskacek. Perimbangan hor,onal yang mempengaruhi uterus yaitu
estrogen dan progesteron sering terjadi perubahan konsentrasi sehingga
progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi uterus yang disebut
Tanda Braxton Hicks.
b.
Serviks
Uteri
Peningkatan hormon estrogen
danprogesteron menyebabkan serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak
(soft) disebut Tanda Hegar.Pada korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan
otot sedangkan serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat kolagen, hanya 10%
jaringan otot.Hal ini memungkinkan serviks terbuka mengikuti tarikan-tarikan
korpus uteri ke atas dan tekanan bagian bawah janin sehingga terjadi pembukaan
lengkap pada kala I persalinan.
c.
Vagina
dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami
peningkatan vaskularisasi karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah
dan kebiru-biruan (Tanda Chadwicks).Mukosa vagina jadi lebih tebal, otot vagina
mengalami hipertrofi dan terjadi perubahan susunan jaringan ikat di sekitar
sehingga vagina mudah berdilatasi dan dapat melewatkan janin pada waktu partus.
d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih
terdapat korpus luteum graviditis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira
kehamilan 16 minggu yang mengambil alih sekresi estrogen dan progesteron.
PENGARUH
HORMONAL SELAMA KEHAMILAN
Androgen
|
Prolaktin
|
Esterogen
|
Oksitosin
|
Progesterone
|
Setelah kehamilan 28 minggu
terdapat peningkatan free testosterone.
Meningkatkan dorongan seksual wanita
hamil.
|
Berperan dalam proses produksi asi
dan laktasi
|
Meningkatkan dorongan seksual,
sensitive, dan dapat menyebabkan rasa nyeri karena hubungan seksual
|
Keterikatan romantic pada manusia
dewasa.
Memudahkan orgasme.
|
Memberikan efek hambatan
dorongan seksual apda ibu hamil.
|
D.
Aspek Emosi Terkait Seksualitas Saat Masa Kehamilan
Trimester
I
|
Trimester
II
|
Trimester
III
|
-Perubahan perasaan dimana peran wanita berubah menjadi peran seorang ibu.
-Rasa takut akan terjadinya
keguguran menyebabkan rasa tidak nyaman dalam berhubungan seks.
|
-Rasa takut akan keguguran mulai
berkurang.
-Mulai terfokus pada Body Image
-Sulit menerima perubahan berat
badan yang semakin bertambah
|
-Perubahan bentuk tubuh yang nyata
rasa tidak atraktif pada wanita.
-Dan kurangnya percaya diri
|
E.
Masalah Pada
Seksualitas Kehamilan
Banyak isu seksual dapat dihadapi
pasangan selama kehamilan. Masalah seksual yang bersifat disfungsional meliputi dispareunia ( nyeri saat berhubungan
seksual ), perubahan dan konflik dorongan seksual, dan disfungsi ereksi pada
pria. Isu lain dapat berhubungan dengan respons erotis, dan kurangnya hasrat
seksual , respon menyusui dan respon erotis, kurangnya gairah atau dispareunia
selama periode pascapartum. Sebanyak 50% pasangan Amerika diperkirakan
mengalami disfungsi seksual (
Dunnihoo,1992 ).
1. Kurangnya
Hasrat Seksual dan penghindaran Terhadap Seks.
Hasrat seksual atau ketertarikan dan frekuensi
seks, sangat bervariasi pada manusia. Ketika hasrat seksual secara
terus-menerus rendah atau dihalangi, sampai mengganggu hubungan seksual, hal
itu menjadi disfungsi seksual ( Hyde,1990; Byer
et al, 1988 ). Seseorang yang memiliki hasrat seksual rendah biasanya
menhindari situasi yang menimbulkan perasaan seksual. Saat berada pada situasi
yang menggairahkan secara sektual, mereka sering merasa sedikit respons seksual
atau dapat memiliki perasaan negative yang tidak menyenangkan. Hasrat seksual
yang rendah adalah gangguan yang semakin sering muncul dan dapat menjadi
disfungsi seksual yang paling sering terjadi.
Ketakutan membahayakan janin atau ibu
dapat menyebabkan beberapa pasangan menhindari hubungan seksual selama kehamilan.
Kelahiran bayi abnormal sebelumnnya dapat mendasari ketakutan ini. Hasrat
seksual dapat berkurang pada salah satu pasangan akiat perubahan fisik dan
emosi kehamilan dan periode pascapartum. Bagi pasangan yang terbiasa melakukan
hubungan seksual secara teratur,
pantangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan konflik atau distress
emosional.
Terapi berfokus pada identifikasi
penyebab hasrat seksual yang rendah dan menguranginya jika mungkin. Terapi ini
dapat mencakup terapi seks jangka pendek, konseling, atau psikoterapi. Ketika
terjadi ketidaksesuaian hasrat seksual, terapi mencakup pengenalan dan
penerimaan perbedaan, mengadptasi praktek seksual untuk masalah hubungan.
Intervensi keperawatan meliputi
memperbaiki informasi yang salah tentang bahaya terhadap janin atau ibu dan
pendidikan tentang perubahan kehamilan dan periode pascapartum. Perawat harus
mendorong diskusi tentang kebutuhan seksual dan membantu pasangan menemukan
praktik seksual yang memuaskan kedua belah pihak. Hubungan seksual tidak
bermasalah, bahkan pada kehamilan akhir jika tidak ada komplikasi. Setelah
ketuban pecah atau persalinan dimulai atau jika terjadi perdarahan per vagina,
hubungan seksual harus dihindari untuk mencegah kemungkinan organism yang
memulai kontraksi uterus. Pasangan ini juga harus diberi konsultasi untuk
menghindari rangsangan oral atau manual yang dapat menghasilkan orgasme dan
memulai konraksi premature.
2.
Perubahan dalam dorongan seks
Perubahan respons seksual wanita biasa
terjadi selama kehamilan dan sangat berbeda antara satu wanita dengan dengan
wanita lain. Pada awal kehamilan, beberapa wanita mengalami peningkat
sensualitas, lebih meningkat seks, dan sering kali mencarinya. Tingkat indera
umum mereka dapat meningkat dengan bertambahnya kesadaran dan daya tanggap
terhadap rangsangan. Wanita lain mengalami penurunan dorongan seksual selama 2
sampai 3 bulan pertama gestasi, sering karena
mual, kembung ,nyeri payudara, keletihan dan banyak perubahan fisik lain
yang terjadi selama kehamilan.
Saat kehamilan mencapai titik tengah,
penungkatan seksual itas menjadi lebih umum. Banyak wanita melaporkan
peningkatan perasaan erotis dan lebih tertarik dalam seks. Beberapa individu
bahkan melaporkan mengalami orgasme pertama mereka. Beberapa kondisi ini dapat
dijelaskan dengan perubahan fisiologis kehamilan, termasuk peningkatan
vaskularitas dan vasokongesti panggul, yang meningkatkan pembentukan platform
orgasmic yang efektif.
Calon ayah juga mengalami faktor psikologi
dalam kehamilan yang mirip dengan calon ibu. Ayah dapat mengalami gejala fisik,
mengalami periode stabilitas emosi dan kesejahteraan yang berganti dan masa
ansietas, ketakutan yang tidak dapat dijelaskan, dan kompulsi.
3. Dispareunia
selama kehamilan.
Dispareunia (nyeri saat hubungan
seksual) selama kehamilan dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Tekanan pada
abdomen yang hamil dapat menyebabkan ketidaknyamanan umum. Daya dorong penis
yang dalam dapat menyakitkan jika terdapat kongesti pelvis, saat bagian
persentasi berada jauh di dalam panggul, atau saat posisi dianggap meningkatkan
tekanan. Meskipin sekresi vagina meningkat selama kehamilan, pada beberapa hal,
dapat terjadi rublikasi yang relatif kurang karena rangsangan yang tidak
adekuat sehingga menebabkan ketiknyamanan selama bersanggama. Iritasi perineum
atau introitus, sekunder akibat vaginitis, menyebabkan rasa terbakar atau nyeri
saat penetrasi dan selama bersanggama. Kram dan nyeri punggung dapat terjadi
setelah koitus akibat peningkatan vasokongesti saat gairah seksual yang
kombinasikan dengan kehamilan. Orgasme dapat memulai kontraksi Braxton hicks,
yang dapat berlanjut dan menyebabkan nyeri hebat. Nyeri setelah koitus dapat
muncul akibat kurangnya orgasme untuk membantu menghilangkan kongesti pelvis
yang terkait dengan tingkat plateau gairah seksual. Jika wanita mengalami
konflik tentang bersanggama saat hamil, mungkin ada hubungan psikologis dengan
dispareunia.
4.
Disfungsi ereksi pada pria selama
kehamilan.
Hampir semua pria,pada suatu saat atau
saat lain, gagal mengalami ereksi selama melakukan hubungan seksual. Namun, hal
ini tidak menunjukan disfungsi yang signifikan. Kegagalan ereksi ini biasanya
dihubungkan dengan kesedihan, keletihan atau preokupasi atau meminum terlalu
banyak alkohol. Terkadang, pria tidak mampu mencapai atau mempertahankan ereksi
selama kehamilan pasangan mereka. Kondisi ini adalah tipe disfungsi ereksi
sekunder. Disfungsi ini dapat menjadi fenomena situasional tanpa akibat jangka
panjang, atau dapat menunjukan masalah psokologis yang lebih signifikan dengan
disfungsi seksual. Saat pria mengalami pergolakan emosional selama kehamilan,
dalam waktu tertentu karena proses psikologis, mereka menjadi tidak tertarik
terhadap seks. Bagi sebagian pria, pemunculan kembali hubungan maternal dan
proyeksi hubungan ini kepada istri mereka yang hamil menciptakan konflik yang
mengganggu respons erotis. Jika tubuh wanita dianggap tidak menarik, gairah
seksual dapat terhambat. Hal ini juga dapat terjadi jika pria takut mencederai
ibu atau janin atau jika ia merasakan pengenalan yang mendalam terhadap
pasangannya seolah-olah ia mengalami kehamilan itu sendiri.
Ketidak mampuan untuk mencapai ereksi
pada saat hubungan seksual selama kehamilan tidak menunjukan masalah seksual
yang signifikan. Harapan terhadap performa pria menciptakan tekanan yang sangat
besari pada pria dan sering memperbesar rasa takut akan ketidak mampuan. Hal
ini lebih jauh mengganggu gairah seksual sehingga meneruskan kesulitan dalam
mencapai atau mempertahankan ereksi. Pria dianggap mengalami disfungsi ereksi yang signifikan jika ia tidak dapat
mencapai ereksi penis dalam 25% dari usaha seksualnya.
(Reeder,
2011; Andrews, 2009)
F.
Posisi Hubungan Seksual Yang Aman Selama Kehamilan
Hati
- hati bercinta dengan pasangan jika pasangan anda sedang hamil muda. Jika
pasangan tengah hamil tua, dengan kondisi perut yang membesar sering terasa
berbeda dari sebelumnya atau di saat istri belum hamil, umumnya ini terjadi
karena munculnya perasaan takut atau khawatir yang sebenarnya tak beralasan,
kadang kekhawatiran itu terjadi karena perasaan tidak nyaman terhadap kondisi
perut sang istri yang membesar. Berhubungan intim saat istri hamil itu boleh
dilakukan, karena tidak akan menyakiti janin, tentu saja dengan catatan
kehamilan istri tidak sedang ada masalah ataupun sedang ada gangguan. Walaupun untuk bercinta bisa
dilakukan untuk mereka yang tengah berbadan dua, namun perlu mengatur posisi
yang tepat. Berikut ada beberapa posisi hubungan
seksual selama kehamilan :
1.
Posisi Tidur Miring
Posisi ini sang istri harus menarik kedua
kakinya sehingga pahanya berada di sudut tegak lurus dengan badannya. Sedang
suami tidur menyamping tepat di belakang istri.
2.
Posisi Balap Kuda
Posisi
ini, istri banyak memegang peranan, Lakukan posisi ini dengan cara suami duduk
meluruskan kedua kakinya, lalu istri duduk membelakangi suami sambil merapatkan
panggul. setelah itu kedua paha istri mengapit panggul suami. Posisi ini
dijamin tidak menekan perut yang sudah membesar.
3.
Posisi Tempel Sendok
Ini
merupakan posisi yang pas karena tidak membuat Anda kelelahan. Caranya, Anda
dan suami tidur menghadap arah yang sama, Anda memunggungi suami. Lakukan
dengan jarak serapat mungkin agar penetrasi dapat dilakukan.
4.
Posisi Silang
Jika
ingin menerapkan gaya ini, kedua pasangan duduk bersama diranjang, istri duduk
di atas kaki suami, kaki direntangkan hingga kaki suami berada di bawah kaki
istri. Lalu kaki istri ditekankan pada perut suami untuk memudahkan penetrasi.
5.
Posisi Duduk di Kursi
Suami
duduk di kursi dan pasangan duduk dipangkuan dengan posisi berhadapan.
6.
Posisi
wanita diatas
Posisi ini yang paling
nyaman untuk kebanyakan ibu hamil, terutama karena wanita dapat mengontrol kedalaman
dan kecepatan penetrasi.
7.
Posisi duduk
Posisi ini biasanya dilakukan pada
kehamilan pertengahan atau lanjut ketika tidak memerlukan banyak gerakan. Pria
duduk dan wanita duduk di atasnya saling berhadapan atau membelakangi pria bila
perut sudah sangat besar. Posisi ini juga memungkinkan wanita untuk mengontrol
kedalaman dan kecepatan penetrasi.
Dalam
penelitian (healthday, 2008) 39% ibu hamil jarang bertanya tentang seks saat
hamil.27% wanita melahirkan mendapatkan nasihat untuk tidak berhubungan seks.
10% wanita hamil tidak mengerti tentang cara yang aman dalam berhubungan seks.
Sexual desire pada wanita hamil banyak mengalami penurunan secara gradual dan
perlahan aktifitas seksual sejalan dengamn berkurangnya keinginan, kemampuan,
dan kenyamanan dalam melakukan senggama.
G.
Fase Perubahan Seksual Saat Hamil.
1.
Fase Pertama (0-12 minggu)
Sebagian wanita mengalami mual
muntah, fatigue, nyeri payudara, takut akan terjadinya keguguran, perubahan
gaya hidup dan peran wanita sebelum hamil ke masa awal kehamilan. Hal ini
menyebabkan penurunan dorongan seksual.
2.
Fase Kedua (12-32 minggu)
Wanita
pada umumnya telah menyeuakan pada keadaan fisik dan psikologis
kehamilan.Vaskularisasi pelvic meningkat, dan organ seksual menjadi lebih
sensitive, serta gejala mual dan munt5ah mulai berkurang.Hal ini menyebabkan
peningkatan dorongan seksual.
3.
Fase Ketiga (32-36 minggu)
Fase ini
di tandai dengan adnya dorongan seksual yang fluktuatif. Terdapat periode
dimana terdapat dorongan seksual yang intend an periode tentang perhatian
wanita terpusat pada bayi dan kelahiran.
4.
Fase Keempat (> 36 minggu)
Dorongan seksual cenderug turun
karena perasaan lelah khawatir akan kelahiran. Bayi menjadi lebih berat dan menekan
bagian pelvik wanita dan menimbulkan ketidaknyamanan.Banyak wanita merasa
hubungan intim lebih sulit dan tidak nyaman sehubungan dengan posisi yang
berubah.
Sejarah dengan kemajuan kehamilan,
pasangan mengalami perubahan citra tubuh dan konsep diri. Sebagian besar
pasangan menemukan kesenangan pada perubahan ini dan menikmati pengembangan
sensasi diri. Terkadang perubahan fisik kehamilan ini dapat menyebabkan konsep
diri negative atau citra tubuh negative, yang dapat menyebabkan emosi wanita
dan fluktuasi respons seksual selama waktu ini dapat membingungkan wanita dan
pasangannya. Berikut adalah
perubahan dorongan seks pada kehamilan :
1. Selama trimester pertama
Beberapa perubahan fisiologis pada
wanita juga memengaruhi dorongan seksual sehingga memunculkan ketakutan dan
ansietas yang berkaitan dengan hubungan seksual : perasaan penuh pada panggul
dan rasa sakit menusuk pada ligamentum teres uteri yang terkadang menyebabkan
ketidaknyamanan selama berhubungan seksual; kadang-kadang terdapatnya bercak,
yang umum terjadi;dan sensasi berbeda yang di alami sebagai respon terhadap
penetrasi penis yang dalam akibat
pembesaran uterus yang lunak.preokupasi dengan ketidaknyamanan, ketakutan , dan
perasaan sensasi yang berbeda ini dapat menyebabkan perubahan yang tidak
diperkirakan dalam hasrat sesksual dan penurunan respon orgasmik. Jika terlalu banyak perubahan dari
biasanya, kedua pasangan dapat menjadi khawatir.
Intervensi meliputi memberikan udukasi
kepada pasangan tentang hal-hal berikut:
a) Perubahan
fisiologis normal.
b) Perubahan
yang diperkirakan terjadi dalam respon seksual.
c) Hubungan
seksual tidak mengancam kehamilan dalam keadaan normal.
d) Kelanjutan
aktifitas seksual mereka yang biasa jika tidak ada masalah patofisiologi.
Setiap pasangan dapat menggunakan teknik
berbeda dalam perangsangan seksual dan pelepasan orgasme selama
kehamilan.teknik seksual mungkin perlu dimodifikasi karena adanya peningkatan
sensitifitas paayudara dan alat kelamin wanita. Saat sekresi wanita meningkat
dan karakternya berubah, ia harus diajarkan bahwa mempertahankan hygiene
sehari-hari dapat menghindari bau penyerta yang tidak sedap. Inveksi vagina,
yang baisa terjadi selama kehamilan, juga dapat menyebabkan iritasi dan bau.
Perawat dapat memberikan informasi tentang pencegahan dan terapi inveksi vagina
seperti yang di tentukan oleh dokter atau bidan.
2. Pada
trimester kedua
Diawal bulan keempat, uterus
membesar agak cepat dan menjadi organ abdomen, bukan organ panggul. Ketika
abdomen membesar dengan cepat, sering mencul kekhawatiran tentang penghancuran
janin selama hubungan seksual. Tidak ada bahaya yang akan terjadi karena janin
dilindungi dengan baik oleh uterus dan dinding abdomen. Pembesaran uterus pada
sekitar bulan kelima. Dapat mengganggu hubungan seksual jika pasangan
melakukannya dengan posisi berhadapan, telungkup (prone),dan telentang
(supine). Dapat dibutuhkan modifikasi dalam posisi. Saat uterus tumbuh
membesar, ibu hamil biasanya lebih nyaman berhubungan miring, dengan uterus
disangga oleh sebuah bantal. Apabila ia berbaring telentang dalam rentang waktu
tertentu, dengan uterus yang membesar menekan aorta abdominalis dan vena kava,
ia dapat mengalami hipertensi dan pening. Menggunakan sebuah bantal dibawah
panggul selama berhubungan seksual dapat membantu menghindari hipertensi.
Inkotenensia urine stress (mengeluarkan
urine saat batuk, bersin, atau orgasme) dapat tejadi karena uterus menekan
kandung kemih. Banyak wanit mungkin bingung dan mengira bahwa cairan yang
keluar adalah cairan amnion/ketuban sehingga menjadi takut saat berhubungan
seksual.
Bercak darah dari vagina setelah
berhubungan seksual dapat di hubungkan dengan serfisitis atau kerapuhan
servikas (cervical friability).meskipun sedikit bercak darh selama kehamilan
adalah normal, bercak darah dan perdarahan dapat menandakan aborsi spontan dan
harus dievakuasi.
3. Selama
trimester ketiga
Uterus mengalami distensi, dan dapat
meningkatkan tekanan panggul dan perineum. Nyeri panggung,kram tungkai, dan
sesak nafas dapat meningkatkan ketidaknyamanan wanita. Sekresi vagina meningkat
dan dapat terjadi sedikit pengeluaran kolosrtum dari putting. Banyak pasangan
merasa bersanggama menjadi sulit dan tidak nyaman menjelang akhir kehamilan.
Mereka dapat mengganti bentuk ekspresi seksual yang lain, seperti seks oral, atau
manual, cumbuan dan pelukan.
H.
Indikasi Tidak
Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan
1.
Perdarahan
per vagina
2.
Planseta
previa
3.
Dilatasi
serviks premature
4.
Ketuban
pecah
5.
Riwayat
persalinan premature
6.
Kehamilan
kembar
7.
Kepala
janin masuk pintu atas panggul
I.
Cara Efektif Mengembalikan Sexual Desire Pada Ibu Hamil
1. Istirahat sebelum bercinta
Jika memang sudah punya jadwal untuk
bercinta dengan pasangan, pastikan juga Anda sudah beristirahat dengan cukup.
Kurang tidur atau kelelahan biasanya yang jadi penyebab utama menurunnya
libido. Di saat libur bekerja, Anda bisa mencoba tidur di siang hari agar fit
untuk 'beraktivitas' bersama pasangan di malam harinya.
2. Pijatan sensual
Minta pasangan untuk memberikan
pijatan sensual sebagai feroplay. Pijatan dari kepala hingga kaki bisa
melancarkan peredaran darah ke organ genetal sehingga membantu meningkatkan
hasrat seksual dengan instan, sekaligus performa bercinta. Hasilnya ketegangan
hilang, seks pun jadi lebih hebat.
3. Pilih makanan yang sehat
Banyak makanan yang bisa membuat
Anda jadi mood bercinta.Salah satunya es krim vanilla.Es Krim vanilla memiliki
kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi.Dua kandungan itu berguna untuk
menambah energi dan meningkatkan libido.Menurut Dr Sarah Brewer penulis
'Increase Your Sex Drive' kalsium juga bisa membuat orgasme menjadi lebih
dahsyat. Dijelaskan Brewer, semua otot yang mengontrol ejakulasi butuh kalsium.
4. Makanan pedas
Makanan
pedas akan memompa aliran darah dan detak jantung, meningkatkan intensitas
pernapasan (itu sebabnya napas orang cenderung terengah-engah saat makan
makanan pedas) dan menyebabkan tubuh berkeringat. Efek tersebut juga bisa
menstimulasi dorongan seksual Anda.Jika ingin seks yang lebih dahsyat bersama
suami, hidangkan makanan berbumbu pedas sebagai makan malam. Tapi sebaiknya
santap hidangan pedas 3 atau 4 jam sebelum Anda dan pasangan bermesraan di
tempat tidur. Tapi jangan makan makanan pedas terlalu berlebihan sehingga
membahayakan kesehatan ibu hamil.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seksual pada Kehamilan merupakan Salah satu kebutuhan biologis
manusia kebutuhan untuk melakukan hubungan seks. Hubungan seks diibaratkan
seperti suatu kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga dan otak yang fit serta
stabil. Perubahan lain yang dapat terjadi pada aktivitas seks adalah pada masa
hamil. Keinginan berhubungan seksual pada waktu hamil sebagian besar tidak
berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat, berkaitan dengan meningkatnya
hormon estrogen.
Oleh karena itu mahasiswa keperatan harus mampu
menerapkan asuhan keperawanan pada ibu waktu hamil dengan memberi edukasi atau
promosi kesehatan tentang seksualitas pada kehamilan.
B.
Saran
Jika dalam
penulisan makalah ini terdapat kekurangn dan kesalahan,kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Kusmiran. (2012). Kesehatan Reproduksi remaja dan wanita.
Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Reeder, S. j. (2011). Keperawatan Maternitas, Kesehatan Wanita, Bayi
& Keluarga. Jakarta: EGC.
Widdowson, R. (2011). Yoga untuk Kehamilan. Indonesia: Erlangga.
http://ukhti-laymoon.blogspot.com/2013/04/makalah-pengaruh-aktifitas-seksual.html
Komentar
Posting Komentar