Asuhan Keperawatan dengan isolasi sosial


KATA PENGANTAR



Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.Karena atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya akhirnya Penulis mampu menyelesaikan makalahini.
Makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana seorang perawat dalam menghadapi pasien. Moral juga menjadi pertimbangan bagi seorang perawat dalam menjalankan tugasnya. Etika seorang perawat harus sesuai dengan norma-norma, Selain itu sikap dan perilaku perawat harus dapat dipertanggungjawabkan tidak hanya kepada atasan tetapi juga kepada Tuhan YME. Secara umum semua manusia memang harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada Tuhan Yang Maha Esa kelak di akhirat.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.      Ns. Desi Rina K, S.kep, selaku Pembimbing Akademik
2.      Rekan-rekan dari keperawatan
3.      Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umunya. Penulis menyadari sepenuhnya sebagai manusia biasa, tidak lepas dari kekurangan, begitu juga dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun tentuna, sangat penulis harapkan.

Semarang ,23 Juni 2014
                                                                                                           





DAFTAR ISI










BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Respon perilaku individu terhadap stressor bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing. Salah satu respon perilaku yang muncul jika terjadi kegagalan dalam memberikan kopoing yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang dapat mengakibatkan adanya masalah isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala negative pasien psikotik (Keliat, 2011).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa hal ini disebabkan karena krisis ekonomi yang terus berkepanjangan dan kurangnya lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa. Di jawa tengah saat ini terdapat 30.000 orang yang mengidap gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut, hanya 20.000 orang yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit jiwa. (tribunnews.com, 2011)
Menurut data rekam medic tahun 2010, RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang presentase penderita gangguan jiwa pada tahun 2009 adalah untuk pasien rawat inap untuk laki-laki 65,3% dan untuk perempuannya 34,7%. Sedangkan pada bulan januari sampai agustus 2010 ;sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162 orang (50,65%), menarik diri 462 orang (20,13%), waham 130 orang (5,66%), hargadiri rendah 374 orang (16,30%), perilaku kekerasan 128 orang (5,58%), kerusakan komunikasi verbal 16 orang (0,70%), deficit perawatan diri 21 orang (0,92%), percobaan bunuh diri 1 orang (0,04%). (KTI Yuni, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dimana dinyatakan bahwa isolasi sosial mengalami peningkatan tiap tahunnya dan menempati urutan kedua masalah kesehatan jiwa setelah halusinasi maka kelompok tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan masalah utama Isolasi Sosial : Menarik Diri.

B.     Tujuan

1.      Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan serta strategi pelaksana pada pasien dengan gangguan isolasi social; menarik diri
2.      Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami:
a.       Definisi isolasi sosial.
b.      Etiologi
c.       Tanda dan gejala.
d.      Rentang respon.
e.       Penatalaksanaan.
f.       Proses keperawatan meliputi: pengkajian, pohon masalah, diagnosa, intervensi dan evaluasi keperawatan.
g.      Strategi Pelaksanaan pada pasien gangguan isolasi sosial.


 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI


A.    Definisi

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orag lain (Kusumawati, 2011).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan atau sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Keliat, 2011).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000). Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanefestasikan dengan mengisolasikan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Yosep, 2011).

B.     Etiologi

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dam kegiatan sehari-hari terabaikan (Kusumawati, 2011).
Faktor Predisposisi
a.       Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Tahap Perkembangan
Tugas
Masa bayi
Menetapkan rasa percaya
Masa bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa pra sekolah
Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan hati nurani
Masa sekolah
Belajar berkompetisi, bekerjasama, dan berkompromi
Masa pra remaja
Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis kelamin
Masa remaja
Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau bergantung
Masa dewasa muda
Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak
Masa tengah baya
Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa dewasa tua
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya

b.      Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
c.       Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d.      Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal. ( Direja, 2011)

C.    Tanda dan gejala

1.      Menyendiri dalam ruangan.
2.      Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata.
3.      Sedih, afek datar.
4.      Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.
5.      Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.
6.      Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.
7.      Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya.
8.      Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme).
9.      Menggunakan kata yang tak berarti.
10.  Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara.
11.  Klien cenderung menarik diri lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.
(Direja, 2011)

D.    Rentang respon


 



Adaptif                                                                                   Maladaptif

o   Menarik diri
o   Ketergantungan
o   Manipulasi
o   curiga

-          Menyendiri
-          Otonomi
-          Bekerjasama
-          interdependen

·         Merasa
sendiri
·         Dependensi
·         Curiga
 



                      



Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial :
1.      Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
a.       Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi di lingkungan sosialnya.
b.      Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c.       Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d.      Interdependen, saling ketergantungan antara individu denga orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

2.      Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif.
a.       Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b.      Ketergantunga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.
c.       Manipulasi, seseorang yang menganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d.      Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
(Direja, 2011)

E.     Penatalaksanaan

Penatalaksanaan  asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan:
1.      Penatalaksanaan medis
a.       Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
Efek samping:  Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan CNS Depresan.
b.      Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.
Efek samping:  Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, fibris,  ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
(Rasmun, 2001)

2.      Penatalaksanaan Keperawatan

a.       Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan pada pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
b.      Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan langsung pada setap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar mampu melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, member perawatan pada anggota keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
c.        Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
d.      Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam suatu drama. Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
e.       Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.

 (Keliat, 2011)


3.      Proses keperawatan

1.      Pengkajian
Data yang perlu dikaji dengan diagnose keperawatan isolasi sosial:
Data subjektif:
a.       Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
b.      Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian.
c.       Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
d.      Tidak mau berkomunikasi.
e.       Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien (suami , istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat).
Data objektif:
a.       Kurang spontan
b.      Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c.       Ekspresi wajah kurang berseri
d.      Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
e.       Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
f.       Mengisolasi diri.
g.      Tidak atau kurang terhadap lingkungan sekitarnya.
h.      Asupan makanan dan minuman terganggu.
i.        Retensi urin dan feses.
j.        Aktivitas menurun.
k.      Kurang berenergi atau bertenaga.
l.        Rendah diri.
m.    Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada posisi tidur).
(Direja, 2011)

Isolasi social adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitar. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi social. Anda dapat mengguanakan wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi social yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah
1.      Pasien menceritakan merasa kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2.      Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3.      Pasien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain.
4.      Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5.      Pasien tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan.
6.      Pasien merasa tidak berguna.
7.      Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat anda tanyakan pada saat wawancara untuk mendapakan data subyrktif :
1.      Bagaimana pendapat pasien terhadap orang –orang disektarnya( keluarga atau tetangga).
2.      Apakah pasien mempunyai teman dekat ?  Bila punya, siapa teman dekatnya itu?
3.      Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
4.      Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
5.      Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6.      Apa yang menghambat hubungan harmonis antara pasien dengan orang-orang disekitarnya ?
7.      Apakah pasien merasa bahwa waktu begitu lama berlalu?
8.      Apakah pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan.
Tanda dan gejala isolasi social yang dapat diobservasi:
1.      Tidak memiliki teman dekat.
2.      Menarik diri.
3.      Tidak komunikatif.
4.      Tindakan berulang dan tidak bermakna.
5.      Asyik dengan pikiran sendiri
6.      Tidak ada kontak mata
7.      Tampak sedih, efek tumpul.
(Keliat, 2011)

2.      Pohon Masalah



GPS : Halusinasi

Defisit Perawatan Diri

Risti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
 








                                                                                                                                                                       

Isolasi Sosial

Intoleransi Aktivitas

Harga Diri Rendah Kronis
 










                                                                                       

Koping Individu Tidak Efektif

Koping Keluarga Tidak efektif
 








(Keliat, 2011)


3.      Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang berlaku pada gangguan ini adalah isolasi social.

4.      Rencana Keperawatan
a)      Standar pelaksanaan untuk pasien
Tujuan:
Pasien mampu :
a.       Menyadari penyebab isolasi sosial
b.      Berinteraksi dengan orang lain
Criteria hasil :
Setelah …x pertemuan, pasien mampu:
a.       Membina saling prcaya
b.      Menyadari penyebab isolasi sosial, keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
c.       Melskukan interaksi dengan orang lain secara bertahap.
Intervensi :
SP 1
a.       Identifikasi penyebab
1)      Siapa yang satu rumah dengan pasien
2)      Siapa yang dekat dengan pasien
3)      Siapa yang tidak dekat dengan pasien
b.      Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
1)      Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
2)      Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
3)      Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
4)      Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
5)      Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
c.       Latih berkenalan
1)      Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
2)      Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain
3)      Berikan kesmpatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat
4)      Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman / anggota keluarga
5)      Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan seterusnya
6)      Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
7)      Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
d.      Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
a.       Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
b.      Latih berhubungan sosial secara bertahap
c.       Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
a.       Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
b.      Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
c.       Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.


b)      Standar pelaksanaan Keperwatan untuk keluarga.
Tujuan :
Keluarga mampu merawat pasien dengan isolasi sosial dirumah
Criteria hasil :
Setelah …x pertemuan, keluarga mampu menjelaskan tentang :
a.       Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien
b.      Penyebab isolasi sosial
c.       Sikap keluarga untuk membantu pasien mengetahui isolasi sosialnya
d.      Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat
e.       Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
Intervensi :
SP 1
a.       Identifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
b.      Penjelasan isolasi sosial
c.       Cara merawat pasien isolasi sosial
d.      Latih (stimulus)
e.       RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2
a.       Evaluasi kemampuan SP 1
b.      Latih (langsung ke pasien)
c.       RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 3
a.       Evaluasi kemampuan SP 1
b.      Latih (langsung ke pasien)
c.       RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 4
a.       Evaluasi kemampuan keluarga
b.      Evaluasi kemampuan pasien
c.       Rencana tindak lanjut keluarga
rujukkan.

5.      Tindakan Keperawatan
a.      Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan :
1.      Membina hubungan saling percaya.
2.      Menyadari penyebab isolasi social.
3.      Berinteraksi dengan orang lain.
Tindakan :
1.      Membina hubungan saling percaya. Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah :
a.       Mengucapkan salam setiap kali berintaksi dengan pasien .
b.      Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan panggilan yang anda sukai. Serta tanyakan nama panggilan pasien.
c.       Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
d.      Buat kontrak asuhan : apa yang anda akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana.
e.       Jelaskan bahwa anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi.
f.       Setiap saat tunjukan sikap empati dasar pasien bila memungkinkan.
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi social kadang-kadang memerluakn waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering , karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu anda sebagai perawat harus konsisten bersikap terapiutik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan anda progam asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
2.      Membantu pasien lebih mengenal penyebab isolasi social. Langkah –langkah untuk melaksanakan  tindakan ini adalah  sebagai berikut :
a.       Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
b.      Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin  lagi berinterakasi dengan orang lain.
3.      Membantu pasien mengaenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang lain. Lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
4.      Membantu pasien mengenal kerugian tidak membina hubungan.
Dilakukan dengan cara :
a.       Mendiskusiakan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
b.      Menjelaskan pengaruh isolasi social terhadap kesehatan fisik pasien.
5.      Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Anda tidak mungkin secara drastic mengubah kebiasaan pasien dalam berinterkasi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu anda dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan pada awalnya, tetapi setelah itu anda harus membiasakan pasien untuk berinteraksi secara bertahap dengan orang – orang disekitarnya.
      Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat anda lakukan sebagai berikut :
a.       Beri kesempatan pasien mempraktikan secara berinteraksi dengaan orang lain yang dilakukan dihadapan anda.
b.      Mulailah bantu pasien berinterksi dengan satu orang ( anggota keluarga atau tetangga).
c.       Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
d.      Beri pujian setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
e.       Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinterkasi dengan orang lain. Mungkin pasien akan menungkapkan keberhasilan atau kegagalanya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksi.


...
Latihan 8.1
Bina hubungan saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab isolasi social, bantu pasien mengenal keuntungan dari berhubungan dan kerugin dari tidak ebrhubungan dengan orang lain, dan ajarkan pasien untuk berkenalan dengan orang lain
Oreintsi:
“selamat pagi !”
“saya H….saya senang dipanggil ibu her … saya perawat dipuskesmas yang akan merawat ibu”
“Siapa nama ibu? Senang dipanggil siapa ?
 “apa keluahan S hari ini? “bagaimana kalu kita bercakap-cakap tentang kelurga dan teman – teman S. Mau dimana kita bercakap –cakap ? Bagaimana kalau diruang tamu ? Mau berapa lama ? Bagaimana kalu 15 menit?
Kerja:
( jika pasien baru)
“Siapa saja yang tinggal serumah?Siapa yang paling dekat dengan S ? Siapa yang jarang bercakap – cakap dengan S ? Apa yang membuat S jaran bercakap –cakap denganya?
“ Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?
“Apa yang membuat S dalam berteman atau bercakap –cakap  dengan pasein lain?
“Menurut S apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap – cakap. Apa lagi ? ( sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugian  tidak mempunyai teman apa ya? Ya, apa lagi ?( sampaipasiene dapat menyebutkan beberapa). Jadi banyak juga kerugian kalu tidak punya teman ya. Kalu begitu S belajar bergaul dengan orang lain?”
“ Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berrkenalan dengan orang lain?”
“Begini ibu S. Untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita sebutkan dulu nama kita dan nama pangilan yang kita suka dan hobi. Contoh : nama saya S, dipanggil Si. Asal saya dari biruen, hobi memasak.”
“ Selanjutnya S menanyakan nama oaring yang diajak berkenalan. Contohnya begini : nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Aslanya dari mana ? Hobinya apa?
“Ayo S coba ! Mis, saya belum kenal dengan S . Coba berkenalan dengan saya!.
“ Ya , bagus sekali ! Coba sekali lagi . Bagus begitu”
“Setelah S berkenalan denagn orang tersebut S dapat melanjutkan percakapan tentang cuac , tentang hobi , tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan S setelah latihan berkenalan !”
“S tadi mempraktikan cara berkenalan dengan baik sekali”
“Selanjutnya S dapat mengingat – ingat apa yang kita pelajari tadi setelah sya tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk berkenalan denagn orang lain, S mau praktikan ke pasien lain? Mau pukul berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal harian S.”
“Besok pagi pukul 10 saya akan dating kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya, Perawat N. Bagaimana S. Mau kan?”
“Baiklah , sampai jumpa.”

Latihan 8.2
Ajarkan pasien berinterkasi secara bertahap ( berkenalan dengan orang pertama[seorang perawat].
Orientasi:
“Selamat pagi”
“Bagaiman perasaan S hari ini?”
“Sudah diingat – ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan suster!”
“ Bagus sekali, S masih ingat , nah seperti janji saya, saya akan mengajak S berkenalan dengan Ibu kader. Tidak lama kok, sekitar 10 menit.”
“Ayo kita temui perawat N disana”.
Kerja:
(Bersama- sama S anada mendekati Kader N)
“ Selamat  pagi Ibu N, ini saya ingin berkenalan dengan ibu.”
“Baiklah S, S dapat berkenalan dengan ibu Kader N seperti yang dipraktikan kemaren.”
(Pasien , mendemostrasikan cara berkenalan dengan Kader N :
Member salam, menyebutkan nama , menayakan nama perawat, dan seterusnya.)

Latihan 8.3
Latih pasien berinterkasi secara bertahap ( berkenalan dengan orang kedua[ seorang pasien]
Oreintasi :
“Selamat pagi” S . Bagaimana perasaan S hari ini?
“Apakah S bercakap –cakap dengan bu Kader kemarin?’
(Jika jawaban pasien ya . Anda dapat lanjutkan komuniaksi berikutnya dengan orang lain.)
“Bagaimana perasaan s setelah bercakap – cakap dengan Kader kenaren siang ?”
“Bagu sekali . S menjadi senang Karena punya teman lagi.”
“Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?
“ Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain yaitu tetangga Q?
“Seperti biasa kira – kira 10 menit.”
“Mari kita temui dia di ruang makan.”
Kerja:
(Bersama- sama S . Anda mendeati pasien)
“Selamat pagi. Ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“Baiklah S. S sekarang dapat bekenalan dengannya seperti yang telah S lakukan sebelumnya”
(Pasein mendemontrasikan cara berkenalan ; member salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal sama.)
“Ada lagi yang ingin tanyakan kepada O?”
“ Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat sudahi perkenalan ini. Lalu S dapat buat janji bertemu lagi, mis. Bertemu lagi pukul 4 sore nanti .”
( S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
“ Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruamh S . Selamat apgi.”
( Bersama – sama pasien, anda meninggalkan O untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain.)

Terminasi:
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O?
“ Dibandingkan kemarin pagi, S tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” “perubahan apa yang suda S lakukkan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali denagn O pukul 4 sore.”
“Selanjutnaya bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap – cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian? Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang sama orang lain sebanyak tiga kali, pukul 10 pagi, pukul 1 siang dan pukul 8 malam, S dapat bertmu dengan M dan yang lain. Selanjutnya S dapat berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S setuju kan ?”
“Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S pada pukul yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”


b. Tindakan keperwatan untuk keluarga.
Setelah tindakan keperaatan diharapkan keluarga mampu merawat psien isolasi soisal. Tindakan dilakukan dengan melatih keluarga merawat pasien isollasi soial. Keluarga merupakan system pendukung utama bagi pasien untuk dapat membanntu pasien mengatasi masalah isolasi social ini, karna keluaga lah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi social dirumah meliputi:
1.      Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dlama merawat pasien
2.      Menjelaskan tentang:
a.       Masalah isolasi social dan dampaknya pada pasien
b.      Penyebab isolasi social
c.       Cara-cara merawat pasien social antara lain:
1)      Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara besikap peduli dan tidak ingkar janji
2)      Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien utuk dapat melakukan kegiatan bersama-samadengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar
3)      Tidak memberikan pasien dirumah
4)      Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien
3.      Memperagakan cra merawat pasien isolasi pasien
4.      Membantu keluarga mampratikan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang telah dipelajari
5.      Menjelaskan  perawatan lanjutan.
Latiahan 8. 4
Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi social, penyebab isolasi soisal, dan cara merawat pasien dengan isolasi social.
Pragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!
Orientasi:
“Selamat pagi pak”
“Perkanalkan saya perwat H dari puskesmas, saya yang merawat yang merawaat anak bapak”
“Nama bapak siapa Tanya, senang dipaggil apa?”
“Bagaimana perasan bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak bapak dan cara perawatanya?”
“Kita diskusi disini aja ya? Berapa lama bapak punya waktu? Bagaiman kalau setengah jam?”
Kerja:
“Apa masalah bapak atau ibu hadapi dalam merawat S?”
“Apa yang sudah dilakukan ?”
“Masalah yang dialami anak S disebut isolasi social. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”
“Tanda-tandanya antara lain tidak mau brgaul dengan orang lain, mengurung diri, kalau pun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk.”
“Biasanya masalah ini muncul karna memiliki pengalaman yang mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang-orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi social ini tidak diatasi maka sseorang dapat mengalami halusinasi yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada”
“Untuk menghadapi keaddan demikian bapak dan anggota keluarga lainnya harus bersabar menghadapi anak S. Dan utuk mrawat S, keluarga perlu melakukan bebrapa hal. Pertama. Kluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang caranya adlah bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji.
Kedua. Keluarga perlu memberikan dorongan dan semangat kapada S utuk dapat melakukan kegiatan bersama-sama orang lain. Berikan pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien”
“Selanjutnya jngan biarkan s sendiri buat rencana atau jadwal bercaakap-cakap dengan S. Missal sholat bersama, makan bersama,rekreasi bersama, elakukan kegiatan rumah tangga bersama”
“Nah bagaimana kalau kita sekarang latihan untuk melakukan semua rencana semua itu?”
“Begini contoh komunikasinya, pak S; bapak lihat sekarang kamu sudah dapat bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya lumayan lama karna senang sekali melihat perkembangan kamu. Nak. Coba berbincang-incang dengan sodara yang lain. Lalu bagaimana kalau maluai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalu dirumah skit ini, kalau dirumh sakit ini kamu sholat dimana? Kalau dirumah kamu shoolat bersama-sama kluarga atau dimushola kampong. Bagaimana S, kamu mau coba kan nak?”
“Nah coba sekarang bapak pragakan cara komunikai seperti yang saya contoh kan.”
“Bagus, pak. Bapak mempragakan dengan baik sekali sampai sini ada yang ditanyakan pak?”

Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan bapak setelah kita lattihan tadi?”
“Coba bapak ulangi lagi apa yang dimaksud isolasi social dan tanda—taanda orang mengalami isolai social”
“Bagus sekali pak bapak dapat menyebutkan kembali caa-cara perawatan tersebut”
“Nanti kalau ketemu S coba bapak/ibu latihan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juaga melakukan hal yang sama.”
“Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari untuk latihan langsung kepada S.”
“Kita bertemu di rumah bapak saja, pad pukul yang sama, selamat pagi.”

Latihan 8.5
Latih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi social langsung dihadapan pasien.
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu”
“Bagaimana perasaana bapak/ibu hari ini?”
“Bapak masih ingat latihan  merawat anak bapak seperti yang telah kita pelajari beberapa hari yang lalu.”
“Mari praktikan langsung ke S. Berapa lama waktu yang bapak/ibu ? Baik kita akan coba 30 menit.”
“Sekarang mari kita temui S.”
Kerja:
“Selamat pagi S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
“Bapak/ibu S ingin bercakap – cakap. Beri salam ! Bagus. Tolong  S tunjukkan jadwal kegiatannya.”
(Kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“Nah, pak sekarang bapak dapat mempraktikan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu.”
( Anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang telah dilakukan pada waktu pertemuan sebelumnya)
“Bagaiman perasaan S seetelah berbincang – bincang denagn ornag tua S?”“Baikklah, sekarang saya dan orang tua keruang perawat dulu.”
( anda dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi keluarga)
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak /ibu  kita latihan tadi ? Bapak sudah bagus”
“Mulai sekarang bapak sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada S”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak melakuakan cara merawat yang sudah kita pelajari . Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang pak.”
“Sampai jumpa!”

Latihan 8.6
Jelaskan perawatan lanjutan
Orientasi:
“Selamat pagi pak/bu”
“Karena kunjungan saya sudah mau berakhir maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan dirumah.”
“Bagaimana kita membicarakan perawatan lanjutan disini saja?”
Kerja:
“Bapak/ibu, ini jadwal yang sudah dibuat, coba dilihat, mungkinkah bias dilanjutkan? Bapak/ibu lanjutkan jadwal ini, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obat.”
“Hal – ahla yang diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh anak bapak/ibu. Mis ., kalau terus menerus tidak mau bergaul dengan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi perawat K di Puskesmas  Indana Puri, ini nomor telepon puskesmasnya xxxxxx.”
Terminasi:
“Bagaimana pak/bu ?Apa ada yang belum jelas? Ini  jadwal kegiatan S. Jangan lupa control ke PKM seebelum obat habis jika ada gejala yang tampak”











Evaluasi
Kemampuan pasien dan keluarga
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOCIAL
Nama pasien :……….
Ruangan :………..….
Nama perawat :.....….
Petunjuk pengisian :
1.      Beri tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan dibawah ini.
2.      Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervise.

No
Kemampuan
Tanggal
A.
Pasien
1.
Menyebutkan penyebab isolasi social



2.
Menyebutkan keuntungan berinterksi dengan orang lain



3.
Menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain



4.
Berkenalan dengan satu orang



5.
Berkenalan dengan dua atau lebih



6.
Memilaiki jadwal kegiatan berbincang – bincang dengan orang lain sebagai sala  satu kegiatan harian



7.
Melakukan perbincangan dengan orang lain sesuai jadwal harian



B.
Keluarga



1.
Menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala isolasi social



2.
Menyebutkan cara- cara merawat psien isolasi social



3.
Mendemontrasiakan cara merawat pasien isolasi social



4.
Menyebutkan tempat rujuakan yang sesuai untuk pasien isolasi social













Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEARAWAT PASIEN DENGAN ISOLASI
Nama :………........
Rauangan :.............
Nama perawat :…..
Petunjuk pengisian :
1.      Penilaian tindakana keperawatan untuk setiap SP dengan mengguanakan instrumen penilaian kinerja.
2.      Nilai tiap penialaian kinerja dimasukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No
Kemampuan
Tanggal
A.
Pasien








SP 1 p







1.
Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien







2.
Berdiskusi dengan paseian tentanga keuntunagan keuntungan berinteraksi denagn orang lain







3.
Berdiskusi dengan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain







4.
Menagajarkan pasien cara berkenalan denagn satu orang







5.
Menganjurkan pasien memasukkkan kegiatan latihan berbincang- bincang dengan cara ke dalam kegiatan harian








Nilai SP 1 p








SP II p







1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian paseien







2.
Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktiakan kepada pasien untuk memprkatikan dengan satu orang







3.
Mrmbantu pasien memasukkan kegiatan berbinacang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian








Nilai SP II p








SP III p







1.
Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien







2.
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berkenalan denagn orang atau lebih







3.
Menganjuarkan pasien memasukkan kegiatan ini kedalam jadwal kegiatan harian








Nilai SP III p







B.
Kelurga







1.
Mendiskusiakn masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien







2.
Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala isolasis sosial yang dialami pasien proses terjadinya







3.
Menjelaskan cara merawat pasien isolasi sosial








Nilai SP 1 k








SP II k







1.
Melatih keluarga memprkatikan cara merawat pasien isolasi sosial







2.
Melatih keluarga melkukan cara emrawatlangsung kepada pasien isolasi sosial








Niali SP II k








SP III k







1.
Mmbantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termsuk minum obat







2.
Menjelaskan follow up pasien








Nilai SP III k








Total niali SP p + SP k








Rata – rata








3.      Dokumentasi asuhan keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan setiap tahap proses kepetawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawaatn, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan , dan evaluasi. (Keliat, 2011)



BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan


Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orag lain.
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.

B.     Saran

Untuk kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa keperawanan bisa menangani pasien dengan gangguan isolasi sosial. Dengan konsep yang telah dipelajari dimakalah ini. Untuk selanjutnya mampu melaksanakan asuhan keperawatn jiwa di rumah sakit.

 




DAFTAR PUSTAKA

 

Direja, (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
hartono, y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Kaplan, M. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.
Keliat. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC.
Kusumawati, F. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
MD, K. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
nama akhir (tahun). judul artikel. diakses dari http://www.tribunnews.com/2011/03/19/sekarang-30.000-orang-gila-ada-di-jawa-tengah) pada tanggal 30 juni 2014.
http://jrpatrickgaskins.blogspot pada.com/2012/07/asuhan-keperawatan-jiwa- -tn-dengan.html.diunggah jam 18.00 2 juli 2014.




Komentar