KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT.Karena atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya akhirnya Penulis
mampu menyelesaikan makalahini.
Makalah ini disusun untuk mengetahui
bagaimana seorang perawat dalam menghadapi pasien. Moral juga menjadi
pertimbangan bagi seorang perawat dalam menjalankan tugasnya. Etika seorang
perawat harus sesuai dengan norma-norma, Selain itu sikap dan perilaku perawat
harus dapat dipertanggungjawabkan tidak hanya kepada atasan tetapi juga kepada
Tuhan YME. Secara umum semua manusia memang harus mempertanggungjawabkan semua
perbuatannya kepada Tuhan Yang Maha Esa kelak di akhirat.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Ns. Desi Rina K, S.kep, selaku Pembimbing Akademik
2.
Rekan-rekan dari keperawatan
3.
Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Semoga
makalah ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umunya. Penulis menyadari sepenuhnya sebagai manusia biasa, tidak lepas dari
kekurangan, begitu juga dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun tentuna, sangat penulis harapkan.
Semarang
,23 Juni 2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Respon perilaku individu terhadap
stressor bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing. Salah satu respon
perilaku yang muncul jika terjadi kegagalan dalam memberikan kopoing yang
sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang dapat mengakibatkan
adanya masalah isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala negative pasien
psikotik (Keliat, 2011) .
Di Indonesia diperkirakan sekitar 50
juta atau 25% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa hal ini disebabkan
karena krisis ekonomi yang terus berkepanjangan dan kurangnya lapangan
pekerjaan sehingga dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa. Di jawa tengah
saat ini terdapat 30.000 orang yang mengidap gangguan jiwa. Dari jumlah
tersebut, hanya 20.000 orang yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit
jiwa. (tribunnews.com, 2011)
Menurut data rekam medic
tahun 2010, RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang presentase penderita gangguan
jiwa pada tahun 2009 adalah untuk pasien rawat inap untuk laki-laki 65,3% dan
untuk perempuannya 34,7%. Sedangkan pada bulan januari sampai agustus 2010
;sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162 orang (50,65%), menarik diri 462 orang
(20,13%), waham 130 orang (5,66%), hargadiri rendah 374 orang (16,30%),
perilaku kekerasan 128 orang (5,58%), kerusakan komunikasi verbal 16 orang
(0,70%), deficit perawatan diri 21 orang (0,92%), percobaan bunuh diri 1 orang
(0,04%). (KTI Yuni, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas dimana dinyatakan bahwa isolasi sosial mengalami peningkatan tiap tahunnya
dan menempati urutan kedua masalah kesehatan jiwa setelah halusinasi maka
kelompok tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan masalah utama Isolasi Sosial :
Menarik Diri.
B.
Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui dan memahami asuhan keperawatan serta strategi pelaksana pada pasien
dengan gangguan isolasi social; menarik diri
2. Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui dan memahami:
a.
Definisi isolasi sosial.
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala.
d. Rentang respon.
e. Penatalaksanaan.
f. Proses
keperawatan meliputi:
pengkajian, pohon masalah, diagnosa, intervensi dan evaluasi keperawatan.
g. Strategi
Pelaksanaan pada pasien gangguan
isolasi sosial.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Isolasi
sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.Menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orag lain (Kusumawati, 2011) .
Isolasi
sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
atau sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya.
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang
lain (Keliat, 2011) .
Isolasi
sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000). Isolasi
sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara
spontan dengan orang lain yang dimanefestasikan dengan mengisolasikan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Yosep, 2011) .
B.
Etiologi
Terjadinya
gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan
sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri,
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.Keadaan ini
dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih
menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dam kegiatan sehari-hari
terabaikan (Kusumawati, 2011) .
Faktor Predisposisi
a. Faktor
tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang
individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya
akan dapat menimbulkan masalah.
Tahap
Perkembangan
|
Tugas
|
Masa bayi
|
Menetapkan
rasa percaya
|
Masa bermain
|
Mengembangkan
otonomi dan awal perilaku mandiri
|
Masa pra sekolah
|
Belajar
menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan hati nurani
|
Masa sekolah
|
Belajar berkompetisi,
bekerjasama, dan berkompromi
|
Masa pra remaja
|
Menjalin
hubungan intim dengan teman sesama jenis kelamin
|
Masa remaja
|
Menjadi intim
dengan teman lawan jenis atau bergantung
|
Masa dewasa muda
|
Menjadi saling
bergantung antara orang tua dan teman, mencari pasangan, menikah dan
mempunyai anak
|
Masa tengah baya
|
Belajar
menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
|
Masa dewasa tua
|
Berduka karena
kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya
|
b. Faktor
komunikasi dalam keluarga
Gangguan
komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial.Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi
sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana
seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan
dengan lingkungan di luar keluarga.
c. Faktor
sosial budaya
Isolasi sosial atau
mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma
yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor
biologis
Faktor biologis juga
merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial.Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial
adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak,
serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal. ( Direja, 2011)
C. Tanda dan gejala
1. Menyendiri
dalam ruangan.
2. Tidak
berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata.
3. Sedih,
afek datar.
4. Perhatian
dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.
5. Berfikir
menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.
6. Mengekspresikan
penolakan atau kesepian pada orang lain.
7. Tidak
ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya.
8. Menggunakan
kata-kata simbolik (neologisme).
9. Menggunakan
kata yang tak berarti.
10. Kontak
mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara.
11. Klien
cenderung menarik diri lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.
(Direja,
2011)
D. Rentang respon
Adaptif Maladaptif
o
Menarik
diri
o
Ketergantungan
o
Manipulasi
o
curiga
|
-
Menyendiri
-
Otonomi
-
Bekerjasama
-
interdependen
|
·
Merasa
sendiri
·
Dependensi
·
Curiga
|
Berikut ini akan
dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial :
1. Respons
adaptif
Respons adaptif adalah respons yang
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri,
respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi di
lingkungan sosialnya.
b. Otonomi,
kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan
dalam hubungan sosial.
c. Bekerja
sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen,
saling ketergantungan antara individu denga orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
2. Respon
maladaptif
Respon
maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif.
a. Menarik
diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
b. Ketergantunga,
seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan
orang lain.
c. Manipulasi,
seseorang yang menganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga,
seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
E.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan:
1. Penatalaksanaan medis
a. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat
dalam kemampuan kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor
paska sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi,
dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama ja ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi,
kelainan jantung, febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran
disebabkan CNS Depresan.
b.
Trihexy
phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska
ensepalitis dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade
dopamin pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan
sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor
Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering,
kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker
meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah,
epilepsi, kelainan jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit
SSP, gangguan kesadaran.
(Rasmun, 2001)
2.
Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Aktifitas
Kelompok
Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan pada
pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok adalah
membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan, atau ketiganya.
b.
Terapi keluarga
Keluarga
merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan langsung pada setap
keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar mampu melakukan
lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan kesehatan, member perawatan pada anggota keluarga yang sehat,
menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada dalam
masyarakat.
c.
Terapi Rehabilitasi
Program
rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau berdiri
sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
d.
Terapi Psikodrama
Psikodrama
menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam suatu drama.
Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan
perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
e.
Terapi Lingkungan
Terapi
lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses
penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan
multidisipliner.
(Keliat, 2011)
3.
Proses
keperawatan
1.
Pengkajian
Data yang perlu
dikaji dengan diagnose keperawatan isolasi sosial:
Data subjektif:
a. Klien
mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
b. Klien
mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian.
c. Klien
mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
d. Tidak
mau berkomunikasi.
e. Data
tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien
(suami , istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat).
Data
objektif:
a. Kurang
spontan
b. Apatis
(acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi
wajah kurang berseri
d. Tidak
merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
e. Tidak
ada atau kurang komunikasi verbal.
f. Mengisolasi
diri.
g. Tidak
atau kurang terhadap lingkungan sekitarnya.
h. Asupan
makanan dan minuman terganggu.
i.
Retensi urin dan feses.
j.
Aktivitas menurun.
k. Kurang
berenergi atau bertenaga.
l.
Rendah diri.
m. Postur
tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada posisi tidur).
Isolasi social
adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitar. Pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain.
Untuk mengkaji pasien
isolasi social. Anda dapat mengguanakan wawancara dan observasi kepada pasien dan
keluarga.
Tanda dan gejala isolasi social
yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah
1. Pasien
menceritakan merasa kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2. Pasien
merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Pasien
mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain.
4. Pasien
merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5. Pasien
tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan.
6. Pasien
merasa tidak berguna.
7. Pasien
tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat
anda tanyakan pada saat wawancara untuk mendapakan data subyrktif :
1. Bagaimana
pendapat pasien terhadap orang –orang disektarnya( keluarga atau tetangga).
2. Apakah
pasien mempunyai teman dekat ? Bila punya,
siapa teman dekatnya itu?
3. Apa
yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
4. Apa
yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
5. Apakah
ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6. Apa
yang menghambat hubungan harmonis antara pasien dengan orang-orang disekitarnya
?
7. Apakah
pasien merasa bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah
pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan.
Tanda dan gejala isolasi social
yang dapat diobservasi:
1. Tidak
memiliki teman dekat.
2. Menarik
diri.
3. Tidak
komunikatif.
4. Tindakan
berulang dan tidak bermakna.
5. Asyik
dengan pikiran sendiri
6. Tidak
ada kontak mata
7. Tampak
sedih, efek tumpul.
(Keliat, 2011)
2.
Pohon
Masalah
GPS : Halusinasi
|
Defisit Perawatan Diri
|
Risti mencederai diri, orang lain,
dan lingkungan
|
Isolasi Sosial
|
Intoleransi Aktivitas
|
Harga Diri Rendah Kronis
|
Koping Individu Tidak Efektif
|
Koping Keluarga Tidak efektif
|
3.
Diagnosis
keperawatan
Diagnosis
keperawatan yang berlaku pada gangguan ini adalah isolasi social.
4.
Rencana
Keperawatan
a)
Standar pelaksanaan untuk pasien
Tujuan:
Pasien mampu :
a. Menyadari
penyebab isolasi sosial
b. Berinteraksi
dengan orang lain
Criteria hasil :
Setelah
…x pertemuan, pasien mampu:
a. Membina
saling prcaya
b. Menyadari
penyebab isolasi sosial, keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
c. Melskukan
interaksi dengan orang lain secara bertahap.
Intervensi
:
SP 1
a. Identifikasi
penyebab
1) Siapa
yang satu rumah dengan pasien
2) Siapa
yang dekat dengan pasien
3) Siapa
yang tidak dekat dengan pasien
b. Tanyakan
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
1) Tanyakan
pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
2) Tanyakan
apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
3) Diskusikan
keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
4) Diskusikan
kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
5) Jelaskan
pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
c. Latih
berkenalan
1) Jelaskan
kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
2) Berikan
contoh cara berinteraksi dengan orang lain
3) Berikan
kesmpatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan perawat
4) Mulailah
bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman / anggota keluarga
5) Bila
pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3, 4
orang dan seterusnya
6) Beri
pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
7) Siap
mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
d. Masukkan
jadwal kegiatan pasien.
SP 2
a. Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP 1)
b. Latih
berhubungan sosial secara bertahap
c. Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
a. Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
b. Latih
cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
c. Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien.
b)
Standar
pelaksanaan Keperwatan untuk
keluarga.
Tujuan
:
Keluarga mampu merawat pasien
dengan isolasi sosial dirumah
Criteria
hasil :
Setelah …x pertemuan, keluarga
mampu menjelaskan tentang :
a. Masalah
isolasi sosial dan dampaknya pada pasien
b. Penyebab
isolasi sosial
c. Sikap
keluarga untuk membantu pasien mengetahui isolasi sosialnya
d. Pengobatan
yang berkelanjutan dan mencegah putus obat
e. Tempat
rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
Intervensi
:
SP 1
a. Identifikasi
masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
b. Penjelasan
isolasi sosial
c. Cara
merawat pasien isolasi sosial
d. Latih
(stimulus)
e. RTL
keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2
a. Evaluasi
kemampuan SP 1
b. Latih
(langsung ke pasien)
c. RTL
keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 3
a. Evaluasi
kemampuan SP 1
b. Latih
(langsung ke pasien)
c. RTL
keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 4
a. Evaluasi
kemampuan keluarga
b. Evaluasi
kemampuan pasien
c. Rencana
tindak lanjut keluarga
rujukkan.
5.
Tindakan
Keperawatan
a. Tindakan
keperawatan untuk pasien
Tujuan
:
1. Membina
hubungan saling percaya.
2. Menyadari
penyebab isolasi social.
3. Berinteraksi
dengan orang lain.
Tindakan
:
1. Membina
hubungan saling percaya. Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan
saling percaya adalah :
a. Mengucapkan
salam setiap kali berintaksi dengan pasien .
b. Berkenalan
dengan pasien : perkenalkan nama dan panggilan yang anda sukai. Serta tanyakan
nama panggilan pasien.
c. Menanyakan
perasaan dan keluhan pasien saat ini.
d. Buat
kontrak asuhan : apa yang anda akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya dimana.
e. Jelaskan
bahwa anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi.
f. Setiap
saat tunjukan sikap empati dasar pasien bila memungkinkan.
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien
isolasi social kadang-kadang memerluakn waktu yang lama dan interaksi yang
singkat dan sering , karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang
lain. Untuk itu anda sebagai perawat harus konsisten bersikap terapiutik kepada
pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan.
Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya
dengan anda progam asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
2. Membantu
pasien lebih mengenal penyebab isolasi social. Langkah –langkah untuk
melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan
pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
b. Menanyakan
apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
lagi berinterakasi dengan orang lain.
3. Membantu
pasien mengaenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang lain. Lakukan
dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka.
4. Membantu
pasien mengenal kerugian tidak membina hubungan.
Dilakukan dengan cara :
a. Mendiskusiakan
kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
b. Menjelaskan
pengaruh isolasi social terhadap kesehatan fisik pasien.
5. Membantu
pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Anda tidak mungkin
secara drastic mengubah kebiasaan pasien dalam berinterkasi dengan orang lain,
karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk
itu anda dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien
hanya akan akrab dengan pada awalnya, tetapi setelah itu anda harus membiasakan
pasien untuk berinteraksi secara bertahap dengan orang – orang disekitarnya.
Secara
rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat anda lakukan sebagai berikut :
a. Beri
kesempatan pasien mempraktikan secara berinteraksi dengaan orang lain yang
dilakukan dihadapan anda.
b. Mulailah
bantu pasien berinterksi dengan satu orang ( anggota keluarga atau tetangga).
c. Bila
pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua,
tiga, empat orang dan seterusnya.
d. Beri
pujian setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
e. Siap
mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinterkasi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan menungkapkan keberhasilan atau kegagalanya. Beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksi.
...
Latihan 8.1
Bina
hubungan saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab isolasi social, bantu
pasien mengenal keuntungan dari berhubungan dan kerugin dari tidak
ebrhubungan dengan orang lain, dan ajarkan pasien untuk berkenalan dengan
orang lain
|
Oreintsi:
“selamat pagi !”
“saya H….saya senang
dipanggil ibu her … saya perawat dipuskesmas yang akan merawat ibu”
“Siapa nama ibu?
Senang dipanggil siapa ?
“apa keluahan S hari ini? “bagaimana kalu
kita bercakap-cakap tentang kelurga dan teman – teman S. Mau dimana kita
bercakap –cakap ? Bagaimana kalau diruang tamu ? Mau berapa lama ? Bagaimana
kalu 15 menit?
Kerja:
( jika pasien baru)
“Siapa saja yang
tinggal serumah?Siapa yang paling dekat dengan S ? Siapa yang jarang bercakap
– cakap dengan S ? Apa yang membuat S jaran bercakap –cakap denganya?
“ Apa saja kegiatan
yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?
“Apa yang membuat S
dalam berteman atau bercakap –cakap
dengan pasein lain?
“Menurut S apa saja
keuntungan kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap – cakap.
Apa lagi ? ( sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugian tidak mempunyai teman apa ya?
Ya, apa lagi ?( sampaipasiene dapat menyebutkan beberapa). Jadi banyak juga
kerugian kalu tidak punya teman ya. Kalu begitu S belajar bergaul dengan
orang lain?”
“ Bagus. Bagaimana
kalau sekarang kita belajar berrkenalan dengan orang lain?”
“Begini ibu S. Untuk
berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita sebutkan dulu nama
kita dan nama pangilan yang kita suka dan hobi. Contoh : nama saya S,
dipanggil Si. Asal saya dari biruen, hobi memasak.”
“ Selanjutnya S
menanyakan nama oaring yang diajak berkenalan. Contohnya begini : nama bapak
siapa? Senang dipanggil apa? Aslanya dari mana ? Hobinya apa?
“Ayo S coba ! Mis,
saya belum kenal dengan S . Coba berkenalan dengan saya!.
“ Ya , bagus sekali !
Coba sekali lagi . Bagus begitu”
“Setelah S berkenalan
denagn orang tersebut S dapat melanjutkan percakapan tentang cuac , tentang
hobi , tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan
S setelah latihan berkenalan !”
“S tadi mempraktikan
cara berkenalan dengan baik sekali”
“Selanjutnya S dapat
mengingat – ingat apa yang kita pelajari tadi setelah sya tidak ada. Sehingga
S lebih siap untuk berkenalan denagn orang lain, S mau praktikan ke pasien
lain? Mau pukul berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal harian S.”
“Besok pagi pukul 10
saya akan dating kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya,
Perawat N. Bagaimana S. Mau kan?”
“Baiklah , sampai
jumpa.”
|
Latihan
8.2
Ajarkan pasien berinterkasi secara bertahap (
berkenalan dengan orang pertama[seorang perawat].
|
Orientasi:
“Selamat pagi”
“Bagaiman perasaan S
hari ini?”
“Sudah diingat –
ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan suster!”
“ Bagus sekali, S
masih ingat , nah seperti janji saya, saya akan mengajak S berkenalan dengan
Ibu kader. Tidak lama kok, sekitar 10 menit.”
“Ayo kita temui
perawat N disana”.
|
Kerja:
(Bersama-
sama S anada mendekati Kader N)
“ Selamat pagi Ibu N, ini saya ingin berkenalan
dengan ibu.”
“Baiklah S, S dapat
berkenalan dengan ibu Kader N seperti yang dipraktikan kemaren.”
(Pasien
, mendemostrasikan cara berkenalan dengan Kader N :
Member
salam, menyebutkan nama , menayakan nama perawat, dan seterusnya.)
|
Latihan
8.3
Latih pasien berinterkasi secara bertahap (
berkenalan dengan orang kedua[ seorang pasien]
|
Oreintasi
:
“Selamat pagi” S .
Bagaimana perasaan S hari ini?
“Apakah S bercakap
–cakap dengan bu Kader kemarin?’
(Jika
jawaban pasien ya . Anda dapat lanjutkan komuniaksi berikutnya dengan orang
lain.)
“Bagaimana perasaan s
setelah bercakap – cakap dengan Kader kenaren siang ?”
“Bagu sekali . S
menjadi senang Karena punya teman lagi.”
“Kalau
begitu S ingin punya banyak teman lagi?
“ Bagaimana kalau
sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain yaitu tetangga Q?
“Seperti biasa kira –
kira 10 menit.”
“Mari kita temui dia
di ruang makan.”
|
Kerja:
(Bersama-
sama S . Anda mendeati pasien)
“Selamat pagi. Ini
ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“Baiklah S. S
sekarang dapat bekenalan dengannya seperti yang telah S lakukan sebelumnya”
(Pasein
mendemontrasikan cara berkenalan ; member salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal sama.)
“Ada lagi yang ingin
tanyakan kepada O?”
“ Kalau tidak ada
lagi yang ingin dibicarakan, S dapat sudahi perkenalan ini. Lalu S dapat buat
janji bertemu lagi, mis. Bertemu lagi pukul 4 sore nanti .”
(
S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
“ Baiklah O, karena S
sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruamh S . Selamat apgi.”
(
Bersama – sama pasien, anda meninggalkan O untuk melakukan terminasi dengan S
di tempat lain.)
|
Terminasi:
“Bagaimana perasaan S
setelah berkenalan dengan O?
“ Dibandingkan
kemarin pagi, S tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” “perubahan apa
yang suda S lakukkan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali denagn O pukul 4
sore.”
“Selanjutnaya
bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap – cakap dengan orang lain
kita tambahkan lagi di jadwal harian? Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang
sama orang lain sebanyak tiga kali, pukul 10 pagi, pukul 1 siang dan pukul 8
malam, S dapat bertmu dengan M dan yang lain. Selanjutnya S dapat berkenalan
dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S setuju kan ?”
“Baiklah, besok kita
ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S pada pukul yang sama dan tempat
yang sama ya. Sampai besok.”
|
b. Tindakan keperwatan
untuk keluarga.
Setelah
tindakan keperaatan diharapkan keluarga mampu merawat psien isolasi soisal. Tindakan
dilakukan dengan melatih keluarga merawat pasien isollasi soial. Keluarga
merupakan system pendukung utama bagi pasien untuk dapat membanntu pasien
mengatasi masalah isolasi social ini, karna keluaga lah yang selalu
bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan
melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi social dirumah meliputi:
1. Mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dlama merawat pasien
2. Menjelaskan
tentang:
a. Masalah
isolasi social dan dampaknya pada pasien
b. Penyebab
isolasi social
c. Cara-cara
merawat pasien social antara lain:
1) Membina
hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara besikap peduli dan tidak
ingkar janji
2) Memberikan
semangat dan dorongan kepada pasien utuk dapat melakukan kegiatan
bersama-samadengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan
memberikan pujian yang wajar
3) Tidak
memberikan pasien dirumah
4) Membuat
rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien
3. Memperagakan
cra merawat pasien isolasi pasien
4. Membantu
keluarga mampratikan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang
telah dipelajari
5. Menjelaskan perawatan lanjutan.
Latiahan 8. 4
Pragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah
ini!
Orientasi:
“Selamat pagi pak”
“Perkanalkan saya
perwat H dari puskesmas, saya yang merawat yang merawaat anak bapak”
“Nama bapak siapa
Tanya, senang dipaggil apa?”
“Bagaimana perasan
bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”
“Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang masalah anak bapak dan cara perawatanya?”
“Kita diskusi disini
aja ya? Berapa lama bapak punya waktu? Bagaiman kalau setengah jam?”
Kerja:
“Apa masalah bapak
atau ibu hadapi dalam merawat S?”
“Apa yang sudah
dilakukan ?”
“Masalah yang dialami
anak S disebut isolasi social. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang
juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”
“Tanda-tandanya
antara lain tidak mau brgaul dengan orang lain, mengurung diri, kalau pun
berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk.”
“Biasanya masalah ini
muncul karna memiliki pengalaman yang mengecewakan saat berhubungan dengan
orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan
orang-orang terdekat”
“Apabila masalah
isolasi social ini tidak diatasi maka sseorang dapat mengalami halusinasi
yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada”
“Untuk menghadapi
keaddan demikian bapak dan anggota keluarga lainnya harus bersabar menghadapi
anak S. Dan utuk mrawat S, keluarga perlu melakukan bebrapa hal. Pertama.
Kluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang caranya adlah
bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji.
Kedua. Keluarga perlu memberikan dorongan dan
semangat kapada S utuk dapat melakukan kegiatan bersama-sama orang lain.
Berikan pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien”
“Selanjutnya jngan
biarkan s sendiri buat rencana atau jadwal bercaakap-cakap dengan S. Missal
sholat bersama, makan bersama,rekreasi bersama, elakukan kegiatan rumah
tangga bersama”
“Nah bagaimana kalau
kita sekarang latihan untuk melakukan semua rencana semua itu?”
“Begini contoh
komunikasinya, pak S; bapak lihat sekarang kamu sudah dapat bercakap-cakap
dengan orang lain. Perbincangannya lumayan lama karna senang sekali melihat
perkembangan kamu. Nak. Coba berbincang-incang dengan sodara yang lain. Lalu
bagaimana kalau maluai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalu dirumah skit ini,
kalau dirumh sakit ini kamu sholat dimana? Kalau dirumah kamu shoolat
bersama-sama kluarga atau dimushola kampong. Bagaimana S, kamu mau coba kan
nak?”
“Nah coba sekarang
bapak pragakan cara komunikai seperti yang saya contoh kan.”
“Bagus, pak. Bapak
mempragakan dengan baik sekali sampai sini ada yang ditanyakan pak?”
|
Terminasi:
“Baiklah waktunya
sudah habis. Bagaimana perasaan bapak setelah kita lattihan tadi?”
“Coba bapak ulangi
lagi apa yang dimaksud isolasi social dan tanda—taanda orang mengalami isolai
social”
“Bagus sekali pak
bapak dapat menyebutkan kembali caa-cara perawatan tersebut”
“Nanti kalau ketemu S
coba bapak/ibu latihan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar
mereka juaga melakukan hal yang sama.”
“Bagaimana kalau kita
bertemu tiga hari untuk latihan langsung kepada S.”
“Kita bertemu di rumah bapak saja, pad pukul yang
sama, selamat pagi.”
|
Latihan
8.5
Latih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan masalah isolasi social langsung dihadapan pasien.
|
Orientasi:
“Selamat pagi
Bapak/Ibu”
“Bagaimana perasaana
bapak/ibu hari ini?”
“Bapak masih ingat
latihan merawat anak bapak seperti
yang telah kita pelajari beberapa hari yang lalu.”
“Mari praktikan
langsung ke S. Berapa lama waktu yang bapak/ibu ? Baik kita akan coba 30
menit.”
“Sekarang mari kita
temui S.”
|
Kerja:
“Selamat pagi S.
Bagaimana perasaan S hari ini?”
“Bapak/ibu S ingin
bercakap – cakap. Beri salam ! Bagus. Tolong
S tunjukkan jadwal kegiatannya.”
(Kemudian
anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“Nah, pak sekarang
bapak dapat mempraktikan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu.”
(
Anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilakukan pada waktu pertemuan sebelumnya)
“Bagaiman perasaan S
seetelah berbincang – bincang denagn ornag tua S?”“Baikklah, sekarang saya
dan orang tua keruang perawat dulu.”
(
anda dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi keluarga)
|
Terminasi:
“Bagaimana perasaan
bapak /ibu kita latihan tadi ? Bapak
sudah bagus”
“Mulai sekarang bapak
sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada S”
“Tiga hari lagi kita
akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak melakuakan cara merawat yang
sudah kita pelajari . Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang pak.”
“Sampai jumpa!”
|
Latihan
8.6
Jelaskan perawatan lanjutan
|
Orientasi:
“Selamat pagi pak/bu”
“Karena kunjungan
saya sudah mau berakhir maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan dirumah.”
“Bagaimana kita
membicarakan perawatan lanjutan disini saja?”
|
Kerja:
“Bapak/ibu, ini
jadwal yang sudah dibuat, coba dilihat, mungkinkah bias dilanjutkan?
Bapak/ibu lanjutkan jadwal ini, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum
obat.”
“Hal – ahla yang
diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh anak
bapak/ibu. Mis ., kalau terus menerus tidak mau bergaul dengan orang lain.
Jika hal ini terjadi, segera hubungi perawat K di Puskesmas Indana Puri, ini nomor telepon puskesmasnya
xxxxxx.”
|
Terminasi:
“Bagaimana pak/bu
?Apa ada yang belum jelas? Ini jadwal
kegiatan S. Jangan lupa control ke PKM seebelum obat habis jika ada gejala
yang tampak”
|
Evaluasi
Kemampuan pasien dan
keluarga
PENILAIAN
KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
PASIEN
DENGAN MASALAH ISOLASI SOCIAL
Nama
pasien :……….
Ruangan
:………..….
Nama
perawat :.....….
Petunjuk pengisian :
1.
Beri tanda (V) jika pasien dan
keluarga mampu melakukan kemampuan dibawah ini.
2.
Tuliskan tanggal setiap dilakukan
supervise.
|
||||
No
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
||
A.
|
Pasien
|
|||
1.
|
Menyebutkan penyebab isolasi
social
|
|||
2.
|
Menyebutkan keuntungan
berinterksi dengan orang lain
|
|||
3.
|
Menyebutkan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
|
|||
4.
|
Berkenalan dengan satu orang
|
|||
5.
|
Berkenalan dengan dua atau lebih
|
|||
6.
|
Memilaiki jadwal kegiatan
berbincang – bincang dengan orang lain sebagai sala satu kegiatan harian
|
|||
7.
|
Melakukan perbincangan dengan
orang lain sesuai jadwal harian
|
|||
B.
|
Keluarga
|
|||
1.
|
Menyebutkan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala isolasi social
|
|||
2.
|
Menyebutkan cara- cara merawat
psien isolasi social
|
|||
3.
|
Mendemontrasiakan cara merawat
pasien isolasi social
|
|||
4.
|
Menyebutkan tempat rujuakan
yang sesuai untuk pasien isolasi social
|
Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT
DALAM MEARAWAT PASIEN DENGAN ISOLASI
Nama :………........
Rauangan :.............
Nama perawat :…..
Petunjuk
pengisian :
1.
Penilaian tindakana
keperawatan untuk setiap SP dengan mengguanakan instrumen penilaian kinerja.
2.
Nilai tiap penialaian kinerja
dimasukkan ke tabel pada baris nilai SP.
|
||||||||
No
|
Kemampuan
|
Tanggal
|
||||||
A.
|
Pasien
|
|||||||
SP 1 p
|
||||||||
1.
|
Mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial pasien
|
|||||||
2.
|
Berdiskusi dengan
paseian tentanga keuntunagan keuntungan berinteraksi denagn orang lain
|
|||||||
3.
|
Berdiskusi dengan
pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
|
|||||||
4.
|
Menagajarkan
pasien cara berkenalan denagn satu orang
|
|||||||
5.
|
Menganjurkan
pasien memasukkkan kegiatan latihan berbincang- bincang dengan cara ke dalam kegiatan
harian
|
|||||||
Nilai SP 1 p
|
||||||||
SP II p
|
||||||||
1.
|
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian paseien
|
|||||||
2.
|
Memberikan
kesempatan kepada pasien mempraktiakan kepada pasien untuk memprkatikan
dengan satu orang
|
|||||||
3.
|
Mrmbantu pasien memasukkan
kegiatan berbinacang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian
|
|||||||
Nilai SP II p
|
||||||||
SP III p
|
||||||||
1.
|
Mengevaluasi
jadwal kegitan harian pasien
|
|||||||
2.
|
memberikan
kesempatan kepada pasien untuk berkenalan denagn orang atau lebih
|
|||||||
3.
|
Menganjuarkan
pasien memasukkan kegiatan ini kedalam jadwal kegiatan harian
|
|||||||
Nilai SP III p
|
||||||||
B.
|
Kelurga
|
|||||||
1.
|
Mendiskusiakn
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
|
|||||||
2.
|
Menjelaskan pengertian,
tanda, dan gejala isolasis sosial yang dialami pasien proses terjadinya
|
|||||||
3.
|
Menjelaskan cara
merawat pasien isolasi sosial
|
|||||||
Nilai SP 1 k
|
||||||||
SP II k
|
||||||||
1.
|
Melatih keluarga
memprkatikan cara merawat pasien isolasi sosial
|
|||||||
2.
|
Melatih keluarga
melkukan cara emrawatlangsung kepada pasien isolasi sosial
|
|||||||
Niali SP II k
|
||||||||
SP III k
|
||||||||
1.
|
Mmbantu keluarga
membuat jadwal aktivitas dirumah termsuk minum obat
|
|||||||
2.
|
Menjelaskan
follow up pasien
|
|||||||
Nilai SP III k
|
||||||||
Total niali SP p + SP k
|
||||||||
Rata – rata
|
3.
Dokumentasi asuhan keperawatan
Dokumentasi
asuhan keperawatan dilakukan setiap tahap proses kepetawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawaatn, perencanaan, implementasi tindakan
keperawatan , dan evaluasi. (Keliat, 2011)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Isolasi sosial
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orag
lain.
Merupakan
upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara
spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
B.
Saran
Untuk kalangan mahasiswa
khususnya mahasiswa keperawanan bisa menangani pasien dengan gangguan isolasi
sosial. Dengan konsep yang telah dipelajari dimakalah ini. Untuk selanjutnya
mampu melaksanakan asuhan keperawatn jiwa di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
hartono, y. (2011). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Kaplan, M. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Keliat. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
Jakarta: EGC.
Kusumawati, F. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
MD, K. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
nama akhir (tahun). judul
artikel. diakses dari http://www.tribunnews.com/2011/03/19/sekarang-30.000-orang-gila-ada-di-jawa-tengah) pada tanggal 30 juni
2014.
http://jrpatrickgaskins.blogspot pada.com/2012/07/asuhan-keperawatan-jiwa-
-tn-dengan.html.diunggah jam 18.00 2 juli 2014.
Komentar
Posting Komentar