ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
            Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
            Alhamdulillah kami dapat membuat makalah presentasi PKL  Keperawatan Anak di RSUD Kota Salatiga yang sederhana ini. Dengan tujuan memenuhi tugas dari pembimbing kami yaitu Ns Wijanarko Heru P. S. Kep selaku dosen pembimbing kami di AKADEMI WIDYA HUSADA SEMARANG dan sebagai bahan pembelajaran kami.
            Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.



Semarang,  4 November  2014


Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………  i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………     1
1.      Latar Belakang ………………………………………     1
2.      Tujuan ………………………………………………      2
BAB II            KONSEP DASAR………………………………………… 3
1.      Definisi ………………………………………………..  3
2.      Etiologi ………………………………………………    3
3.      Patofisiologi …………………………………………     4
4.      Pathways ……………………………………………      4
5.      Manifestasi Klinis ……………………………………    6
6.      Pemeriksaan Penunjang ………………………………   6
7.      Komplikasi ……………………………………………..6
8.      Penatalaksanaan …………………………………….….7
9.      Pengkajian fokus ……………………………………….7
10.  Diagnose Keperawatan …………….…………………..8
11.  Intervensi ……………………………………………....9
BAB III PENGKAJIAN ……………………………………………17
1.      Biodata …………………………………………………17
2.      Riwayat Kesehatan ……………………………………  18
3.      Pola Fungsional …………………………………….       20
4.      Pengkajian Fisik ……………………………………       21
5.      Data penunjang ……………………………………        23
6.      Analisa Data ………………………………………        25
7.      Diagnosa keperawatan ….………………………….       26
8.      Rencana Keperawatan …….……………………………27
9.      Catatan Keperawatan ……………………………......    30
10.  Catatan perkembangan ………………………………    33
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………....   37
BAB PENUTUP ……………………………………………......   41
1.      Kesimpulan …………………………………………...   41
2.      Saran ………………………………………………......  41
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 42





















BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.

  1. Tujuan
1.      Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan, mengaplikasikan Asuhan keperawatan anak dengan post op tonsilektomy



2.      Tujuan khusus
a.       Mahasiswa mampu mengetahui dan mengeti pengkajian anak dengan post op tonsilektomy
b.      Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai analisa data  anak dengan post op tonsilektomy
c.       Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti diagnosa anak dengan post op tonsilektomy
d.      Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai intervensi anak dengan post op tonsilektomy
e.       Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti implementasi dan evaluasi anak dengan post op tonsilektomy.




















BAB II
KONSEP DASAR

A.    Definisi
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A-streptococcus beta hemolitik namun juga dapat disebabkan oleh bakteri jenis lain atau infeksi virus ( Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA (Wong, 2008 ).
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis ( Ngastiyah,1997 ).
Tonsilektomy adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis).

B.     Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1.       Streptokokus Beta Hemolitikus
2.       Streptokokus Viridans
3.       Streptokokus Piogenes
4.       Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)


C.    Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

D.   

Virus
(dalam udara & makanan)
 

Bakteri
(dalam udara & makanan)
 
Pathway

Benda asing di jln nafas
 

Pembesaran tonsil
 

            Prod. Secret berlebih
 

Peradangan tonsil
 
     

Kekurangan vol. cairan
 
 
































                                                            Luka insisi


Pembuluh darah terbuka
 
                                                           
                                    Jaringan terputus                     jaringan terbuka         
                                                                                                                       

Resiko perdarahan
 
                                    Merangsang area                     proteksi kurang
                                    Sensorik dan motorik             
                                                                                    Invasi bakteri

nyeri
 
                                                                                               

Resti infeksi
 
                                                                                               








E.     Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
1.      nyeri tenggorok
2.      nyeri telan
3.      sulit menelan
4.      demam
5.      mual
6.      anoreksia
7.      kelenjar limfa leher membengkak
8.      faring hiperemis
9.      edema faring
10.  pembesaran tonsil
11.  tonsil hiperemia
12.  mulut berbau
13.  otalgia ( sakit di telinga )
14.  malaise

F.     Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1.      Leukosit : terjadi peningkatan
2.      Hemoglobin : terjadi penurunan
3.      Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.

G.    Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
1.      tonsilitis kronis
2.      otitis media


H.    Penatalaksanaan
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1.      Penatalaksanaan Medis
a.       antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll.
b.      antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c.       Analgesic
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a.       kompres dengan air hangat
b.      istirahat yang cukup
c.       pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d.      kumur dengan air hangat
e.       pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

I.       Fokus pengkajian
1.      Keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.
2.      Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll.
3.      Riwayat kesehatan lalu :
a.       Riwayat kelahiran
b.      Riwayat imunisasi
c.       Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media)
d.      Riwayat hospitalisasi
4.      Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll.
5.      Pernafasan
kesulitan bernafas, batuk, ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
a.       T0 : bila sudah dioperasi
b.      T1 : ukuran yang normal ada
c.       T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
d.      T3 : pembesaran mencapai garis tengah
e.       T4 : pembesaran melewati garis tengah
6.      Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
7.      Aktifitas / istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8.      Keamanan / kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi

J.      Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi nafas karena adanya benda asing ; produksi secret berlebih.
2.      Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan
3.      Gangguan pengaturan suhu tubuh hipertermi sehubungandengan infeksi akut oleh mikroorganisme.
4.      Gangguan kebutuhan istirahat tidur sehubungandengan adanya nyeri pada daerah tonsil.
5.      Kecemasan s/d kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit yang diderita oleh klien.
Post operasi
1.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi bedah.
2.      Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op.
3.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko perdarahan  akibat tindakan operatic tondilektomi.
4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.


K.    Fokus intervensi
Pre Operasi
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
·         Tidak ada penumpukan sekrret
·         Frekuensi pernapasan dalam batas normal
·         Tidak ada bunyi nafas tambahan
Intervensi :
a.       Kajian / pantau frekuensi pernafasan
Rasional : Takipnea dapat ditemukan pada penerimaan atau selama adanya proses infeksi akut.
b.      Auskutasi bunyi nafas, cabit adanya bunyi nafas
Rasional : Adanya obstruksi jln nafas dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.
c.       Catat adanya dispnea, gelisah, ansiebis distress pernafasan, penggunaan otot Bantu
Rasional : Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
d.      Kajian pasien untuk posisi yang nyaman, mis : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional : Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
e.       Lakukan oral hygiene dengan teratur.
Rasional : Oral hygiene dapat mencegah proses infeksi berlanjut dan dapat mengontrol pengeluaran secret.
f.       Bila perlu lakukan suctioning
Rasional : Suchoring membantu pengeluaran secret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret secara mandiri melalui bentuk efektif.
g.      Oksigenasi
Rasional : Pemberian oksigen dapat membantu klien mencukupi kebutuhan oksigen yang mungkin tidak tercukupi dengan baik akibat obstruksi jalan nafas.

2.      Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
·         Nafsu makan meningkat
·         Peningkatan BB
Intervensi
a.       Tentukan kalori harian
Rasional : Dengan mengetahui kalori yang dibutuhkan dapat mengetahui jumlah diit yang diperlukan.
b.      Jelaskan pentingnya nutrisi  yang adekuat
Rasional : Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan luka.
c.       Beri dorongan individu untuk makan, khususnya makanan lunak.
Rasional :.Asupan makanan yang cukup dan adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
d.      Berikan kesenangan, suasana makan yang rileks
Rasional :.Suasana yang nyaman meningkatkan semangat klien untuk makan.
e.       Sajikan makanan porsi kecil tapi sering
Rasional : Makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi intensitas dalam menelan.
3.      Gangguan pengaturan suhu tubuh hipertermi sehubungandengan infeksi akut oleh mikroorganisme
Tujuan : gangguan suhu tubuh teratasi
Kriteria hasil :
·         Suhu tubuh kembali normal
Intervensi
a.       Kaji tingkat demam
Rasional : Dengan mengkaji tingkat demam maka akan diketahui seberapa berat infeksi yang dialami.
b.      Beri kompres hangat pada daerah frontal / dahi
Rasional : Kompres hangat membantu vasodilatasi pembuluh darah dikepala sehingga mempercepat penguapan panas.
c.       Anjurkan keluarga klien untuk memakaikan pakaian yang tipis pada klien
Rasional : Pakaian tipis membantu proses radiasi pada tubuh secara tidak langsung.
d.      Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat golongan antipiretik.
Rasional : Pemberian obat antipiretik bertujuan untuk menurunkan panas.

4.      Gangguan kebutuhan istirahat tidur sehubungandengan adanya nyeri pada daerah tonsil
Tujuan : istirahat/tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
·         Klien tidak mengelauh sulit tidur
·         Klien tampak kuat dan segar
Intervensi
a.       Atur posisi tidur yang baik untuk klien
Rasional : posisi tidur yang baik dapat menjamin kenyamanan saat tidur.
b.      Batasi jam berkunjung bagi tamu
Rasional : Berikan kesempatan kepada klien untuk beristirahat tanpa merasa terganggu.
c.       Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang
Rasional : Suasana nyaman dan tenang membantu mempercepat istirahat tidur bagi klien
d.      Berikan pengertian kepada klien tentang pentingnya istirahat tidur.
Rasional : Pentingnya istirahat dan tidur sebab dapat memicu keadaan tubuh untukk mengarah ke proses penyembuhan yang cepat.

5.      Kecemasan s/d kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit yang diderita oleh klien.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
·         Klien dan keluarga tidak bertanya lagi tentang penyakit yang diderita
Intervensi
a.       Kaji tingkat kecemasan klien dengan mendengarkan keluhan klien dan keluarganya.
Rasional : Dengan mendengarkan semua keluhan yang diutarakan, perawat bisa mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami dan dapat memberikan intervensi yang selanjutnya.
b.      Berikan informasi tentang penyakit yang sedang dideritai
Rasional : Dengan memberikan informasi dan penjelasan klien dapat mengerti apa yang sedang dideritanyadan klien akan dapat mengurangi rasa cemasnya.
c.       Anjurkan klien untuk selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
Rasional : Dengan berdoa serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa maka yakinlah bahwa kecemasan dan penyakit klien pasti bisa berkurng dan sembuh.
d.      Memberikan perawatan yang baik dan ramah pada klien
Rasional :    Dengan memberikan peleyanan yang baik dan ramah pada klien maka klien akan merasa diperhatikan sehingga klien menjadi tenang dan nyaman.

Post operasi
1.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah.
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
·         Klien tidak menunjukan ekspresi kesakitan
·         Klien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi
a.       Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
b.      Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pd sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan
c.       Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk mampu menelan
Rasional : Menelan menyebabkan aktifitas otot ygdpt menimbulkan nyeri karena adanya edema/regangan jahitan
d.      Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru
Rasional : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg memerlukan evaluasi lanjut/intervensi jaringan yg terinflamasi dan kongesti,dpt dgn mudah mengalami trauma dgn penghisapan kateter,selang makanan
e.       Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesic
Rasional : Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat
f.       Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stress contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi
Rasional : Meningkatkan rasa sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan penyembuhan
g.      Berikan irigasi oral, anestesi sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien melakukan irigasi sendiri
Rasional : Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan penyembuhan dan menurunkan bau mulut. Bahan pencuci mulut berisi alcohol / fenol harus dihindari karena mempunyai efek mengeringkan.
h.      Berikan analgetik
Rasional : Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh

2.      Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil :
·         Tidak menunjukan adanya tanda-tanda perdarahan
Intervensi
a.       Beri kalung es disekitar area operasi
Rasional : Es mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga menekan perdarahan
b.      Beri es cream ( yang halus, tidak merangsang batuk ), sesering mungkin
Rasional : Batuk menyebabkan penekanan pada vaskuler sehingga mempertinggi resiko perdarahan
c.       Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu
Rasional  : Makanan panas mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah yang meningkatkan resiko perdarahan, makanan kasar bisa melukai area post operasi yang bisa menyebabkan perdarahan.

3.      Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan operatif tondilektomi.
Tujuan : cairan tubuh terpenuhi
Kriteria hasil :
·         TTV stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik
·         Turgor kulit normal, membrane mukosa lembab
·         Pengeluaran urine individu yang sesuai
Intervensi
a.       Catat pemasukan dan pengeluaran catatan inroperasi
Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi.
b.      Munculnya mual / muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan.
Rasional : Semakin lama durasi anestesi, semakin besar rasio mual yang mempunyai kecenderungan mabuk perjalanan mempunyai resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi.
c.       Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
Rasional : Kulit yang dingin / lembab, denyut yang lemah mengindikasikan untuk penggantian cairan tambahan.
d.      Berikan cairan parenteral, sesuai petunjuk
Rasional : Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian nol rupulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi.

4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
·         Tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi
·         Suhu badan normal
Intervensi
a.       Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : Deteksi dini terjadinya infeksi.
b.      Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum klien dan Merupakan tanda adanya infeksi apabila terjadi peradangan
c.       Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
Rasional : Antibiotik dapat mencegah sekaligus membunuh kuman penyakit untuk berkembang biak.


BAB III
TINJAUAN KASUS

  1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 08.30 di ruang anggrek RSUD Kota Salatiga.
1.      Identitas pasien
Nama                           : An.K
Alamat                         : Candirejo, Salatiga
Umur                           : 13 tahun
Jenis kelamin               : Perempuan   
Agama                         : Islam
No. CM                       : 14-15-284911           
Tanggal masuk : 27 Oktober 2014
Diagnose                     : Adenotonsilitis

Nama penanggung jawab
Nama ayah                  : Tn. M
Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan                     : Swasta
Jenis kelamin               : Laki-laki
Umur                           : 31 tahun
Alamat                         : Banyu biru Salatiga

2.      Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri saat menelan
3.      Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit saat menelan, sering demam, Orang tua klien langsung membawa periksa ke Poliklinik THT RSUD Kota Salatiga, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan ada pembesaran tonsil dan harus segera dilakukan tindakan operasi.
4.      Riwayat kehamilan dan kelahiran
a.       Prenatal
Ibu periksa ANC ke bidan kurang lebih 6 kali, ibu mendapatkan imunisasi TT, ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit selama hamil.
b.      Intranatal
Lahir ditolong oleh bidan dan lahir secara spontan dengan berat badan bayi lahir 2700 gram, panjang badan lahir 50 cm dengan masa gestasi 39 minggu.
c.       Postnatal
Anak setelah lahir diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.

5.      Riwayat kesehatan masa lampau
a.       Penyakit waktu kecil : ibu klien mengatakan tidak pernah sakit, paling batuk dan pilek.
b.      Pernah dirawat di rumah sakit: ibu klien mengatakan baru pertama kali ini dirawat di rumah sakit.
c.       Obat-obatan yang digunakan: tidak pernah mengonsumsi obat-obatan warung.
d.      Tindakan operasi: ibu klien mengatakan belum pernah di operasi sebelumnya.
e.       Alergi: ibu klien mengatakan tidak ada alergi.
f.       Kecelakaan: ibu klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan.
g.      Imunisasi: ibu klien mengatakan bahwa saat bayi klien selalu rutin untuk imunisasi dengan lengkap.


6.      Riwayat kesehatan keluarga
a.       Genogram










Keterangan :
            ; laki – laki
            : perempuan
            : menikah
            :tinggal serumah
            : pasien
           

b.      Penyakit keturunan
Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan

7.      Riwayat social
a.       Ibu klien mengatakan klien dititipkan oleh neneknya, karena ayah dan ibunya bekerja.
b.      Hubungan dengan keluarga baik
c.       Pembawaan secara umum : ibu klien mengatakan bahwa klien tomboy
d.      Lingkungan rumah: ibu mengatakan rumah nyaman dan bersih


8.      Pola sehari-hari
a.       Pola istirahat dan tidur
Selama klien sakit dan dirawat dirumah sakit istirahat dan tidur tidak ada  masalah, tidur ± 8 jam per hari
b.      Personal hygiene
Klien mengatakn mandi 2 x sehari pagi dan sore. Dan selama sakit hanya sibin
c.       Pola eliminasi
Selama sakit, klien mengatakan belum BAB, sebelum sakit klien biasanya BAB ± 2 kali sehari.
d.      Pola aktivitas latihan
Aktivitas
Sebelum sakit
Saat sakit
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
Makan
V





V



Mandi
V





V



Berpakaian
V




V




Berpindah
V




V




Eliminasi
V




V




Mobilisasi
V




V





Keteranganskaladari 0-4
0 :mandiri
1 : di bantu sebagian
2 : di bantu orang lain
3 : di bantu orang danalat
4 :ketergantungan atau tidak mampu

e.       Pola nutrisi
Selama sakit klien mengatakn nafsu makan tidak berkurang dan sebelum sakit juga tidak ada masalah, makan 2 x seahri.
·         A : BB sebelum sakit        : 40 kg BB saat sakit : 40Kg
TB :145 cm
IMT :BB/TB(m2) = 40/1,45m2 = 19,02(normal)
·         B : Hb : 13,7  Ht : 41,4  Trombosit : 407
·         C : Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik, CRT < 2 detik
·         D : es krim

9.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum : composmentis
b.      Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
BB : 40 kg sebelum sakit
BB : 40 kg saat sakit
RR : 26 x permenit
S  : 370 C
TB : 145 cm
c.       Kepala : mesosepal
d.      Mata    : Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik, tidak memakai  alat bantu
e.       Hidung : bersih tidak ada polip, tidak ada secret, simetris, tidak memakai O2
f.       Mulut  : tidak ada stomatitis, tidak ada gigi berlubang, keluar darah saat meludah.
g.      Telinga: bersih, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu pendengaran
h.      Leher   : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, nyeri telan, tampak kemerahan di area tenggorokan.
P : lebih sakit ketika menelan
Q : ditusuk -tusuk
R : muncul datang
S : skala 7
T : kurang dari 5 menit
i.        Dada   : simetris, ictus cordistidaktampak
j.        Jantung
Inspeksi                 : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi                   : Ictus cordis teraba di Linea Mid Clavicula Sinistra    interkosta ke V
Perkusi                  : Pekak
Auskultasi             : Bj I lub Bj II dub
k.      Paru-paru                    
Inspeksi                 :Terdapat retraksi otot-otot bantu pernapasan.
Palpasi                   : Vocal fremitus kanan dan kiri getarannya sama kuat.
Perkusi                  : Sonor
Auskultasi             : Suara napas ronchi
l.        Abdomen                   
Inspeksi                 : Simetris
Auskultasi             : Bising usus 12x/menit
Perkusi                  : Timpani
Palpasi                   : Tidak ada pembesaran hepar

m.    Genetalia : bersih tidak ada perdarahan, tidak terpasang kateter
n.      Ekstremitas : atas tangan kanan terpasang infuse RL20 tpm
bawah :tidak ada oedem
o.   Kulit     : turgor kulitelastis, adanya kemerahan
CRT < 2 detik

10.  Therapy     : Inj. IV cefotaxime 2x250 mg
  Inj. IV asam traneksamat 2x1 gr
  Inj. IV dycinone 2x1 ampl
  Inf RL 20 tpm



11.  Data penunjang :
Hasil pemeriksaan laboratorium
Nama               : An. K                                    Tanggal           : 27 oktober 2014
Umur               : 13 th                          Tanggal selesai: 27 oktober 2014
No. RM           : 284911
Pemeriksaan hematologi
Hasil
Nilai Satuan
Satuan
Lekosit
12,09
-
10˄3/uL
Eritrosit
5,03
4,00-5,50
10˄6/uL
Hemoglobin
13,7
12-16
g/dL
Hematokrit
41,4
32,00-44,00
%
MCV
77,9
86-108
FL
MCH
26,1
28-31
Pg
MCHC
33,5
30-35
g/dL
Trombosit
407
150-450
10˄3/uL
Laju endap darah I
45
6-11
mm
Laju endap darah II
92
6-20
mm
Golongan darah ABO
O


Hitung jenis



Eusinofil
2
1-5
%
Basofil
0,2
0,0-40
%
Limfosit
21
22-40
%
Monosit
5,2
4-8
%
Neutrofil %
83,5
-
%
Immune/serrologi



Salmonella typhi O
Negative
Negative

Salmonella parathypi AO
1/160


Salmonella parattyphi BO
Negative
Negative

Salmonella paratyphi CO
1/160
Negative

Salmonella typhi H
Negative
Negative

Salmonella paratyphi AH
Negative
Negative

Salmonella paratyphi BH
1/180


Salmonella paratyphi CH
Negative
Negative



A.    ANALISA DATA
Nama :       An. K                          NO CM : 14-15-284911        
Umur :       13 th                            Diagnosa medis : Adeenotonsilitis
No
Data
Masalah
Etiologi
1
Ds : Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan), sakit bertambah jika dibuat menelan
P : lebih sakit ketika menelan
Q : ditusuk -tusuk
R : muncul datang
S : skala 7
T :kurang dari 5 menit

Do : TD           : 110/70 mmHg
        RR           : 26 x permenit
         S             : 370 C
        Tampak lemas
Tampak meringis kesakitan
        Tampak melindungi leher
Nyeri akut
Agen – agen penyebab cidera fisik (insisi bedah)
2
Ds : Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan), sakit bertambah jika dibuat menelan, keluar darah saat muntah
Do : k/u lemah
- tampak keluar darah saat muntah
- klien memakai kalung es (es krak)
- diit klien ice cream

Resiko perdarahan
Rapuhnya jaringan post op
3
Ds : Pasien mengatakan sakit saat menelan
Do : Klien masih belum mendapat diet kecuali ice cream
- K/u lemah
- Tampak kemerahan di area tenggorokan.
Resiko tinggi infeksi
Penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.


  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An. K                          NO CM : 14-15-284911        
Umur : 13 th                            Diagnosa medis : Adenotonsilitis

1.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi bedah
2.      Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op
3.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.



C.    RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An. K                                      NO CM :14-15-284911         
Umur : 13 th                                        Diagnosa medis : Adenotonsilitis
No
Tgl/jam
Dx kep
Intervensi
Tujuan
Tindakan
Rasional
Ttd
1
28/10/2014
Jam 10.00













1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang, dengan KH:
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri.
c. Lamanya nyeri
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
e. skala nyeri
1.      Kaji tingkat nyeri
2.      Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
3.      Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk mampu menelan
4.      Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru









5.      Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesik
1.    Menentukan intervensi selanjutnya
2.    Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pd sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan
3.      Menelan menyebabkan aktifitas otot ygdpt menimbulkan nyeri karena adanya edema/regangan jahitan
4.      Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg memerlukan evaluasi lanjut/intervensi jaringan yg terinflamasi dan kongesti,dpt dgn mudah mengalami trauma dgn penghisapan kateter,selang makanan
5.      Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat


2
28/10/2014
Jam 10.00
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil :
-          Tidak menunjukan adanya tanda-tanda perdarahan
1.      Beri kalung es disekitar area operasi
2.      Beri es cream ( yang halus, tidak merangsang batuk ), sesering mungkin
3.      Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu

1.      Es mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga menekan perdarahan
2.      Batuk menyebabkan penekanan pada vaskuler sehingga mempertinggi resiko perdarahan
3.      Makanan panas mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah yang meningkatkan resiko perdarahan, makanan kasar bisa melukai area post operasi yang bisa menyebabkan perdarahan.

3
28/10/2014
Jam 10.00
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
-          tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi
-          suhu badan normal
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.


1.      Deteksi dini terjadinya infeksi.
2.      Mengetahui keadaan umum klien dan Merupakan tanda adanya infeksi apabila terjadi peradangan
3.      Antibiotik dapat mencegah sekaligus membunuh kuman penyakit untuk berkembang biak





  1. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : An. K              NO CM                       : 14-15-284911           
Umur : 13 th                Diagnosa medis           : Adeenotonsilitis

No. DX
Tgl/jam
Implementasi
Respon pasien (S dan O)
Ttd

1,2,3



1








1


2



3


2


2

1,2,3
28-10-14
10.00



10.05








10.10


10.15



10.20


10.30


12.00

21.00

Memonitor TTV



Mengkaji tingkat nyeri








Memberikan tindakan nyaman

Menganjurkan ke pasien menghindari makan panas


Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi

Memberi kalung es disekitar area operasi

Memberi es cream

Memberi obat

S : pasien mengatakan bersedia
O : TD : 110/70 mmHg
      RR : 26 x permenit                       
        S  : 370 C
S  : pasien mengatakan bersedia
      P : lebih sakit ketika menelan
      Q : ditusuk -tusuk
      R : muncul datang
      S : skala 7
      T :kurang dari 5 menit

O : tampak kesakitan, KU lemah

S :pasien mengatakan bersedia  
   
O :pasien memilih posisi miring
S   : pasien mengatakan bersedia untuk tidak makan panas, dan mengatakan keluar darah saat meludah
O   : tampak  keluar darah dari mulut
S  : klien bersedia membuka mulut
: terdapat kemerahan sekitar tenggorokan.
S  :pasien mengatakan setuju dikompres es
O  :terpasang eskrak
S: pasien mengatakan setuju
O   : pasien memakan es Cream walls
S    : pasien mengatakan bersedia
O    : injk cefotaxime 2x250 mg, asam traneksamat 2x1 gr, dycinone 2x1 ampl, RL 20 tpm infus


1,2,3



1







1

2


3

3

1,2,3

29-10-14
10.00



10.10







10.15

11.05


12.00

13.00

21.00


Memonitor TTV



Mengkaji tingkat nyeri







Memberikan tindakan nyaman
Menganjurkan untuk meghindari makanan panas

Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi
Memberi es cream

Memberi obat

S : pasien mengatakan bersedia
O : TD : 110/80 mmHg
      RR : 23 x permenit                       
        S  : 36,40 C
S  : pasien mengatakan bersedia
      P : lebih sakit ketika menelan
      Q : ditusuk -tusuk
      R : muncul datang
      S : skala 7
      T :kurang dari 5 menit

O : tampak kesakitan, KU lemah
S :pasien mengatakan bersedia  
O :pasien memilih posisi miring
S   :pasien mengatakan bersedia, darah yang keluar saat meludah berkurang
O   :tampak perdarahan berkurang
S  :-
:  kemerahan tampak berkurang
S: pasien mengatakan setuju
O   : pasien memakan es Cream walls
S    : pasien mengatakan bersedia
O    : injk cefotaxime 2x250 mg, asam traneksamat 2x1 gr, dycinone 2x1 ampl, RL 20 tpm infus


1,2,3



1








1


2



3.



3

1,2,3
30-10-14
06.00



8.00








8.05


8.15



8.20



8.40

9.00


Memonitor TTV



Mengkaji tingkat nyeri








Memberikan tindakan nyaman

Menganjurkan untuk meghindari makanan panas


Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi


Memberi es cream

Memberi obat

S : pasien mengatakan bersedia
O : TD : 110/80 mmHg
      RR : 22 x permenit                       
        S  : 36,50 C
S  : pasien mengatakan bersedia
      P : nyeri sudah berkurang
      Q : perih
      R : muncul datang
      S : skala 4
      T :kurang dari 3 menit

O : KU sedang

S :pasien mengatakan bersedia  
   
O :pasien memilih posisi miring
S   :pasien mengatakan bersedia, sudah tidak keluar darah saat meludah
O   :tampak tidak makan yang panas.
-          Tidak ada perdarahan.
S  : klien mengatakan bersedia membuka mulut
: tidak tampak  kemerahan pada area tenggorokan.
S: pasien mengatakan setuju
O   : pasien memakan es Cream walls
S    : pasien mengatakan bersedia
O    : injk cefotaxime 2x250 mg, ampl, RL 20 tpm infus


  1. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An. K              NO CM                       : 14-15-284911           
Umur : 13 th                Diagnosa medis           : Adenotonsilitis
NO DP
Tanggal
Evaluasi ( SOAP )
TT
1.       



















2.       








3.       
28/10/2014



















28/10/2014








28/10/2014
S : Klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan
P : lebih sakit ketika menelan
Q : ditusuk -tusuk
R : muncul datang
S : skala 7
T :kurang dari 5 menit
O : TD           : 110/70 mmHg
        RR           : 26 x permenit
         S             : 370 C
        Tampak lemas
Tampak meringis kesakitan
        Tampak melindungi leher
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
1.      Kaji tingkat nyeri
2.      Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
3.      Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk mampu menelan
S   : pasien mengatakan bersedia untuk tidak makan panas, dan mengatakan keluar darah saat meludah
O   : tampak  keluar darah dari mulut
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
1.      Beri kalung es disekitar area operasi (es krak)
2.      Beri es cream
3.      Hindari makanan panas

S : Klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan
-          klien menagatakan bersedia membuka mulut
O : terdapat kemerahan sekitar tenggorokan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut  intervensi
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.

1.       


















  1.  









  1.  
29/10/2014


















29/10/2014








29/10/2014
S : Klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan.
O: P : lebih sakit ketika menelan
    Q : ditusuk -tusuk
    R : muncul datang
    S : skala 7
    T : kurang dari 5 menit
O : TD           : 110/70 mmHg
        RR           : 26 x permenit
         S             : 370 C
        Tampak lemas
Tampak meringis kesakitan
        Tampak melindungi leher
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.      Kaji tingkat nyeri
2.      Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan

S : Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan), sakit bertambah jika dibuat menelan
-          pasien mengatakan darah yang keluar saat meludah berkurang
O   :tampak perdarahan berkurang
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjut intervensi
1.      Beri es cream
2.      Hindari makanan panas
S : Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan), berkurang.
O: Klien masih belum mendapat diet kecuali ice cream
-          kemerahan tampak berkurang pada tenggorokan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2. Observasi TTV.
      3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.

1.       
















2.       








  1.  
30/10/2014
















30/10/2014







30/10/2014
S : Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan) sudah berkurang
O : P : nyeri sudah berkurang
      Q : perih
      R : muncul datang
      S : skala 4
      T :kurang dari 3 menit

     TD : 110/80 mmHg
      RR : 22 x permenit                       
        S  : 36,50 C
       Ku sedang
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1.      Kaji tingkat nyeri
2.      Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
S   :pasien mengatakan bersedia, sudah tidak keluar darah saat meludah
O   : - k/u cukup
- tidak terdapat tanda-tanda perdarahan
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjut intervensi
1.      Beri es cream
2.      Hindari makanan panas
S  : klien mengatakan bersedia membuka mulut
O : tidak tampak  kemerahan pada area tenggorokan
-          Tidak ada tanda-tanda infeksi
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
1. Observasi TTV.
      2. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.




BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan kasus pada An. K dengan Tonsilektomy di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga yang dilakukan mulai tanggal 28 sampai 30 Oktober 2014..

Diagnose Keperawatan
Diagnose yang muncul menurut diagnose NANDA (2012) dan yang penulis temukan pada kasus adalah:
1.      Nyeri adalah Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan Karakteristik:  Subjektif:  mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri)dengan isyarat. Objektif:  posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga samapi kaku) respon automatik (misalnya diaforesis, perubahan tekanan darah, pernapasan, atau nadi, dilatasi pupil), perubahan selera makan, perilaku distraksi, perilaku ekspresif, wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga atau sikap melindungi, bukti nyeri dapat diamati, gangguan tidur.
Alasan penulis memperioritaskan masalah nyeri sebagai diagnose yang pertama adalah kerena apabila tidak ditangani dengan segera akan mengakibatkan masalah lain yang lebih berbahaya, seperti timbul edema, iritasi slang trakeostomi,  sehingga berakibat tidak sadar atau bahkan kematian.
Diagnosa nyeri ini bisa muncul sebagai prioritas pertama karena pada saat pengkajian didapatkan data-data sebagai berikut DS: Klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan P : lebih sakit ketika menelan, Q : ditusuk –tusuk, R : muncul datang, S : skala 7, T :kurang dari 5 menit. DO: TD : 110/70 mmHg, RR : 26 x permenit, S : 370 C, Tampak lemas, Tampak meringis kesakitan, Tampak melindungi leher.
Untuk mengatasi masalah nyeri tersebut penulis telah menyusun intervensi keperawatan sebagai berikut : Kaji tingkat nyeri, Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk mampu menelan. Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesik.
Dari intervensi yang telah disusun semuanya bisa diimplementasikan dengan baik dan memiliki keefektifan dalam proses mengurangi nyeri yang dialami klien.
Hasil evaluasi keperawatan selama 3 terakhir dari tanggal 28 Oktober sampai 30 Oktober 2014, secara umum dapat dilihat sebagai berikut S : Klien mengatakan sudah agak tidak sakit pada daerah leher (tenggorokan). O: P : sakit ketika menelan, Q : ditusuk –tusuK, R : muncul dating, S : skala 4, T : kurang dari 4 menit, O : TD : 110/80 mmHg, RR : 22 x permenit, S  : 36,50 C, Ku sedang, A : masalah teratasi sebagian, P : Lanjutkan intervensi : Kaji tingkat nyeri, Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan.

2.      Resiko Perdarahan, diagnosa ini diambil sebagai prioritas kedua karena mengacu pada post operasi. Karena resiko perdarahan bisa terjadi secara tiba-tiba dan potensial komplikasi yang akan muncul untuk membatasi volume kehilangan darah selama episode perdarahan.
Batasan Karakteristik: kesulitan untuk bergerak, bukti gangguan penyemuhan luka, (misalnyua kemerahan, indurasi, drainase, dan tidak dapat digerakkan), keletihan, hilang selera makan dengan atau tanpa mual, persepsi ahwa diutuhkan waktu lama untuk penyembuhan, penundaan untuk aktivitas, membutuhkan bantuan untuk perawatan diri.
Data yang penulis dapatkan dari kasus klien dengan Resiko Perdarahan adalah DS: Klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan, pengen muntah. DO : k/u lemah, muntah darah berlebih,  klien memakai kalung es , diit klien ice cream.
Untuk mengatasi masalah resiko perdarahan tersebut penulis telah menyusun itntervensi keperawatan sebagai berikut : Beri kalung es disekitar area operasi. Beri es cream (yang halus, tidak merangsang batuk), sesering mungkin. Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu.
Pada kasus tersebut intervensi dan implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada pada buku, dan semua intervensi yang sudah direncanakan bisa di laksanakan dengan baik.
Evaluasi dari masalah keperawatan yang kami kelola selama 3 hari terakhir yaitu : S : Klien mengatakan sudah agak tidak sakit pada daerah leher ( tenggorokan, tidak keluar darah, O : k/u sedang, tidak terdapat tanda-tanda perdarahan, A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjut intervensi, Beri es cream, Hindari makanan panas.

3.      Resiko Infeksi, definisi: kolonalisasi yang dilakukan oleh sepsis asing terhadap organisme penginfeksi atau pathogen, kadang tidak ada gejala atau tanda lahiriah.
Batasan Karakteristik : Subjektif :  terdapatnya tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, kalor, tumor, dan fungsiolaesa) Objektif : peningkatan suhu, nadi, dan kemungkinan respirasi.
Alasan penulis mengangkat diagnose resiko infeksi karena pada post op tonsilektomy jika tidak diatasi segera maka kemungkinan terjadi infeksi sehingga akan muncul masalah baru dan memperlambat proses penyembuhan.
Data yang diperoleh pada saat pengakajian adalah sebagai berikut :DS: Ds : Pasien mengatakan sakit saat menelan. DO : Klien masih belum mendapat diet kecuali ice cream, KU: lemah, Tampak merah di leher.
Untuk mengatasi masalah resiko infeksi penulis telah menyusun rencana intervensi keperawatan sebagai berikut : Kaji adanya tanda-tanda infeksi. Observasi TTV. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
Pada masalah resiko infeksi intervensi bisa dilakukan dengan baik. Tidak ada hambatan dalam permberian tindakan keperawatan, masalah dapat diteratasi dengan baik, klien mau mengikuti saran dari perawat.
Evaluasi dari masalah keperawatan yang kami kelola selama 3 hari terakhir adalah sebagai berikut : S : Klien mengatakan sudah agak tidak sakit pada daerah leher (tenggorokan) O : ku sedang, tidak ada tanda – tanda infeksi. A : masalah teratasi. P : pertahankan intervensi :  Observasi TTV, Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.


BAB V
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.
Tonsilitis dapat menyerang semua usia tapi kebanyakan menyerang anak – anak karena sering pada anak tidak memperhatikan apa yang dimakannya dan juga imunitas belum matang. Masalah keperawatan yang sering terjadi pada penderita tonsillitis adalah hipertermi, nyeri, gangguan menelan, nutrisi kurang dari kebutuhan, jalan nafas tidak efektif.

  1. SARAN
Dengan adanya makalah ini penyusun berharap agar masalah kesehatan khususnya tonsilitis teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan semoga makalah ini bermanfaat, dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan khususnya penyusun sendiri. Kita seharusnya bisa menjaga diri kita agar selalu sehat tanpa ada gangguan di dalam tubuh kita, semisal saja kita terganggu dalam kebutuhan eliminasi saja tetapi yang lain juga ikut tersangkut. Oleh karena itu kita harus menyuplai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh makan sehat olahraga yang cukup, pastilah kita akan sehat selalu, tetapi juga jangan lupa berdo’a karena sehat adalah anugerah dan kenikmatan dari Allah untuk kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

2.      Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

3.      Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

4.      R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997

5.      Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.

6.      Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

Sekian dari saya ulil alj ™👶 tunggu artikel selanjutnya ya,😽  minta doa nya semoga sukses,  sehat,  panjang umur bisa menaikkan haji orang tua,  semoga yang mendoakan saya,  kembali lagi doanya sendiri kepada yang mendoakan,  terima kasih semoga bermanfaat. Amiin
Jangan lupa share and ikuti blog yaa

😹😹🙊


Komentar