KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Bismillaah, selamat pagi kakak cantik, π,kali ini says akan menulis artikel tentang asuhan keperawatan dengan pasien mioma uteri, π, yuuk langsung cusss, πππ
Bismillaah, selamat pagi kakak cantik, π,kali ini says akan menulis artikel tentang asuhan keperawatan dengan pasien mioma uteri, π, yuuk langsung cusss, πππ
Puji
syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayahNyalah Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah kami dapat
membuat makalah presentasi PKL Keperawatan Maternitas (Ginekologi) di RSUD Kota
Ungaran yang sederhana ini. Dengan tujuan memenuhi tugas dari pembimbing kami
yaitu Ns Maulidta K W, M. Kep selaku dosen pembimbing kami di AKADEMI WIDYA HUSADA SEMARANG dan
sebagai bahan pembelajaran kami.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Namun, Penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi Penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Semarang, 10 Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tujuan
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2014 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan Negara Indonesia ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan prilaku yang sehat. Salah satu indikator kesehatan, yaitu angka kematian
Ibu (http//www.depkes.go.id. online diakses tanggal 10 Maret 2015)
Menurut data
dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, setiap tahun, jumlah penderita kanker
bertambah mencapai 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang, diperkirakan 9
juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua pertiga dari
penderita kanker di dunia akan berada di Negara-negara yang sedang berkembang
(Setiati.E, 2009).
Di Indonesia,
Mioma Uteri ditemukan 2,30–11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering dijumpai.
Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
terdapat mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala,
diperkirakan 60% dari laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan
Mioma Uteri. Lesi ini sering ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya Mioma
Uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa pubertas dan tumbuh selama masa
reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan pada wanita berumur 20 tahun
atau kurang, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun yaitu kurang dari 25 %. Dan
setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat
tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara
atau yang kurang subur (http://medlinux.blogspot.com di akses
tanggal 10 Maret 2015).
Dengan
pertumbuhan Mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali Mioma
ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35–45 tahun
(25%). Pertumbuhan Mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat
mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh
cepat. Mioma Uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang
kurang subur (Saifuddin, 1999).
Berdasarkan
profil kesehatan Jawa Tengah, jumlah kematian ibu matenal pada tahun 2006
sebanyak 133 orang per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007
sebanyak 143 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 jumlah
kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang per 100.000
kelahiran hidup dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 118 per 100.000 kelahiran
hidup.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari Medical Record
RSUD Ungaran tahun 2014 angka kejadian Mioma Uteri sebanyak 42 per 884 jumlah
penderita tumor (4,75%), tahun 2013 sebanyak 41 per 1100 jumlah penderita tumor
(3,72%) dan pada tahun 2014 mulai dari bulan januari sampai bulan agustus
sebanyak 17 per 884 jumlah penderita tumor (1,92%).
Di Jawa Tengah ditemukan 48 kasus
mioma uteri. Dari data yang didapatkan di Medical Record RSUD Ungaran pada
periode Januari - Desember 2014 ditemukan 1014 kasus ginekologi dimana
diantaranya terdapat sekitar 37 (3,66%) kasus mioma uteri dengan rincian pada
bulan Januari sebanyak 7 orang (18,91%),Februari 3 orang (8,1%), Maret 1 orang
(2,7%), April 6 orang (16,21%), Mei 4 orang (10,81%), Juni 3 orang (8,1%), Juli
4 orang (10,81%), September 2 orang (5,4%), Oktober 1 Orang (2,7%), November 4
orang (10,81%), dan Desember 2 orang (5,4%). (http://medlinux.blogspot.com di akses
tanggal 10 Maret 2015).
Sehubungan
dengan tingginya angka kejadian Mioma Uteri, maka penulis merasa tertarik untuk
membahas secara spesifik mengenai masalah ini dengan menggunakan asuhan
keperawatn pada Ny “R” Dengan
Mioma Uteri di ruang Flamboyan RSUD Ungaran.
b. Tujuan
1.
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan,
mengaplikasikan Asuhan keperawatan maternitas
dengan Mioma Uteri
2.
Tujuan khusus
a.
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti pengkajian Asuhan
keperawatan maternitas dengan Mioma
Uteri
b.
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai analisa data Asuhan keperawatan maternitas dengan Mioma Uteri
c.
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti diagnosa Asuhan keperawatan
maternitas dengan Mioma Uteri
d.
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai intervensi Asuhan
keperawatan maternitas dengan Mioma
Uteri
e.
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti implementasi dan evaluasi
Asuhan keperawatan maternitas dengan
Mioma Uteri
BAB II
KONSEP DASAR
a. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak, berasal
dari otot uterus yang dalam kepustakaan ginekologi terkenal dengan
istilah-istilah fibroma uteri, atau uteria fibroid. (Prawirohardjo, 2006 )
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).
b. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti
mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa
mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone.
1.
Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan
kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan
hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim
ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).
Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai
jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2.
Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:
mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen
pada tumor.
3.
Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama
kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa
yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam
Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang
dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta
yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan
infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang
menderita mioma.
4. Fungsi ovarium :
Diperkirakan
ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma
uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami
regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga
terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen
terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like
growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak
pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan
mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka.
Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan
setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.
c. Patofisiologi
Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas mimetrium sekitarnya
karena kapsulnya berkontraksi warnanya akan keputihan, tersusun atas
berkas-berkas otot jalin-menjalin dan melingkar-lingkat didalam matrik jaringan
ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan kosentrik serta serabut normal yang
mengelilingi tumor berorientasi sama antara tumor dan miometrium normal,
terdapat lapisan jaringan areolar tipis yang membentuk pseudokapsul, tempat
masuknya pembuluh darah ke dalam mioma.
Pada pemeriksaan mikroskopis,
kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang
dipisahkan menjadi berkas-berkas oleh
jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh
darah yang masuk ke predokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu
melampani suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi terutama pada bagian
tengah mioma. Mula-mula terjadi degenerasi nyalin mungkin menjadi degenerasi
kistik. Atau klasifikasi dapat terjadi kapanpun. Oleh ahli ginekologi pada obat
ke-19 disebut “ batu rahim “. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi, dengan
diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor yang memberikan gambaran, seperti
daging sapi mentah, kurus dan 10% terjadi perubahan tumor.
d. Pathways ( untuk patways kunjungi; aljazuli99@.blogspot.com)
e. Manifestasi klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai
keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam
uterus. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
gejala klinik meliputi :
1.
Besarnya mioma uteri.
2.
Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari
pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang
dapat timbul pada mioma uteri:
1.
Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan
hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan
abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan
kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan
endometrium.
2.
Penekanan rahim yang membesar :
ΓΌ
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
ΓΌ
Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi
ureter dan hidronefrosis.
ΓΌ Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
ΓΌ Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
3.
Nyeri, dapat disebabkan oleh :
ΓΌ
Penekanan saraf.
ΓΌ
Torsi bertangkai.
ΓΌ
Submukosa mioma terlahir.
ΓΌ
Infeksi pada mioma.
4.
Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang
berlokasi di cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa
dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
5.
Kongesti
vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah,
hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
6.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan
dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
·
Kehamilan dapat mengalami keguguran.
·
Persalinan prematuritas.
·
Gangguan proses persalinan.
·
Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
·
Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan
plasenta dan perdarahan.
f. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer (2002),
pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri adalah :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin
turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah
uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam,
teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari
sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin
ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi,
yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma Uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma Uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI
sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat
dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm
yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.
g. Komplikasi
a.
Perdarahan sampai terjadi anemia
b.
Torsi tungkai mioma dari :
-
Mioma uteri, subsemsa
-
Mioma uteri subumatosa
c.
Nekrosis dan infeksi, setelah tursi dapat terjadi nekrosis dan
infeksi
d.
Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan
·
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
Γ Infeksi
Γ Abortus
Γ Persalinan
premature dan kelaianan letak
Γ Infeksia uteria
Γ Gangguan jalan
persalinan
Γ Retensi
plasenta
·
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai
h. Penatalaksanaan
Penanganan
yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara konservatif dan
penanganan secara operatif.
1.
Penanganan koservatif sebagai berikut :
-
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan
-
anemia, Hb < 89 %
tranfusi PRC
-
Pemberian zat besi
-
Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan
tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi genedropin dan
menciptakan keadaan hipohistrogonik yang serupa yang ditekankan pada periode
postmenopause efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12
minggu. Terapi GnRH .
-
Ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan
beberapa keuntungan , mengurangi kehilangan
darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfuse
darah, namun obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan
osteoporosis pada waktu tersebut.
2.
Penanganan operatif bila
-
Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
-
Pertumbuhan tumor ceppat
-
Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi
-
Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
-
Hipermenoria pada mioma submukosa
-
Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis
operasi dilakukan dapat berupa :
a.
Enukluasi mioma
b.
Histektomi
c.
Miotektomi
i.
Pengkajian fokus
-
Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi
-
Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal
-
Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah
-
Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB
-
Pasien merasa haidnya tidak teratur
(
Data objektif )
-
Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal, permukaan
tumor rata serta adanya pergerakan tumor
-
Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanuat di dapat tumor
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglas
-
Inferti atau abortus
j.
Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan adanya penekan syaraf
b.
Gangguan pola eliminasi, disuna berhubungan dengan pembesaran
uterus yang menekan vesika urinaria
c.
Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan pembesaran
uterus yang menekan rectum
d.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
k. Intervensi
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan pada
organ dan syaraf viseral
Tujuan
= nyeri dapat mengalami berkuranf dengan
KH =
- Tnada-tanda vital ( TD : 120/80 )
-
Nyeri berkurang ( 3-4 )
Intervensi
1.
Kaji tingkat nyeri pasien ( skala )
Rasional
: untuk mengetahui skala nyeri
2.
Anjurkan nektruk relaksasi
Rasional
: pasien bisa mandiri mengurangi nyeri
3.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional
: untuk menghilangkan rasa nyeri pada pasien
2.
Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada
mioma uteri terhadap kandung kemih.
Tujuan
= Setelah dilakukan tindakan keperawatan
eliminasi BAK lancar dengan
KH =
-
Urine dapat kelur lancar
-
Klien tidak mengeluh sakit
-
Klien merasa nyaman
Intervensi
a.
Kaji pola miksi dan monitor pengeluaran uurivas
Rasional : melihat perubahan pada eliminasi
b.
Lakukan palpasi pada kandung kemih
Rasional : menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
c.
Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air
Rasional : mencegah retensi urine
3.
Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan pembesaran
uterus yang menekan rectum
Tujuan
= Setelah dilakukan tindakan keperawatan eliminasi BAB lancar dengan KH
konstipasi menurun, feses lunak.
Intervensi
a.
Menejemen defekasi
Rasional
: membentuk dan mempertahankan pola eliminasi dengan defekasi teratur
b.
Manajemen cairan
Rasional
: meningkatkan keseimbangan cairan
c.
Manajemen elektrolit
Rasional
: mengatur dan mencegah komplikasi akibat pembentukan kadar cairan elektrolit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelmahan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawanan selama 3 x 24 jam diharapkan toleransi
aktivitas dengan kriteria hasil
-
Kebugaran fisik
-
Energi psikomotor dan perawatn diri
Intervensi
1. Pantau tanda – tanda vital
Rasional : penurunan TTV menunjukkan kelemahan fisik
2. Bantu pasien mengidentifikasi pilihan aktivitas
Rasional: mengurangi aktivitas yang tidak perlu
3. Bantu pasien untuk mengubah posisi
Rasional : mengurangi kekakuan otot
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian
Tanggal
pengkajian 14 februari 2015 jam 10.00 wib
A.
Identitas
Nama
: Ny. R
Umur
: 39 tahun
Jenis
kelamin : Wanita
Suku/bangsa : Indonesia
Status
perkawinan :Cerai
Pendidikan
: Tidak sekolah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Boja,Kendal
Tanggal
masuk : 12 februari 2015
No.reg :-
Diagnosa
keperawatan: Miom uteri
Penanggung
jawab
Nama
: Tn.
S
Umur
: 25
tahun
Hubungan
dengan pasien : Anak
Suku/bangsa
: Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan
: Smp
Pekerjaan
:
Wiraswasta
B.
Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
b. Riwayat
kesehatan sekarang : Pasien dating dari IGD dengan keluhan nyeri perut bagian
bawah, sakit saat BAK, gejala itu ada sejak kurang lebih 3 hari yang lalu,
kemudian keluarga membawa ke RSUD Ungaran untuk mendapat perawatan lebih
lanjut.
c. Riwayat kesehatan
yang lalu : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit
dengan pasien dan tidak mempunyai penyakit lain, seperti HT, DM.
d. Riwayat
Reproduksi : Pasien mengatakan pada saat menstrusi merasa sakit, haid 7 hari
siklus haid 28 hari.
-
Riwayat obstetric
Anak Kehamilan Persalinan Anak
No
|
Tahun
|
Umur kehamilan
|
Riwayat
|
Jenis penolong
|
Penyakit
|
Jenis kelamin
|
BB
|
PJ
|
1
|
25
|
9 bln 5 hari
|
Dukun desa
|
Normal
|
3kg
|
4cm
|
6.
Riwayat keluarga berencana
Pasien
mengatakan mengikuti KB spirait sejak 9 tahun yang lalu.
1.
Pengkajian pola fungsional
a.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-
Sebelum : pasien mengatakan
selalu menjaga kesehatan dan menganggap kesehatan adalah hal yng utama
-
Selama : pasien
mengatakan kesehatan adalah hal yang paling berharga
2.
Pola Nutrisi dan metabolic
-
Sebelum : pasien mengatakan
makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur dan lunak, serta bminum air putih
-
Selama : pasien
mengatakan tidak mengalami masalah dengan pola nafsu makan dan selalu
menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit
3.
Pola eliminasi
-
Sebelum : pasien mengatakan
BAB 1 kali dengan karakteristik lunak, kuning, bau khas dan BAK 4-5 x sehari,
kuning, bau khas
-
Selama : pasien
mengatakan BAB 1 kali dengan karakteristik lunak, kuning, bau khas dan BAK merasa
sakit saat mengeluarkan urin kemudian dipasang DC volume rata-rata 800 cc
perhari
4.
Pola aktivitas dan latihan
-
Sebelum : pasien mengatakan
beraktifitas seperti bekerja dan lain-lain tanpa bantuan dengan orang lain
-
Selama : pasien
mengatakan setelah dirawat dari RS semua kegiatan di bantu oleh keluarga
5.
Pola persepsi dan kognitif
-
Sebelum : pasien mengatakan
tidak ada gangguan dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
peraba.
-
Selama : pasien
mengatakan tidak ada gangguan dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan peraba.
6.
Pola tidur dan istirahat
-
Sebelum : pasien mengatakan
tidur 8-9 jam perhari dengan nyenyak
-
Selama : pasien
mengatakan pasien tidur 6-7 jam perhari dan sering terbangun pada malam hari
7.
Pola persepsi diri dan kognitif
Body image :
klien tidak malu dengan keadaannya yang sekarang
Identitas
: klien sebagai tulang
punggung
Peran :
klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan mengalami perubahan karena sakit
yang dialami
Ideal diri :
klien berharap agar cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti sedia kala
Harga diri : klien
tidak merasa rendah diri ataupun minder dengan keadaan sekarang
8.
Pola hubungan social
-
Sebelum :
pasien mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan
-
Selama :
pasien masih mampu berinteraksi dengan perawat dokter maupun keluarga dan orang
lain.
9.
Pola seksual dan Reproduksi
Pasien
sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual karena sudah tahu bercerai dengan
suaminya.
10.
Pola mekanisme koping
Pasien
adalah orang yang tegar dalam mengatasi masalahnya dengan dirundingan bersama
anggota keluarga
11.
Pola nilai dan kepercayaan ( Agama )
Klien
menganut agama islam dan k lien selalu menjalankan ibadah sholat dan berdoa
dirumah tapi selama sakit klien hanya bisa berdoa saja.
C.
Pemeriksaan fisik
Keadaan
: compos mentis
TD : 110/70 mmhg
N : 88X/menit
RR : 20xmenit
S : 36 C
BB : 44 kg
TB : 156 cm
Lila
: 24 cm
Kepala : Masosepal
Mata
: konjungtiva anemis, sclera
tidak ikhterik
Hidung
: bersih, tidak terdapat sosius
dan polip
Telinga
: tidak ada peradangan, tidak
ada nyeri tekan dan tidak menggunakan alat bantu, tidak ada mastoiditis
Mulut
: mukosa lembab,
mulut bersih, gigi caries
Leher
: tidak ada pembesaran tiroid
dan limfa
Dada
-
Paru-paru :is : simetris
Pal
: tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
Per
: sonor
Aus
: vesikuler
-
Jantung : IS : simetris
Pal
: tidak ada nyeri tekan
Per
: rekak
Aus
: regular
-
Abdomen : Is : simetris datar
Pal
: perut odema, terdapat nyeri tekan
Aus : suara bising usus 18x / menit ( 5-24x/menit
)
Per : tympani
P :
nyeri saat bergerak dan BAK
Q :
seperti ditusuk jarum
R :
dan perut bagian bawah sampai vagina
S :
skala 6
T :
Kurang lebih 10 cm
-
Genetalia : bersih, tidak ada luka, terpasang DC
-
Ekstremitas : tidak ada odema terpasang selang infuse NaCL pada
tangan kanan
-
Crt :
< 3 detik
-
Turgor : normal
-
Kulit : bersih, tidak
sianosis
5.
Data Penunjang
1.
Pemeriksaan USG : terdapat daging seperti gumpalan darah
2.
Program terapi
-
NaCL : 12 tpm
-
WB
3.
Laboratorium ( 12 februari 2015 )
PEMERIKSAAN
|
HASIL
|
NORMAL
|
SATUAN
|
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Eritrosit
Granula
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
GOL
GDS
Hbs Ag
|
3,7
4,4
383
13,4
2,18
69,9
29,7
5,4
61,6
16,9
27,6
21,5
B
100
-
|
11,5-16,0
4,0-11
150-440
35,0-49,0
3,8-5,2
50-70
20-40
2-8
82-91
27-31
32-56
11,6-19,8
-
70-140
-
|
g/dl
10^3/ul
10^3/ul
%
10^6/ul
%
%
%
Fl
Pg
g/dl
%
-
g/dl
|
b. Analisa Data
NO
|
DATA FOKUS
|
PROBLRM
|
ETIOLOGI
|
TTD
|
1.
2.
3.
|
Ds : Pasien merasa nyeri saat bergerak dan saat BAK
P : Nyeri saat BAK dan bergerak
Q : Sperti ditusuk jarum
R : Perut bawah sampai
vagina
S : Skala 6
T : Krg lbh 10 m
Do : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
S : 36
Pasien
lemas
Sering
memegang perutnya
DS
: pasien mengatakan sering kencing sedikit dan merasa sakit
DO
:- pasien saat berkemih merasa
kesakitan
-sering
berkemih
DS
: Pasien mengatakan lemas
DO
: TD : 110/70mmHg
RR
: 20X/menit
N
: 88x/menit
S
: 36
-Pasiensering
dibantu
|
Nyeri
Resiko gangguan eliminasi urin
Intoleransi aktifitas
|
Perjalanan penyakit ( mioma uteri )
Gangguan sensori akibat penekanan uretra
Kelemahan fisik
|
c. Diagnosa Keperawatan
NO
|
TGL
|
DIAGNOSA
|
TTD
|
1.
2.
3.
|
14 FEB 2015
14 feb 2015
14 feb 2015
|
Nyeri b/d
perjalanan penyakit ( mioma uteri )
Resiko
gangguan eliminasi urin b/d gangguan sensoori akibat penekanan uretra
Intoleransi
aktifitas b/d kelemahan fisik
|
d. Intervensi Keperawatan
NO
|
DP
|
TUJUAN DAN KH
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
TTD
|
1.
2.
3.
|
DX 1
Dx 2
DX 3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
-Nyeri
berkurang
KH
:
-TD
dalam batas normal ( 100/70-140/90 )
-Skala
nyeri ( 3-4 )
Setelah
dilakukan tindakan keperewatan selama 3x24jam kutimensia urine dengan KH :
-Mempertahankan
pola berkemih
-Eliminasi
urine tidak terganggu
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien intoleransi
aktifitas dengan KH :
-Kebugaran fisik
-Energi
psikomotor dan perwatan diri
|
1.Kaji
karakteristik nyeri ( PQRST )
2.Kaji
faktor yang mempengaruhi
3.Berikan
posisi yang nyaman
4.Ajarkan
relaksasi
5.kolaborasi
pemberian analgetik
1.Latih
kandung kemih
2.Managemen
eliminasi/urine
3.Pantau
eliminasi urine
4.Ajarkan
pasien untuk minum 200 ml pada saat makan dan awal pulang
1.Pantau
tanda-tanda vital
2.Bantu
pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas
3.Bantu
pasien melakukan posisi
4.Anjurkan
pasien dan keluarga untuk koandraian
|
1.Untuk memeriksa jenis skala
2.Sebagai salah satu dasar askep
3.Aktifitas sesuai kesenangan akan mengurangi nyeri
5.Untuk mengurangi nyeri
1.Meningkatkan fungsi kandung kemih
2.Mempertahakan pola eliminasi
3.Mengetahui masukan dan keluaran
4.Memenuhi kebtuhan ciran dan melatih refleksi kandung kemih
1.Penuruna TTV menunjukkan
kelemahan fisik
2.Mengurangi aktifitas yang tidak perlu
3. Mengurangi kekakuan otot
4.Periode istirahat secara beraturan
|
e. Implementasi Keperawatan
NO
|
TGL
|
DP
|
IMPLEMENTASI
|
RASIONAL
|
TTD
|
1.
2.
|
14 feb 2015
15 feb 2015
|
I
II
III
III
II
II
I
I
I
II
III
|
-Mengkaji
karakteristik nyeri
-Menganjurkan
minum 200 ml
-Memantau
keadaan pasien
-Memberikan
tranfusi darah
-Menganjurkan
pasien mengubah posisi
-Memantau
keluaran urine
-Memantau
keadaan pasien
-Memantau
keluaran urine
-Melatih
relaksasi
Mengkaji
karakteristik nyeri
-Memberikan
posisi yang nyaman
-Mengajarkan teknik relaksasi
-Memantau
keluaran urin
-Menejemen
eliminasi urin
-Mengajarkan
posisi untuk minum 200ml
-Memantau
TTV
-Membantu
pasien untuk mengubah posisi
-Menganjurkan
pasien dan keluarga untuk perawatan diri
-Mengkaji
karakteristik nyeri
-Memberikan
posisi yang nyaman
-Mengajarkan
teknik relaksasi
-Memantau
keluaran urine
-Managemen
eliminasi urine
-Mengajarkan
pasien untuk minum 200ml
-Memantau
TTV
-Mengubah
pasien untuk mengubah posisi
-Menganjurkan
pasien dan untuk mandiri
|
DS : Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bawah
P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti di tusuk jarum
R : Perut bawah -> vagina
S : Skala 6
T : krg lbh 10 m
DO : TD : 110/70mmHg
N : 88x/menit
S : 36
RR : 20x/menit
-Lemah
DS : Pasien mengatakan mau minum
DO : Pasien minum krg lbh 100 ml air putih
DS : Pasien mengatakan lemas
DO : TD : 110/70mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
S : 36
DS : Pasien mengatakan bersedia
Do : Tranfusi darah 20 tpm
DS : Pasien mengatakan setuju
DO : Pasien lebih nyaman
Tidur terlentang dengan bantal
DS : -
DO : tTerpasang DC
-Urine krg lbh 300 ml
-Kuning
-Bau khas
DS : Pasien mengatakan lemas
DO : TD : 110/80mmHg
N : 76x/menit
S : 36
RR : 21x/menit
DS :-
DO : Terpasang DC
-Urine krg lbh 400 ml
-Kuning
-Bau khas
DS : Pasien mengatakan setuju dilakukan relaksasi
DO : Berlatih relaksasi nafas dalam selama merasakan sakit
DS : pasien menyatakan nyeri saat berkemih
P : saat berkemih.
Q : ditusuk jarum.
R : perut sampai vagina.
S : skala 6.
T : kurang lebih 10 menit.
DO : pasien tampak kesakitan
S : pasien menyatakan nyeri saat bergerak dan berkemih .
P : nyeri saat gerak dan berkemih
Q : seperti di tusuk jarum
R : perut bawah
S : skala 6
T : kurang lebih 10M.
O : TD : 110/70 mmhg
RR : 20 xm
N : 88 xm
S : 36
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,3,4
S : Pasien mengatakan lemas
O : TD : 110/80 mmhg
N : 88x/m
S : 36
RR : 20x/m
-Tampak lemas
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
S : Pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan berkemih
P: Saat berkemih dan bergerak
Q : seperti di tusuk jarum
R : perut bawah
S : skala 6
T : krg lbh 10 m
O : TD : 110/80mmhg
RR : 21X/menit
N : 76x/menit
S : 36
A : Masalh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
S : Pasien mengatakan nyeri saat berkemih
O : -Vesika urinaria penuh
-Nyeri tekan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4
S : Pasien mengatakan lemas
O : TD : 110/80mmhg
RR : 21x/menit
N : 76xmenit
S : 36
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
|
BAB IV
PEMBAHSAN
- 1. Pengkajian
Pada pembahasan laporan kasus ini dalam pengkajian penulis
menggunakan metode wawancara pasien dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga
dilakukan dalam memperoleh data pasien. Melalui pemeriksaan diperoleh data yang
valid dan sesuai kenyataan yang ada pada pasien saat itu. Sedangkan wawancara
bila tidak terarah dan tidak fokus membutuhkan waktu yang lama dan bisa saja
mengatakan yang tidak sebenarnya. Pengkajian pasien juga diperoleh dengan
melihat status perkembangan kesehatan di ruangan. Data yang diambil adalah
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium.
- 2. Diagnosa
1)
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan uretra. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan
dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,
digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (International Association for the
Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari enam bulan. Nyeri dapat didiagnosis berdasarkan laporan
pasien saja karena kadang-kadang hanya hal tersebut yang merupakan tanda nyeri.
Nyeri dapat juga menjadi etiologi yaitu faktor yang berhubungan untuk diagnosis
keperawatan yang lain.
2)
Gangguan eliminasi berhubungan dengan penekanan tumor. Gangguan eliminasi
adalah keadaan individu yang mengalami gangguan eliminasi urin. Penyebab yang
multipel, meliputi obstruksi anatomis gangguan sensori atau motorik dan saluran
kemih. Tingkat pemahaman tentang yang disampaikan tentang keamanan penggunaan
pengobatan, pengendalian eliminasi, eliminasi urine kemampuan sistem perkemihan
untuk menyaring sisa, menyimpan zat terlarut dan untuk mengumpulkan serta
membuang urine dengan pola yang sehat.
3)
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit kanker
serviks dan pengobatannya. Cemas adalah ketakutan terhadap suatu penyakit
karena belum mengetahui sepenuhnya bagaimana keadaan dalam cemas, tidak ada
atau kurangnya informasi pengetahuan tentang topik yang spesifik. Kecemasan
muncul seketika karena adanya ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Kurang
pengetahuan ini boleh digunakan secara efektif sebagai etiologi diagnosis
keperawatan, hal ini yang memfokuskan perilaku yang mengidentifikasikan
keraguan pada diri sendiri, konflik dalam pengambilan keputusan, ansietas dan
yang lain sebagainya.
3.
Intervensi
Perencanaan
keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum
berfokus pada penyelesaian permasalahan dari
diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian
tujuan khusus telah dicapai (Direja, 2011).
Menurut Stuart (2001, dalam Direja, 2011), tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Kemampuan ini
dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnose keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan
kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar
klien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah.
Intervensi
keperawatan yang dilakukan pada Tn. R berdasarkan pada teori keperawatan jiwa, dimana terdapat tujuan umumnya yaitu klien
tidak melakukan tindakan kekerasan, dan
terdapat sembilan tujuan khusus yaitu tujuan
khusus pertama adalah bina hubungan saling percaya dengan klien, rasionalnya adalah hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya, tujuan khusus kedua yaitu
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,
rasionalnya adalah klien beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel atau kesal dapat diketahui, tujuan khusus
ketiga adalah mengidentifikasi tanda-tanda
perilaku kekerasan, rasionalnya adalah untuk
mengetahui hal yang dialami dan dirasa saat jengkel, tujuan khusus keempat adalah mengidentififkasi jenis perilaku kekerasan, rasionalnya adalah dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Intervensi keperawatan selanjutnya pada tujuan khusus kelima adalah
mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, rasioanalanya adalah membantu
klien untuk menilai perilaku kekerasan yang dilakukanya, tujuan khusus keenam
adalah mengidentifikasi cara yang dilakukan ketika perilaku kekerasan muncul,
rasionalnya adalah agar klien dapat mempelajari cara yang lain konstruktif,
tujuan khusus ketujuh adalah ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan,
rasionalnya adalah memberikan simulasi kepada klien untuk menilai respon
perilaku kekerasan secara tepat, tujuan khusus kedelapan adalah ajarkan pada
keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, rasionalnya adalah agar
keluarga dapat merawat klien dengan perilaku kekerasan, tujuan kesembilan
adalah anjurkan pada klien menggunakan obat dengan benar, rasionalnya adalah
klien dan keluarga dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien
(Damaiyanti, 2012).
Dalam rencana keperawatan yang
penulis susun pada masalah keperawatan Tn. R,
penulis sesuaikan dengan teori diatas.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari telaah pustaka yang penulis lakukan maka dapat
diperoleh kesimpulan: Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan
leiomioma, fibriomioma atau fibroid. Mioma
uteri termasuk neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga
dengan dua tempat yaitu serviks uteri dan korpus uteri.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi
mioma uteri adalah suatu tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data,
menentukan diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan, lalu
mengimplementasikan dan terakhir mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Pada Ny. R dapat ditegakkan 3 masalah yaitu nyeri, gangguan
eliminasi dan cemas karena kurangnya pengetahuan tentang mioma uteri. Setelah
dilakukan tindakan maka hasil evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi
sebagian sehingga intervensi tetap dilanjutkan.
b. Saran
Memberikan
asuhan keperawatan harus lebih maksimal agar hasil yang dicapai dapat terwujud
sesuai keinginan dan mengupayakan terhadap pasien agar menjaga kesehatan mereka
supaya tidak ada orang yang sakit serupa seperti mioma uteri. Memberikan
motivasi pendidikan kesehatan tentang mioma uteri, bagaimana mioma uteri itu
bisa tumbuh di serviks untuk kita semua, memberikan semaksimal mungkin untuk
kesehatan bagi kita sendiri maupun orang lain atau pasien.
Bagi pasien
yang mengalami kesakitan hendaknya secepat mungkin untuk memeriksa keadaan tubuhnya.
Selain itu, sekiranya pasien belum mengetahui tentang apapun untuk menanyakan
ke pihak kesehatan setempat. Peningkatan pelayanan di Rumah Sakit hendaknya
ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan agar pasien yang dirawat memperoleh
kepuasan dan cepat sembuh. Bagi pelayanan kesehatan akan merasa puas bila
melihat pasien yang dirawat sembuh total dan merasakan kebahagiaan itu muncul
bila melihat orang yang kesakitan menjadi sembuh total, kekeluargaan akan muncul
sewaktu pasien dirawat dan kami merawatnya.
Kedepannya kami
akan memajukan untuk pelayanan kesehatan seperti mengutamakan pasien dan tidak
membeda-bedakan antara pasien dengan pasien yang lain.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Bagian obstreti dan
Ginekologi. FK. Unpad. 2000. Ginekologi.Edisi.Bandung
Brunner and
Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah edisi 8. EGC
Doengoes,ME . 2010. Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi
II. EGC.Jakarta
Hartono,
paijo. 2011 . Kanker
serviks / lahir Rahim dan masalah skrining di Indonesia.
Khursus pra
kongres KOLG XI Denpasar. Membar vol 5
No 2 2001
Pengurus Besar
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 1991.
Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. POGI. Jakarta
Sarjadi. 1995. Patologi
Ginekologi Hipokrates. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Jakarta
Sarwono Prawirahardjo. 1976. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka. Jakarta
Tucker.Martin
susan.dkk. 2005. Pasien
Care Nursing proses Diagnosa outcome.Volume 4. Edisi
v. Penerjemah yasmin asihEGC.Jakarta
Wiknjosastro Hanifa. 1999. Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo. Jakarta
Wilkinson,
Judith
M. 2013. Buku Diagnosa keperawatan, Edisi 9. EGC.Jakarta
(Http//www.depkes.go.id. online diakses tanggal
10 Maret 2015)
(Http: //www. InfoMedika.com/ mioma uteri. Htm diakses tanggal 10 Maret 2015)
Sekian dari saya ulil alj ™πΆ tunggu artikel selanjutnya ya,π½ minta doa nya semoga sukses, sehat, panjang umur bisa menaikkan haji orang tua, semoga yang mendoakan saya, kembali lagi doanya sendiri kepada yang mendoakan, terima kasih semoga bermanfaat. Amiin
Jangan lupa share and ikuti blog yaa
πΉπΉπ
Komentar
Posting Komentar