asuhan keperawatan dengan mioma uteri

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.Wb.
Bismillaah,  selamat pagi kakak cantik, πŸ˜™,kali ini says akan menulis artikel tentang asuhan keperawatan dengan pasien mioma uteri,  πŸ˜‰, yuuk langsung cusss,  πŸƒπŸƒπŸƒ



      Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayahNyalah Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
      Alhamdulillah kami dapat membuat makalah presentasi PKL Keperawatan Maternitas (Ginekologi) di RSUD Kota Ungaran yang sederhana ini. Dengan tujuan memenuhi tugas dari pembimbing kami yaitu Ns Maulidta K W, M. Kep selaku dosen pembimbing kami di AKADEMI WIDYA HUSADA SEMARANG dan sebagai bahan pembelajaran kami.
      Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.



Semarang,  10 Maret 2015


Penyusun

 

BAB I

PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2014 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan prilaku yang sehat. Salah satu indikator kesehatan, yaitu angka kematian Ibu (http//www.depkes.go.id. online diakses tanggal 10 Maret 2015)
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, setiap tahun, jumlah penderita kanker bertambah mencapai 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang, diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua pertiga dari penderita kanker di dunia akan berada di Negara-negara yang sedang berkembang (Setiati.E,  2009).
Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,30–11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering dijumpai. Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya Mioma Uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa pubertas dan tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan pada wanita berumur 20 tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun yaitu kurang dari 25 %. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang kurang subur (http://medlinux.blogspot.com di akses tanggal 10 Maret 2015).
Dengan pertumbuhan Mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali Mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35–45 tahun (25%). Pertumbuhan Mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma Uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
Berdasarkan profil kesehatan Jawa Tengah, jumlah kematian ibu matenal pada tahun 2006 sebanyak 133 orang per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 143 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data yang diperoleh dari  Medical Record RSUD Ungaran tahun 2014 angka kejadian Mioma Uteri sebanyak 42 per 884 jumlah penderita tumor (4,75%), tahun 2013 sebanyak 41 per 1100 jumlah penderita tumor (3,72%) dan pada tahun 2014 mulai dari bulan januari sampai bulan agustus sebanyak 17 per 884 jumlah penderita tumor (1,92%).  
Di Jawa Tengah ditemukan 48 kasus mioma uteri. Dari data yang didapatkan di Medical Record RSUD Ungaran pada periode Januari - Desember 2014 ditemukan 1014 kasus ginekologi dimana diantaranya terdapat sekitar 37 (3,66%) kasus mioma uteri dengan rincian pada bulan Januari sebanyak 7 orang (18,91%),Februari 3 orang (8,1%), Maret 1 orang (2,7%), April 6 orang (16,21%), Mei 4 orang (10,81%), Juni 3 orang (8,1%), Juli 4 orang (10,81%), September 2 orang (5,4%), Oktober 1 Orang (2,7%), November 4 orang (10,81%), dan Desember 2 orang (5,4%). (http://medlinux.blogspot.com di akses tanggal 10 Maret 2015).
Sehubungan dengan tingginya angka kejadian Mioma Uteri, maka penulis merasa tertarik untuk membahas secara spesifik mengenai masalah ini dengan menggunakan asuhan keperawatn pada Ny “R”  Dengan  Mioma Uteri di ruang Flamboyan RSUD Ungaran.




b.      Tujuan

1.      Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan, mengaplikasikan Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
2.      Tujuan khusus
a.       Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti pengkajian Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
b.      Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai analisa data  Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
c.       Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti diagnosa Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
d.      Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai intervensi Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
e.       Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti implementasi dan evaluasi Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri



BAB II

KONSEP DASAR

a.      Definisi

Mioma uteri adalah neoplasma jinak, berasal dari otot uterus yang dalam kepustakaan ginekologi terkenal dengan istilah-istilah fibroma uteri, atau uteria fibroid. (Prawirohardjo, 2006 )
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).

b.      Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan  tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1.   Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2.   Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3.   Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

4.   Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

c.       Patofisiologi

Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas mimetrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi warnanya akan keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin-menjalin dan melingkar-lingkat didalam matrik jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan  kosentrik serta serabut normal yang mengelilingi tumor berorientasi sama antara tumor dan miometrium normal, terdapat lapisan jaringan areolar tipis yang membentuk pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam mioma.
      Pada pemeriksaan mikroskopis, kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan  menjadi berkas-berkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk ke predokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampani suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi terutama pada bagian tengah mioma. Mula-mula terjadi degenerasi nyalin mungkin menjadi degenerasi kistik. Atau klasifikasi dapat terjadi kapanpun. Oleh ahli ginekologi pada obat ke-19 disebut “ batu rahim “. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi, dengan diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor yang memberikan gambaran, seperti daging sapi mentah, kurus dan 10% terjadi perubahan tumor. 




d.      Pathways ( untuk patways kunjungi;  aljazuli99@.blogspot.com) 



e.       Manifestasi klinis

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1.      Besarnya mioma uteri.
2.      Lokalisasi mioma uteri.
3.      Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
1.       Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
2.       Penekanan rahim yang membesar :
ΓΌ  Terasa berat di abdomen bagian bawah.
ΓΌ  Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis.
ΓΌ  Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
ΓΌ  Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
3.       Nyeri, dapat disebabkan oleh :
ΓΌ  Penekanan saraf.
ΓΌ  Torsi bertangkai.
ΓΌ  Submukosa mioma terlahir.
ΓΌ  Infeksi pada mioma.
4.       Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
5.       Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
6.       Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
·         Kehamilan dapat mengalami keguguran.
·         Persalinan prematuritas.
·         Gangguan proses persalinan.
·         Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
·         Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.

f.       Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :
1.      Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.
2.      USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus.
3.      Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4.      Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5.      Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
6.      ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.
7.      Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma Uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
8.      Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9.      MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

g.      Komplikasi

a.       Perdarahan sampai terjadi anemia
b.      Torsi tungkai mioma dari :
-          Mioma uteri, subsemsa
-          Mioma uteri subumatosa
c.       Nekrosis dan infeksi, setelah tursi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
d.      Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan
·         Pengaruh mioma terhadap kehamilan
Ø  Infeksi
Ø  Abortus
Ø  Persalinan premature dan kelaianan letak
Ø  Infeksia uteria
Ø  Gangguan jalan persalinan
Ø  Retensi plasenta
·         Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai

h.      Penatalaksanaan

Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.
1.      Penanganan koservatif sebagai berikut :
-          Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
-           anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC
-          Pemberian zat besi
-          Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi genedropin dan menciptakan keadaan hipohistrogonik yang serupa yang ditekankan pada periode postmenopause efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi GnRH .
-          Ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan , mengurangi kehilangan  darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfuse darah, namun obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis pada waktu tersebut.
2.      Penanganan operatif bila
-          Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
-          Pertumbuhan tumor ceppat
-          Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi
-          Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
-          Hipermenoria pada mioma submukosa
-          Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi dilakukan dapat berupa :
a.       Enukluasi mioma
b.      Histektomi
c.       Miotektomi

i.        Pengkajian fokus

-          Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi
-          Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal
-          Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah
-          Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB
-          Pasien merasa haidnya tidak teratur
( Data objektif )
-          Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal, permukaan tumor rata serta adanya pergerakan tumor
-          Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanuat di dapat tumor menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglas
-          Inferti atau abortus

j.        Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan adanya penekan syaraf
b.      Gangguan pola eliminasi, disuna berhubungan dengan pembesaran uterus yang menekan vesika urinaria
c.       Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan pembesaran uterus yang menekan rectum
d.      Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

k.      Intervensi

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan pada organ dan syaraf viseral
Tujuan = nyeri dapat mengalami berkuranf dengan
KH =
 - Tnada-tanda vital ( TD : 120/80 )
- Nyeri berkurang ( 3-4 )
Intervensi
1.      Kaji tingkat nyeri pasien ( skala )
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri
2.      Anjurkan nektruk relaksasi
Rasional : pasien bisa mandiri mengurangi nyeri
3.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri pada pasien
2.      Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada mioma uteri terhadap kandung kemih.
Tujuan =  Setelah dilakukan tindakan keperawatan eliminasi BAK lancar dengan
KH        =
-           Urine dapat kelur lancar
-          Klien tidak mengeluh sakit
-          Klien merasa nyaman
Intervensi
a.       Kaji pola miksi dan monitor pengeluaran uurivas
Rasional : melihat perubahan pada eliminasi
b.      Lakukan palpasi pada kandung kemih
Rasional : menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
c.       Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air
Rasional : mencegah retensi urine
3.      Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan pembesaran uterus yang menekan rectum
Tujuan = Setelah dilakukan tindakan keperawatan eliminasi BAB lancar dengan KH konstipasi menurun, feses lunak.
Intervensi
a.       Menejemen defekasi
Rasional : membentuk dan mempertahankan pola eliminasi dengan defekasi teratur
b.      Manajemen cairan
Rasional : meningkatkan keseimbangan cairan
c.       Manajemen elektrolit
Rasional : mengatur dan mencegah komplikasi akibat pembentukan kadar cairan elektrolit
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelmahan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawanan selama 3 x 24 jam diharapkan toleransi aktivitas dengan kriteria hasil
-          Kebugaran fisik
-          Energi psikomotor dan perawatn diri
Intervensi
1.      Pantau tanda – tanda vital
Rasional : penurunan TTV menunjukkan kelemahan fisik
2.       Bantu pasien mengidentifikasi pilihan aktivitas
Rasional: mengurangi aktivitas yang tidak perlu
3.       Bantu pasien untuk mengubah posisi
Rasional : mengurangi kekakuan otot





BAB III

TINJAUAN KASUS


a.      Pengkajian

Tanggal pengkajian 14 februari 2015 jam 10.00 wib
A.    Identitas
Nama                          : Ny. R
Umur                          : 39 tahun
Jenis kelamin              : Wanita
Suku/bangsa               : Indonesia
Status perkawinan      :Cerai
Pendidikan                 :  Tidak sekolah
Pekerjaan                    : Petani
Alamat                       : Boja,Kendal
Tanggal masuk           : 12 februari 2015
No.reg                                    :-
Diagnosa keperawatan: Miom uteri

Penanggung jawab
Nama                                      : Tn. S
Umur                                      : 25 tahun
Hubungan dengan pasien       : Anak
Suku/bangsa                           : Indonesia
Agama                                    : Islam
Pendidikan                             : Smp
Pekerjaan                                : Wiraswasta

B.     Riwayat keperawatan
a.      Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
b.      Riwayat kesehatan sekarang : Pasien dating dari IGD dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, sakit saat BAK, gejala itu ada sejak kurang lebih 3 hari yang lalu, kemudian keluarga membawa ke RSUD Ungaran untuk mendapat perawatan lebih lanjut. 
c.       Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit dengan pasien dan tidak mempunyai penyakit lain, seperti HT, DM.
d.      Riwayat Reproduksi : Pasien mengatakan pada saat menstrusi merasa sakit, haid 7 hari siklus haid 28 hari.
-          Riwayat obstetric
Anak        Kehamilan                   Persalinan                                Anak
No
Tahun
Umur kehamilan
Riwayat
Jenis penolong
Penyakit
Jenis kelamin
BB
PJ
1
25
9 bln 5 hari

Dukun desa

Normal
3kg
4cm


6. Riwayat keluarga berencana
Pasien mengatakan mengikuti KB spirait sejak 9 tahun yang lalu.
1.      Pengkajian pola fungsional
a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-          Sebelum    : pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan dan menganggap kesehatan adalah hal yng utama
-          Selama       : pasien mengatakan kesehatan adalah hal yang paling berharga
2.      Pola Nutrisi dan metabolic
-          Sebelum    : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur dan lunak, serta bminum air putih
-          Selama       : pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan pola nafsu makan dan selalu menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit
3.      Pola eliminasi
-          Sebelum    : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik lunak, kuning, bau khas dan BAK 4-5 x sehari, kuning, bau khas
-          Selama       : pasien mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik lunak, kuning, bau khas dan BAK merasa sakit saat mengeluarkan urin kemudian dipasang DC volume rata-rata 800 cc perhari
4.      Pola aktivitas dan latihan
-          Sebelum    : pasien mengatakan beraktifitas seperti bekerja dan lain-lain tanpa bantuan dengan orang lain
-          Selama       : pasien mengatakan setelah dirawat dari RS semua kegiatan di bantu oleh keluarga
5.      Pola persepsi dan kognitif
-          Sebelum    : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba.
-          Selama       : pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba.
6.      Pola tidur dan istirahat
-          Sebelum    : pasien mengatakan tidur 8-9 jam perhari dengan nyenyak
-          Selama       : pasien mengatakan pasien tidur 6-7 jam perhari dan sering terbangun pada malam hari
7.      Pola persepsi diri dan kognitif
Body  image         : klien tidak malu dengan keadaannya yang sekarang
Identitas               : klien sebagai tulang punggung
Peran                    : klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan mengalami perubahan karena sakit yang dialami
Ideal diri              : klien berharap agar cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti sedia kala
Harga diri             : klien tidak merasa rendah diri ataupun minder dengan keadaan sekarang
8.      Pola hubungan social
-          Sebelum                : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain dan mampu beradaptasi dengan lingkungan
-          Selama                   : pasien masih mampu berinteraksi dengan perawat dokter maupun keluarga dan orang lain.
9.      Pola seksual dan Reproduksi
Pasien sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual karena sudah tahu bercerai dengan suaminya.
10.  Pola mekanisme koping
Pasien adalah orang yang tegar dalam mengatasi masalahnya dengan dirundingan bersama anggota keluarga
11.  Pola nilai dan kepercayaan ( Agama )
Klien menganut agama islam dan k lien selalu menjalankan ibadah sholat dan berdoa dirumah tapi selama sakit klien hanya bisa berdoa saja.

C.     Pemeriksaan fisik
Keadaan         : compos mentis
TD                  : 110/70 mmhg
N                    : 88X/menit
RR                  : 20xmenit
S                     : 36 C
BB                  : 44 kg
TB                  : 156 cm
Lila                 : 24 cm
Kepala                        : Masosepal
Mata               : konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik
Hidung           : bersih, tidak terdapat sosius dan polip
Telinga           : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan dan tidak menggunakan alat bantu, tidak ada mastoiditis
Mulut                         : mukosa lembab, mulut bersih, gigi caries
Leher              : tidak ada pembesaran tiroid dan limfa
Dada
-          Paru-paru  :is : simetris
Pal : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
Per : sonor
Aus : vesikuler
-          Jantung      : IS : simetris
Pal : tidak ada nyeri tekan
Per : rekak
Aus : regular
-          Abdomen  : Is : simetris datar
Pal : perut odema, terdapat nyeri tekan
Aus  : suara bising usus 18x / menit ( 5-24x/menit )
Per  : tympani
P : nyeri saat bergerak dan BAK
Q : seperti ditusuk jarum
R : dan perut bagian bawah sampai vagina
S : skala 6
T : Kurang lebih 10 cm
-          Genetalia : bersih, tidak ada luka, terpasang DC
-          Ekstremitas : tidak ada odema terpasang selang infuse NaCL pada tangan kanan
-          Crt                         : < 3 detik
-          Turgor       : normal
-          Kulit          : bersih, tidak sianosis

5.      Data Penunjang
1.      Pemeriksaan USG : terdapat daging seperti gumpalan darah
2.      Program terapi
-          NaCL        : 12 tpm
-          WB
3.      Laboratorium ( 12 februari 2015 )
PEMERIKSAAN
HASIL
NORMAL
SATUAN
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Eritrosit
Granula
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
GOL
GDS
Hbs Ag
3,7
4,4
383
13,4
2,18
69,9
29,7
5,4
61,6
16,9
27,6
21,5
B
100
-
11,5-16,0
4,0-11
150-440
35,0-49,0
3,8-5,2
50-70
20-40
2-8
82-91
27-31
32-56
11,6-19,8
-
70-140
-
g/dl
10^3/ul
10^3/ul
%
10^6/ul
%
%
%
Fl
Pg
g/dl
%
-
g/dl

b.      Analisa Data

NO
DATA FOKUS
PROBLRM
ETIOLOGI
TTD
1.



















2.








3.
Ds : Pasien merasa nyeri saat bergerak dan saat BAK
P : Nyeri saat BAK dan bergerak
Q : Sperti ditusuk jarum
R  : Perut bawah sampai vagina
S : Skala 6
T : Krg lbh 10 m
Do : TD : 110/70   mmHg
        N : 88x/menit
        RR : 20x/menit
        S : 36
Pasien lemas
Sering memegang perutnya

DS : pasien mengatakan sering kencing sedikit dan merasa sakit
DO :-  pasien saat berkemih merasa kesakitan
-sering berkemih

DS : Pasien mengatakan lemas
DO : TD : 110/70mmHg
RR : 20X/menit
N : 88x/menit
S : 36
-Pasiensering dibantu
Nyeri



















Resiko gangguan eliminasi urin







Intoleransi aktifitas
Perjalanan penyakit ( mioma uteri )


















Gangguan sensori akibat penekanan uretra







Kelemahan fisik


c.       Diagnosa Keperawatan

NO
TGL
DIAGNOSA
TTD
1.
2.

3.
14 FEB 2015
14 feb 2015

14 feb 2015
Nyeri b/d perjalanan penyakit ( mioma uteri )
Resiko gangguan eliminasi urin b/d gangguan sensoori akibat penekanan uretra
Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

d.      Intervensi Keperawatan

NO
DP
TUJUAN DAN KH
INTERVENSI
RASIONAL
TTD
1.









2.










3.


DX 1








Dx 2









DX 3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
-Nyeri berkurang
KH :
-TD dalam batas normal ( 100/70-140/90 )
-Skala nyeri ( 3-4 )
Setelah dilakukan tindakan keperewatan selama 3x24jam kutimensia urine dengan KH :
-Mempertahankan pola berkemih
-Eliminasi urine tidak terganggu

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien intoleransi aktifitas dengan KH :
-Kebugaran  fisik
-Energi psikomotor dan perwatan diri
1.Kaji karakteristik nyeri ( PQRST )
2.Kaji faktor yang mempengaruhi
3.Berikan posisi yang nyaman
4.Ajarkan relaksasi
5.kolaborasi pemberian analgetik

1.Latih kandung kemih
2.Managemen eliminasi/urine
3.Pantau eliminasi urine
4.Ajarkan pasien untuk minum 200 ml pada saat makan dan awal pulang

1.Pantau tanda-tanda vital
2.Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas
3.Bantu pasien melakukan posisi
4.Anjurkan pasien dan keluarga untuk koandraian
1.Untuk memeriksa jenis skala
2.Sebagai salah satu dasar askep
3.Aktifitas sesuai kesenangan akan mengurangi nyeri
5.Untuk mengurangi nyeri


1.Meningkatkan fungsi kandung kemih
2.Mempertahakan pola eliminasi
3.Mengetahui masukan dan keluaran
4.Memenuhi kebtuhan ciran dan melatih refleksi kandung kemih


1.Penuruna TTV menunjukkan  kelemahan fisik
2.Mengurangi aktifitas yang tidak perlu
3. Mengurangi kekakuan otot
4.Periode istirahat secara beraturan







e.       Implementasi Keperawatan

NO
TGL
DP
IMPLEMENTASI
RASIONAL
TTD
1.



















2.







14 feb 2015





















































15 feb 2015






















































I



















II







III



























III






II






II






I

































I












I



















II










III
-Mengkaji karakteristik nyeri



















-Menganjurkan minum 200 ml






-Memantau keadaan pasien







-Memberikan tranfusi darah





-Menganjurkan pasien mengubah posisi





-Memantau keluaran urine






-Memantau keadaan pasien






-Memantau keluaran urine






-Melatih relaksasi






Mengkaji karakteristik nyeri











-Memberikan posisi yang nyaman
-Mengajarkan  teknik relaksasi
-Memantau keluaran urin
-Menejemen eliminasi urin
-Mengajarkan posisi untuk minum 200ml














-Memantau TTV
-Membantu pasien untuk mengubah posisi
-Menganjurkan pasien dan keluarga untuk perawatan diri







-Mengkaji karakteristik nyeri
-Memberikan posisi yang nyaman
-Mengajarkan teknik relaksasi















-Memantau keluaran urine
-Managemen eliminasi urine
-Mengajarkan pasien untuk  minum 200ml







-Memantau TTV
-Mengubah pasien untuk mengubah posisi
-Menganjurkan pasien dan untuk mandiri


DS : Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bawah
P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti di tusuk jarum
R : Perut bawah -> vagina
S : Skala 6
T : krg lbh 10 m
DO : TD : 110/70mmHg
N : 88x/menit
S : 36
RR : 20x/menit
-Lemah


DS : Pasien mengatakan mau minum
DO : Pasien minum krg lbh 100 ml air putih


DS : Pasien mengatakan lemas
DO : TD : 110/70mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
S : 36

DS : Pasien mengatakan bersedia
Do : Tranfusi darah 20 tpm

DS : Pasien mengatakan setuju
DO : Pasien lebih nyaman
Tidur terlentang dengan bantal

DS : -
DO : tTerpasang DC
-Urine krg lbh 300 ml
-Kuning
-Bau khas

DS : Pasien mengatakan lemas
DO : TD : 110/80mmHg
N : 76x/menit
S : 36
RR : 21x/menit
DS :-
DO : Terpasang DC
-Urine krg lbh 400 ml
-Kuning
-Bau khas

DS : Pasien mengatakan setuju dilakukan relaksasi
DO : Berlatih relaksasi nafas dalam selama merasakan sakit
DS : pasien menyatakan nyeri saat berkemih
P : saat berkemih.
Q : ditusuk jarum.
R : perut sampai vagina.
S : skala 6.
T : kurang lebih  10 menit.
DO : pasien tampak kesakitan
S : pasien menyatakan nyeri saat bergerak dan berkemih .
P : nyeri saat gerak dan berkemih
Q : seperti di tusuk jarum
R : perut bawah
S : skala 6
T : kurang lebih 10M.
O : TD : 110/70 mmhg
RR : 20 xm
N : 88 xm
S : 36
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,3,4

S : Pasien mengatakan  lemas
O : TD : 110/80 mmhg
N : 88x/m
S : 36
RR : 20x/m
-Tampak lemas
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4

S : Pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan berkemih
P: Saat berkemih dan bergerak
Q  : seperti di tusuk jarum
R : perut bawah
S : skala 6
T : krg lbh 10 m
O : TD : 110/80mmhg
RR : 21X/menit
N : 76x/menit
S : 36
A : Masalh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
S : Pasien mengatakan nyeri saat berkemih
O : -Vesika urinaria penuh
-Nyeri tekan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4

S : Pasien mengatakan lemas
O : TD : 110/80mmhg
RR : 21x/menit
N : 76xmenit
S : 36
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4










BAB IV

PEMBAHSAN


  1. 1.      Pengkajian
Pada pembahasan laporan kasus ini dalam pengkajian penulis menggunakan metode wawancara pasien dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam memperoleh data pasien. Melalui pemeriksaan diperoleh data yang valid dan sesuai kenyataan yang ada pada pasien saat itu. Sedangkan wawancara bila tidak terarah dan tidak fokus membutuhkan waktu yang lama dan bisa saja mengatakan yang tidak sebenarnya. Pengkajian pasien juga diperoleh dengan melihat status perkembangan kesehatan di ruangan. Data yang diambil adalah pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium.

  1. 2.      Diagnosa

1)      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan uretra. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (International Association for the Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Nyeri dapat didiagnosis berdasarkan laporan pasien saja karena kadang-kadang hanya hal tersebut yang merupakan tanda nyeri. Nyeri dapat juga menjadi etiologi yaitu faktor yang berhubungan untuk diagnosis keperawatan yang lain.
2)      Gangguan eliminasi berhubungan dengan penekanan tumor. Gangguan eliminasi adalah keadaan individu yang mengalami gangguan eliminasi urin. Penyebab yang multipel, meliputi obstruksi anatomis gangguan sensori atau motorik dan saluran kemih. Tingkat pemahaman tentang yang disampaikan tentang keamanan penggunaan pengobatan, pengendalian eliminasi, eliminasi urine kemampuan sistem perkemihan untuk menyaring sisa, menyimpan zat terlarut dan untuk mengumpulkan serta membuang urine dengan pola yang sehat.
3)      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit kanker serviks dan pengobatannya. Cemas adalah ketakutan terhadap suatu penyakit karena belum mengetahui sepenuhnya bagaimana keadaan dalam cemas, tidak ada atau kurangnya informasi pengetahuan tentang topik yang spesifik. Kecemasan muncul seketika karena adanya ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Kurang pengetahuan ini boleh digunakan secara efektif sebagai etiologi diagnosis keperawatan, hal ini yang memfokuskan perilaku yang mengidentifikasikan keraguan pada diri sendiri, konflik dalam pengambilan keputusan, ansietas dan yang lain sebagainya.
3.      Intervensi
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai (Direja, 2011).
Menurut Stuart (2001, dalam Direja, 2011), tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnose keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. R berdasarkan pada teori keperawatan jiwa, dimana terdapat tujuan umumnya yaitu klien tidak melakukan tindakan kekerasan, dan terdapat sembilan tujuan khusus yaitu tujuan khusus pertama adalah bina hubungan saling percaya dengan klien, rasionalnya adalah hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya, tujuan khusus kedua yaitu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, rasionalnya adalah klien beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel atau kesal dapat diketahui, tujuan khusus ketiga adalah mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, rasionalnya adalah untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasa saat jengkel, tujuan khusus keempat adalah mengidentififkasi jenis perilaku kekerasan, rasionalnya adalah dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Intervensi keperawatan selanjutnya pada tujuan khusus kelima adalah mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, rasioanalanya adalah membantu klien untuk menilai perilaku kekerasan yang dilakukanya, tujuan khusus keenam adalah mengidentifikasi cara yang dilakukan ketika perilaku kekerasan muncul, rasionalnya adalah agar klien dapat mempelajari cara yang lain konstruktif, tujuan khusus ketujuh adalah ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, rasionalnya adalah memberikan simulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat, tujuan khusus kedelapan adalah ajarkan pada keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, rasionalnya adalah agar keluarga dapat merawat klien dengan perilaku kekerasan, tujuan kesembilan adalah anjurkan pada klien menggunakan obat dengan benar, rasionalnya adalah klien dan keluarga dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien (Damaiyanti, 2012).
Dalam rencana keperawatan yang penulis susun pada masalah keperawatan Tn. R, penulis sesuaikan dengan teori diatas.


BAB V

PENUTUP

a.      Kesimpulan

Dari telaah pustaka yang penulis lakukan maka dapat diperoleh kesimpulan: Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau fibroid. Mioma uteri termasuk neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga dengan dua tempat yaitu serviks uteri dan korpus uteri.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi mioma uteri adalah suatu tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan terakhir mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Pada Ny. R dapat ditegakkan 3 masalah yaitu nyeri, gangguan eliminasi dan cemas karena kurangnya pengetahuan tentang mioma uteri. Setelah dilakukan tindakan maka hasil evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi sebagian sehingga intervensi tetap dilanjutkan.

b.      Saran 

Memberikan asuhan keperawatan harus lebih maksimal agar hasil yang dicapai dapat terwujud sesuai keinginan dan mengupayakan terhadap pasien agar menjaga kesehatan mereka supaya tidak ada orang yang sakit serupa seperti mioma uteri. Memberikan motivasi pendidikan kesehatan tentang mioma uteri, bagaimana mioma uteri itu bisa tumbuh di serviks untuk kita semua, memberikan semaksimal mungkin untuk kesehatan bagi kita sendiri maupun orang lain atau pasien.
Bagi pasien yang mengalami kesakitan hendaknya secepat mungkin untuk memeriksa keadaan tubuhnya. Selain itu, sekiranya pasien belum mengetahui tentang apapun untuk menanyakan ke pihak kesehatan setempat. Peningkatan pelayanan di Rumah Sakit hendaknya ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan agar pasien yang dirawat memperoleh kepuasan dan cepat sembuh. Bagi pelayanan kesehatan akan merasa puas bila melihat pasien yang dirawat sembuh total dan merasakan kebahagiaan itu muncul bila melihat orang yang kesakitan menjadi sembuh total, kekeluargaan akan muncul sewaktu pasien dirawat dan kami merawatnya.
Kedepannya kami akan memajukan untuk pelayanan kesehatan seperti mengutamakan pasien dan tidak membeda-bedakan antara pasien dengan pasien yang lain.



BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Bagian obstreti dan Ginekologi. FK. Unpad. 2000. Ginekologi.Edisi.Bandung
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC
Doengoes,ME . 2010. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi II. EGC.Jakarta
Hartono, paijo. 2011 . Kanker serviks / lahir Rahim dan masalah skrining di Indonesia.
Khursus pra kongres KOLG XI  Denpasar. Membar vol 5 No 2 2001
Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 1991.
Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. POGI. Jakarta
Sarjadi. 1995. Patologi Ginekologi Hipokrates. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Jakarta
Sarwono Prawirahardjo. 1976Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
Tucker.Martin susan.dkk. 2005. Pasien Care Nursing proses Diagnosa outcome.Volume 4. Edisi v. Penerjemah yasmin asihEGC.Jakarta
Wiknjosastro Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo. Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Diagnosa keperawatan, Edisi 9. EGC.Jakarta
(Http//www.depkes.go.id. online diakses tanggal 10 Maret 2015)
(Http://kesmas-unsoed.blogspot.mioma-Uteri diakses tanggal 10 Maret 2015)
(Http: //www. InfoMedika.com/ mioma uteri. Htm diakses tanggal 10 Maret 2015)


Sekian dari saya ulil alj ™πŸ‘Ά tunggu artikel selanjutnya ya,😽  minta doa nya semoga sukses,  sehat,  panjang umur bisa menaikkan haji orang tua,  semoga yang mendoakan saya,  kembali lagi doanya sendiri kepada yang mendoakan,  terima kasih semoga bermanfaat. Amiin

Jangan lupa share and ikuti blog yaa
πŸ˜ΉπŸ˜ΉπŸ™Š




Komentar