Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji syukur Penyusun panjatkan
kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nyalah Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah kami dapat membuat
makalah presentasi PKL Keperawatan Anak
di RSUD Kota Salatiga yang sederhana ini. Dengan tujuan memenuhi tugas dari
pembimbing kami yaitu Ns Wijanarko Heru P. S. Kep selaku dosen
pembimbing kami di AKADEMI
WIDYA HUSADA SEMARANG dan sebagai bahan pembelajaran kami.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun,
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum
Wr.Wb.
Semarang, 4 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
1.
Latar Belakang ……………………………………… 1
2.
Tujuan ……………………………………………… 2
BAB II KONSEP DASAR………………………………………… 3
1. Definisi
……………………………………………….. 3
2. Etiologi
……………………………………………… 3
3. Patofisiologi
………………………………………… 4
4. Pathways …………………………………………… 4
5. Manifestasi Klinis
…………………………………… 6
6. Pemeriksaan Penunjang
……………………………… 6
7. Komplikasi
……………………………………………..6
8. Penatalaksanaan
…………………………………….….7
9. Pengkajian fokus
……………………………………….7
10. Diagnose Keperawatan
…………….…………………..8
11. Intervensi ……………………………………………....9
BAB III PENGKAJIAN ……………………………………………17
1. Biodata …………………………………………………17
2. Riwayat Kesehatan
…………………………………… 18
3. Pola Fungsional
……………………………………. 20
4. Pengkajian Fisik
…………………………………… 21
5. Data penunjang
…………………………………… 23
6. Analisa Data
……………………………………… 25
7. Diagnosa keperawatan
….…………………………. 26
8. Rencana Keperawatan …….……………………………27
9. Catatan Keperawatan
……………………………...... 30
10. Catatan perkembangan
……………………………… 33
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………….... 37
BAB V PENUTUP
……………………………………………...... 41
1.
Kesimpulan …………………………………………... 41
2.
Saran ………………………………………………...... 41
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
42
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Tonsil atau
yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya,
bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri
tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil
palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin
Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium
dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis
sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki
virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung
atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme
yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem
kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang.
Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam
tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis
kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari
patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan
yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.
- Tujuan
1.
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan,
mengaplikasikan Asuhan keperawatan
anak dengan post op tonsilektomy
2.
Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu
mengetahui dan mengeti pengkajian anak dengan post op tonsilektomy
b. Mahasiswa mampu
mengetahui dan mengerti mengenai analisa data anak dengan post op
tonsilektomy
c. Mahasiswa mampu
mengetahui dan mengerti
diagnosa anak dengan post op tonsilektomy
d. Mahasiswa mampu
mengetahui dan mengerti mengenai intervensi anak dengan post op tonsilektomy
e. Mahasiswa mampu
mengetahui dan mengerti
implementasi dan evaluasi anak dengan post op tonsilektomy.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Tonsilitis
adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A-streptococcus
beta hemolitik namun juga dapat disebabkan oleh bakteri jenis lain atau infeksi
virus ( Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak
di rongga faring. Tonsil menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta
saluran pencernaan dari invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan
antibodi. Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil
yang lebih besar daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap
sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA (Wong,
2008 ).
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih
bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ
sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga
disebut sebagai tonsilofaringitis ( Ngastiyah,1997 ).
Tonsilektomy adalah suatu tindakan invasif yang
dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis).
B.
Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infections)
C.
Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui
saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring
kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus
patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi
sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi
juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya
eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
D.
|
|
Pathway
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
Luka
insisi
|
Jaringan
terputus jaringan
terbuka
|
Merangsang
area proteksi kurang
Sensorik
dan motorik
Invasi
bakteri
|
|
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
1.
nyeri tenggorok
2.
nyeri telan
3.
sulit menelan
4.
demam
5.
mual
6.
anoreksia
7.
kelenjar limfa leher membengkak
8.
faring hiperemis
9.
edema faring
10. pembesaran tonsil
11. tonsil hiperemia
12. mulut berbau
13. otalgia ( sakit di telinga )
14. malaise
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1.
Leukosit : terjadi peningkatan
2.
Hemoglobin : terjadi penurunan
3.
Usap tonsil untuk pemeriksaan
kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan
baik adalah :
1.
tonsilitis kronis
2.
otitis media
H. Penatalaksanaan
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1.
Penatalaksanaan Medis
a.
antibiotik baik injeksi maupun
oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll.
b.
antipiretik untuk menurunkan demam
seperti parasetamol, ibuprofen.
c.
Analgesic
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
kompres dengan air hangat
b.
istirahat yang cukup
c.
pemberian cairan adekuat, perbanyak
minum hangat
d.
kumur dengan air hangat
e.
pemberian diit cair atau lunak
sesuai kondisi pasien
I. Fokus pengkajian
1.
Keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan,
demam dll.
2.
Riwayat penyakit sekarang :
serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll.
3.
Riwayat kesehatan lalu :
a.
Riwayat kelahiran
b.
Riwayat imunisasi
c.
Penyakit yang pernah diderita (
faringitis berulang, ISPA, otitis media)
d.
Riwayat hospitalisasi
4.
Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll.
5.
Pernafasan
kesulitan bernafas, batuk, ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
a.
T0 : bila sudah dioperasi
b.
T1 : ukuran yang normal ada
c.
T2 : pembesaran tonsil tidak
sampai garis tengah
d.
T3 : pembesaran mencapai garis
tengah
e.
T4 : pembesaran melewati garis
tengah
6.
Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan
minum, turgor kurang
7.
Aktifitas / istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8.
Keamanan / kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
J. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi nafas karena adanya benda asing ; produksi secret
berlebih.
2.
Gangguan pola nutrisi berhubungan
dengan nyeri telan
3.
Gangguan pengaturan suhu tubuh
hipertermi sehubungandengan infeksi akut oleh mikroorganisme.
4.
Gangguan kebutuhan istirahat tidur
sehubungandengan adanya nyeri pada daerah tonsil.
5.
Kecemasan s/d kurangnya
pengetahuan atau informasi tentang penyakit yang diderita oleh klien.
Post operasi
1.
Nyeri berhubungan dengan
pembengkakan jaringan ; insisi bedah.
2.
Resiko perdarahan berhubungan
dengan rapuhnya jaringan post op.
3.
Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan resiko perdarahan
akibat tindakan operatic tondilektomi.
4.
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
K. Fokus intervensi
Pre Operasi
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan dengan obstruksi nafas karena adanya benda asing; produksi
secret berlebih.
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
·
Tidak ada penumpukan
sekrret
·
Frekuensi pernapasan dalam
batas normal
·
Tidak ada bunyi nafas
tambahan
Intervensi :
a.
Kajian / pantau frekuensi
pernafasan
Rasional : Takipnea dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama adanya proses infeksi akut.
b.
Auskutasi bunyi nafas, cabit
adanya bunyi nafas
Rasional : Adanya obstruksi
jln nafas dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.
c.
Catat adanya dispnea, gelisah,
ansiebis distress pernafasan, penggunaan otot Bantu
Rasional : Disfungsi
pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
d.
Kajian pasien untuk posisi yang
nyaman, mis : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional : Peninggian tempat
tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
e.
Lakukan oral hygiene dengan
teratur.
Rasional : Oral hygiene dapat
mencegah proses infeksi berlanjut dan dapat mengontrol pengeluaran secret.
f.
Bila perlu lakukan suctioning
Rasional : Suchoring membantu
pengeluaran secret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret secara
mandiri melalui bentuk efektif.
g.
Oksigenasi
Rasional : Pemberian oksigen
dapat membantu klien mencukupi kebutuhan oksigen yang mungkin tidak tercukupi
dengan baik akibat obstruksi jalan nafas.
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
·
Nafsu makan meningkat
·
Peningkatan BB
Intervensi
a.
Tentukan kalori harian
Rasional : Dengan mengetahui kalori
yang dibutuhkan dapat mengetahui jumlah diit yang diperlukan.
b.
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : Nutrisi yang
adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan luka.
c.
Beri dorongan individu untuk
makan, khususnya makanan lunak.
Rasional :.Asupan makanan yang
cukup dan adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
d.
Berikan kesenangan, suasana makan
yang rileks
Rasional :.Suasana yang nyaman
meningkatkan semangat klien untuk makan.
e.
Sajikan makanan porsi kecil tapi
sering
Rasional : Makanan dalam porsi
kecil dapat mengurangi intensitas dalam menelan.
3.
Gangguan pengaturan suhu tubuh
hipertermi sehubungandengan infeksi akut oleh mikroorganisme
Tujuan : gangguan suhu tubuh teratasi
Kriteria hasil :
·
Suhu tubuh kembali normal
Intervensi
a.
Kaji tingkat demam
Rasional : Dengan mengkaji
tingkat demam maka akan diketahui seberapa berat infeksi yang dialami.
b.
Beri kompres hangat pada daerah
frontal / dahi
Rasional : Kompres hangat
membantu vasodilatasi pembuluh darah dikepala sehingga mempercepat penguapan
panas.
c.
Anjurkan keluarga klien untuk
memakaikan pakaian yang tipis pada klien
Rasional : Pakaian tipis
membantu proses radiasi pada tubuh secara tidak langsung.
d.
Kolaborasi dengan dokter untuk
memberikan obat golongan antipiretik.
Rasional : Pemberian obat
antipiretik bertujuan untuk menurunkan panas.
4.
Gangguan kebutuhan istirahat tidur
sehubungandengan adanya nyeri pada daerah tonsil
Tujuan : istirahat/tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
·
Klien tidak mengelauh sulit
tidur
·
Klien tampak kuat dan segar
Intervensi
a.
Atur posisi tidur yang baik untuk
klien
Rasional : posisi tidur yang
baik dapat menjamin kenyamanan saat tidur.
b.
Batasi jam berkunjung bagi tamu
Rasional : Berikan kesempatan
kepada klien untuk beristirahat tanpa merasa terganggu.
c.
Ciptakan suasana yang nyaman dan
tenang
Rasional : Suasana nyaman dan
tenang membantu mempercepat istirahat tidur bagi klien
d.
Berikan pengertian kepada klien
tentang pentingnya istirahat tidur.
Rasional : Pentingnya
istirahat dan tidur sebab dapat memicu keadaan tubuh untukk mengarah ke proses
penyembuhan yang cepat.
5.
Kecemasan s/d kurangnya
pengetahuan atau informasi tentang penyakit yang diderita oleh klien.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
·
Klien dan keluarga tidak
bertanya lagi tentang penyakit yang diderita
Intervensi
a.
Kaji tingkat kecemasan klien
dengan mendengarkan keluhan klien dan keluarganya.
Rasional : Dengan mendengarkan
semua keluhan yang diutarakan, perawat bisa mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan yang dialami dan dapat memberikan intervensi yang selanjutnya.
b.
Berikan informasi tentang penyakit
yang sedang dideritai
Rasional : Dengan memberikan
informasi dan penjelasan klien dapat mengerti apa yang sedang dideritanyadan
klien akan dapat mengurangi rasa cemasnya.
c.
Anjurkan klien untuk selalu berdoa
dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
Rasional : Dengan berdoa serta
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa maka yakinlah bahwa kecemasan dan
penyakit klien pasti bisa berkurng dan sembuh.
d.
Memberikan perawatan yang baik dan
ramah pada klien
Rasional : Dengan memberikan peleyanan yang baik dan
ramah pada klien maka klien akan merasa diperhatikan sehingga klien menjadi
tenang dan nyaman.
Post operasi
1.
Nyeri berhubungan dengan pembengkakan
jaringan; insisi bedah.
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
·
Klien tidak menunjukan
ekspresi kesakitan
·
Klien dapat beristirahat
dengan tenang
Intervensi
a.
Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan
intervensi selanjutnya
b.
Berikan tindakan nyaman (pijatan
punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
Rasional : Meningkatkan
relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pd sesuatu disamping diri
sendiri/ketidaknyamanan
c.
Dorong pasien untuk mengeluarkan
saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk mampu menelan
Rasional : Menelan menyebabkan
aktifitas otot ygdpt menimbulkan nyeri karena adanya edema/regangan jahitan
d.
Selidiki perubahan karakteristik
nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru
Rasional : Dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi yg memerlukan evaluasi lanjut/intervensi jaringan yg
terinflamasi dan kongesti,dpt dgn mudah mengalami trauma dgn penghisapan
kateter,selang makanan
e.
Catat indikator non verbal dan
respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek analgesic
Rasional : Alat menentukan
adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat
f.
Anjurkan penggunaan perilaku
manajemen stress contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi
Rasional : Meningkatkan rasa
sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan penyembuhan
g.
Berikan irigasi oral, anestesi
sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien melakukan irigasi sendiri
Rasional : Memperbaiki
kenyamanan, meningkatkan penyembuhan dan menurunkan bau mulut. Bahan pencuci
mulut berisi alcohol / fenol harus dihindari karena mempunyai efek
mengeringkan.
h.
Berikan analgetik
Rasional : Derajat nyeri
sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi
tubuh
2.
Resiko perdarahan berhubungan
dengan rapuhnya jaringan post op
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil :
·
Tidak menunjukan adanya
tanda-tanda perdarahan
Intervensi
a.
Beri kalung es disekitar area
operasi
Rasional : Es mengakibatkan
vasokontriksi pembuluh darah sehingga menekan perdarahan
b.
Beri es cream ( yang halus, tidak merangsang
batuk ), sesering mungkin
Rasional : Batuk menyebabkan
penekanan pada vaskuler sehingga mempertinggi resiko perdarahan
c.
Hindari makanan panas dan kasar
selama 1 minggu
Rasional : Makanan panas mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah yang meningkatkan resiko perdarahan, makanan kasar bisa melukai
area post operasi yang bisa menyebabkan perdarahan.
3.
Resiko kekurangan vol. cairan
berhubungan dengan resiko perdarahan akibat tindakan operatif tondilektomi.
Tujuan : cairan tubuh terpenuhi
Kriteria hasil :
·
TTV stabil, palpasi denyut
nadi dengan kualitas yang baik
·
Turgor kulit normal,
membrane mukosa lembab
·
Pengeluaran urine individu
yang sesuai
Intervensi
a.
Catat pemasukan dan pengeluaran
catatan inroperasi
Rasional : Dokumentasi yang
akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan
penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi.
b.
Munculnya mual / muntah, riwayat
pasien mabuk perjalanan.
Rasional : Semakin lama durasi
anestesi, semakin besar rasio mual yang mempunyai kecenderungan mabuk
perjalanan mempunyai resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa
pascaoperasi.
c.
Pantau suhu kulit, palpasi denyut
perifer
Rasional : Kulit yang dingin /
lembab, denyut yang lemah mengindikasikan untuk penggantian cairan tambahan.
d.
Berikan cairan parenteral, sesuai
petunjuk
Rasional : Gantikan kehilangan
cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian nol rupulasi yang
potensial bagi penurunan komplikasi.
4.
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
·
Tidak menunjukan adanya
tanda-tanda infeksi
·
Suhu badan normal
Intervensi
a.
Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : Deteksi dini
terjadinya infeksi.
b.
Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan
umum klien dan Merupakan tanda adanya infeksi apabila terjadi peradangan
c.
Kolaborasi dengan dokter pemberian
antibiotik.
Rasional : Antibiotik dapat
mencegah sekaligus membunuh kuman penyakit untuk berkembang biak.
BAB III
TINJAUAN KASUS
- Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 08.30
di ruang anggrek RSUD Kota Salatiga.
1.
Identitas pasien
Nama :
An.K
Alamat :
Candirejo, Salatiga
Umur :
13 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
No. CM :
14-15-284911
Tanggal masuk : 27 Oktober
2014
Diagnose :
Adenotonsilitis
Nama penanggung jawab
Nama ayah :
Tn. M
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Swasta
Jenis kelamin :
Laki-laki
Umur :
31 tahun
Alamat :
Banyu biru Salatiga
2.
Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri saat menelan
3.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit saat menelan, sering
demam, Orang tua klien langsung membawa periksa ke Poliklinik THT RSUD Kota
Salatiga, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan ada pembesaran tonsil dan harus segera dilakukan tindakan operasi.
4.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
a.
Prenatal
Ibu periksa ANC ke
bidan kurang lebih 6 kali, ibu mendapatkan imunisasi TT, ibu mengatakan tidak
ada riwayat penyakit selama hamil.
b.
Intranatal
Lahir ditolong oleh bidan dan lahir secara spontan dengan
berat badan bayi lahir 2700 gram, panjang badan lahir 50 cm dengan masa gestasi
39 minggu.
c.
Postnatal
Anak setelah lahir
diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.
5. Riwayat kesehatan
masa lampau
a. Penyakit waktu kecil
: ibu klien mengatakan tidak pernah sakit, paling batuk dan pilek.
b. Pernah dirawat di
rumah sakit: ibu klien mengatakan baru pertama
kali ini dirawat di rumah sakit.
c. Obat-obatan yang digunakan: tidak pernah mengonsumsi obat-obatan warung.
d. Tindakan operasi: ibu klien mengatakan belum pernah
di operasi sebelumnya.
e. Alergi: ibu klien mengatakan tidak ada alergi.
f. Kecelakaan: ibu klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan.
g.
Imunisasi: ibu klien mengatakan bahwa saat bayi klien selalu rutin untuk imunisasi dengan lengkap.
6.
Riwayat kesehatan keluarga
a.
Genogram
Keterangan :
; laki – laki
:
perempuan
: menikah
:tinggal
serumah
: pasien
b.
Penyakit keturunan
Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan
7.
Riwayat social
a.
Ibu klien mengatakan klien dititipkan oleh neneknya, karena ayah dan ibunya
bekerja.
b.
Hubungan dengan keluarga baik
c.
Pembawaan secara umum : ibu klien mengatakan bahwa klien tomboy
d.
Lingkungan rumah: ibu mengatakan rumah nyaman dan bersih
8.
Pola sehari-hari
a.
Pola istirahat dan tidur
Selama klien sakit dan dirawat dirumah sakit istirahat dan tidur tidak
ada masalah, tidur ± 8 jam per hari
b.
Personal hygiene
Klien mengatakn mandi 2 x sehari pagi dan sore. Dan selama sakit hanya sibin
c.
Pola eliminasi
Selama sakit, klien mengatakan belum BAB, sebelum sakit klien biasanya BAB
± 2 kali sehari.
d.
Pola aktivitas latihan
Aktivitas
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
||||||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Makan
|
V
|
V
|
||||||||
Mandi
|
V
|
V
|
||||||||
Berpakaian
|
V
|
V
|
||||||||
Berpindah
|
V
|
V
|
||||||||
Eliminasi
|
V
|
V
|
||||||||
Mobilisasi
|
V
|
V
|
Keteranganskaladari 0-4
0 :mandiri
1 : di bantu sebagian
2 : di bantu orang lain
3 : di bantu orang danalat
4 :ketergantungan atau tidak mampu
e.
Pola nutrisi
Selama sakit klien mengatakn nafsu makan tidak berkurang dan sebelum sakit
juga tidak ada masalah, makan 2 x seahri.
·
A : BB sebelum sakit : 40 kg BB saat sakit : 40Kg
TB :145 cm
IMT :BB/TB(m2) = 40/1,45m2 = 19,02(normal)
·
B : Hb : 13,7 Ht
: 41,4 Trombosit : 407
·
C : Conjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikhterik, CRT < 2 detik
·
D : es krim
9.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum : composmentis
b.
Tanda-tanda vital : TD : 110/70
mmHg
BB : 40 kg sebelum sakit
BB : 40 kg saat sakit
RR : 26 x permenit
S
: 370 C
TB : 145 cm
c.
Kepala : mesosepal
d.
Mata : Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik, tidak
memakai alat bantu
e.
Hidung : bersih tidak ada polip,
tidak ada secret, simetris, tidak memakai O2
f.
Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada gigi berlubang, keluar darah saat
meludah.
g.
Telinga: bersih, tidak ada serumen,
tidak ada alat bantu pendengaran
h.
Leher : tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, nyeri telan, tampak kemerahan di area tenggorokan.
P : lebih sakit
ketika menelan
Q : ditusuk -tusuk
R : muncul datang
S : skala 7
T : kurang dari 5 menit
i.
Dada : simetris, ictus cordistidaktampak
j.
Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :
Ictus cordis teraba di Linea Mid Clavicula Sinistra interkosta ke V
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Bj I lub Bj II dub
k.
Paru-paru
Inspeksi :Terdapat
retraksi otot-otot bantu pernapasan.
Palpasi :
Vocal fremitus kanan dan kiri getarannya sama kuat.
Perkusi :
Sonor
Auskultasi :
Suara napas ronchi
l.
Abdomen
Inspeksi :
Simetris
Auskultasi :
Bising usus 12x/menit
Perkusi :
Timpani
Palpasi :
Tidak ada pembesaran hepar
m.
Genetalia : bersih tidak ada perdarahan, tidak terpasang kateter
n.
Ekstremitas : atas tangan kanan
terpasang infuse RL20 tpm
bawah :tidak ada oedem
o. Kulit : turgor
kulitelastis, adanya kemerahan
CRT < 2 detik
10. Therapy : Inj. IV
cefotaxime 2x250 mg
Inj. IV asam traneksamat 2x1 gr
Inj. IV dycinone 2x1 ampl
Inf RL 20 tpm
11. Data penunjang :
Hasil pemeriksaan laboratorium
Nama :
An. K Tanggal : 27 oktober 2014
Umur : 13 th Tanggal selesai:
27 oktober 2014
No. RM : 284911
Pemeriksaan hematologi
|
Hasil
|
Nilai Satuan
|
Satuan
|
Lekosit
|
12,09
|
-
|
10˄3/uL
|
Eritrosit
|
5,03
|
4,00-5,50
|
10˄6/uL
|
Hemoglobin
|
13,7
|
12-16
|
g/dL
|
Hematokrit
|
41,4
|
32,00-44,00
|
%
|
MCV
|
77,9
|
86-108
|
FL
|
MCH
|
26,1
|
28-31
|
Pg
|
MCHC
|
33,5
|
30-35
|
g/dL
|
Trombosit
|
407
|
150-450
|
10˄3/uL
|
Laju endap darah
I
|
45
|
6-11
|
mm
|
Laju endap darah
II
|
92
|
6-20
|
mm
|
Golongan darah
ABO
|
O
|
||
Hitung jenis
|
|||
Eusinofil
|
2
|
1-5
|
%
|
Basofil
|
0,2
|
0,0-40
|
%
|
Limfosit
|
21
|
22-40
|
%
|
Monosit
|
5,2
|
4-8
|
%
|
Neutrofil %
|
83,5
|
-
|
%
|
Immune/serrologi
|
|||
Salmonella
typhi O
|
Negative
|
Negative
|
|
Salmonella
parathypi AO
|
1/160
|
||
Salmonella
parattyphi BO
|
Negative
|
Negative
|
|
Salmonella
paratyphi CO
|
1/160
|
Negative
|
|
Salmonella
typhi H
|
Negative
|
Negative
|
|
Salmonella
paratyphi AH
|
Negative
|
Negative
|
|
Salmonella
paratyphi BH
|
1/180
|
||
Salmonella
paratyphi CH
|
Negative
|
Negative
|
A. ANALISA DATA
Nama : An. K NO
CM : 14-15-284911
Umur : 13 th Diagnosa medis : Adeenotonsilitis
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
|
Ds : Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan),
sakit bertambah jika dibuat menelan
P : lebih sakit
ketika menelan
Q : ditusuk
-tusuk
R : muncul
datang
S : skala 7
T :kurang dari 5
menit
Do : TD : 110/70 mmHg
RR : 26 x permenit
S
: 370 C
Tampak lemas
Tampak
meringis kesakitan
Tampak melindungi
leher
|
Nyeri akut
|
Agen – agen
penyebab cidera fisik (insisi bedah)
|
2
|
Ds
: Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan), sakit
bertambah jika dibuat menelan, keluar darah saat muntah
Do : k/u lemah
- tampak keluar darah saat muntah
- klien memakai kalung es (es krak)
- diit klien
ice cream
|
Resiko
perdarahan
|
Rapuhnya
jaringan post op
|
3
|
Ds : Pasien mengatakan sakit saat menelan
Do :
Klien masih belum mendapat diet kecuali ice cream
- K/u
lemah
- Tampak
kemerahan di area tenggorokan.
|
Resiko tinggi
infeksi
|
Penyebaran kuman akibat invasif pasca
operatif.
|
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An. K NO
CM : 14-15-284911
Umur : 13
th Diagnosa
medis : Adenotonsilitis
1.
Nyeri berhubungan dengan pembengkakan
jaringan ; insisi bedah
2.
Resiko perdarahan berhubungan
dengan rapuhnya jaringan post op
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An. K NO
CM :14-15-284911
Umur : 13
th Diagnosa medis : Adenotonsilitis
No
|
Tgl/jam
|
Dx kep
|
Intervensi
|
||||
Tujuan
|
Tindakan
|
Rasional
|
Ttd
|
||||
1
|
28/10/2014
Jam 10.00
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau
berkurang, dengan KH:
Kriteria
hasil :
a. Melaporkan
nyeri
b. Frekuensi
nyeri.
c. Lamanya
nyeri
d. Ekspresi
wajah terhadap nyeri
e. skala nyeri
|
1.
Kaji tingkat nyeri
2.
Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas
hiburan
3.
Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan
hati-hati bila tdk mampu menelan
4.
Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau
trauma baru
5. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap
nyeri,evaluasi efek analgesik
|
1.
Menentukan intervensi selanjutnya
2.
Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pd
sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan
3.
Menelan menyebabkan aktifitas otot ygdpt menimbulkan nyeri karena
adanya edema/regangan jahitan
4.
Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg memerlukan evaluasi
lanjut/intervensi jaringan yg terinflamasi dan kongesti,dpt dgn mudah
mengalami trauma dgn penghisapan kateter,selang makanan
5.
Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat
|
||
2
|
28/10/2014
Jam 10.00
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil :
- Tidak menunjukan adanya tanda-tanda
perdarahan
|
1.
Beri kalung es disekitar area operasi
2.
Beri es cream ( yang halus, tidak merangsang batuk ), sesering
mungkin
3.
Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu
|
1.
Es mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga menekan
perdarahan
2.
Batuk menyebabkan penekanan pada vaskuler sehingga mempertinggi
resiko perdarahan
3.
Makanan panas mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah yang
meningkatkan resiko perdarahan, makanan kasar bisa melukai area post operasi
yang bisa menyebabkan perdarahan.
|
||
3
|
28/10/2014
Jam 10.00
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
- tidak menunjukan adanya tanda-tanda
infeksi
- suhu badan normal
|
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
|
1. Deteksi dini terjadinya infeksi.
2. Mengetahui keadaan umum klien dan Merupakan tanda
adanya infeksi apabila terjadi peradangan
3. Antibiotik dapat mencegah sekaligus membunuh kuman
penyakit untuk berkembang biak
|
||
- CATATAN KEPERAWATAN
Nama : An. K NO
CM :
14-15-284911
Umur : 13
th Diagnosa medis :
Adeenotonsilitis
No. DX
|
Tgl/jam
|
Implementasi
|
Respon pasien
(S dan O)
|
Ttd
|
1,2,3
1
1
2
3
2
2
1,2,3
|
28-10-14
10.00
10.05
10.10
10.15
10.20
10.30
12.00
21.00
|
Memonitor TTV
Mengkaji tingkat nyeri
Memberikan tindakan nyaman
Menganjurkan ke pasien menghindari makan
panas
Mengkaji adanya
tanda-tanda infeksi
Memberi kalung es disekitar area operasi
Memberi es cream
Memberi obat
|
S : pasien
mengatakan bersedia
O : TD :
110/70 mmHg
RR : 26 x permenit
S
: 370 C
S : pasien mengatakan bersedia
P : lebih sakit ketika menelan
Q : ditusuk -tusuk
R : muncul datang
S : skala 7
T :kurang dari 5 menit
O : tampak
kesakitan, KU lemah
S :pasien mengatakan bersedia
O :pasien memilih
posisi miring
S
: pasien mengatakan bersedia untuk tidak makan panas, dan
mengatakan keluar darah saat meludah
O
: tampak keluar darah dari
mulut
S : klien bersedia membuka mulut
O : terdapat kemerahan sekitar tenggorokan.
S :pasien mengatakan setuju dikompres
es
O :terpasang eskrak
S: pasien
mengatakan setuju
O : pasien memakan es Cream walls
S : pasien mengatakan bersedia
O : injk cefotaxime 2x250 mg, asam traneksamat 2x1 gr, dycinone 2x1
ampl, RL 20 tpm infus
|
|
1,2,3
1
1
2
3
3
1,2,3
|
29-10-14
10.00
10.10
10.15
11.05
12.00
13.00
21.00
|
Memonitor TTV
Mengkaji tingkat nyeri
Memberikan tindakan nyaman
Menganjurkan
untuk meghindari makanan
panas
Mengkaji adanya
tanda-tanda infeksi
Memberi es cream
Memberi obat
|
S : pasien
mengatakan bersedia
O : TD : 110/80 mmHg
RR : 23 x permenit
S
: 36,40 C
S : pasien mengatakan bersedia
P : lebih sakit ketika menelan
Q
: ditusuk -tusuk
R : muncul datang
S : skala 7
T :kurang dari 5 menit
O : tampak
kesakitan, KU lemah
S :pasien mengatakan bersedia
O :pasien memilih posisi
miring
S
:pasien mengatakan bersedia, darah yang keluar saat meludah berkurang
O
:tampak perdarahan berkurang
S :-
O : kemerahan tampak berkurang
S: pasien mengatakan setuju
O : pasien memakan es Cream walls
S : pasien mengatakan bersedia
O : injk cefotaxime 2x250 mg, asam
traneksamat 2x1 gr, dycinone 2x1 ampl, RL 20 tpm infus
|
|
1,2,3
1
1
2
3.
3
1,2,3
|
30-10-14
06.00
8.00
8.05
8.15
8.20
8.40
9.00
|
Memonitor TTV
Mengkaji tingkat nyeri
Memberikan tindakan nyaman
Menganjurkan
untuk meghindari makanan
panas
Mengkaji adanya
tanda-tanda infeksi
Memberi es cream
Memberi obat
|
S : pasien
mengatakan bersedia
O : TD : 110/80 mmHg
RR : 22 x permenit
S
: 36,50 C
S : pasien mengatakan bersedia
P
: nyeri sudah berkurang
Q : perih
R : muncul datang
S : skala 4
T :kurang dari 3 menit
O : KU
sedang
S :pasien mengatakan bersedia
O :pasien memilih
posisi miring
S
:pasien mengatakan bersedia, sudah tidak keluar darah saat
meludah
O
:tampak tidak makan yang panas.
-
Tidak ada perdarahan.
S : klien mengatakan bersedia membuka mulut
O : tidak tampak kemerahan pada area tenggorokan.
S: pasien mengatakan setuju
O : pasien memakan es Cream walls
S : pasien mengatakan bersedia
O : injk cefotaxime 2x250 mg, ampl, RL
20 tpm infus
|
- CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An. K NO
CM : 14-15-284911
Umur : 13 th Diagnosa
medis : Adenotonsilitis
NO DP
|
Tanggal
|
Evaluasi ( SOAP )
|
TT
|
1.
2.
3.
|
28/10/2014
28/10/2014
28/10/2014
|
S : Klien mengatakan sakit
pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan
P : lebih sakit
ketika menelan
Q : ditusuk
-tusuk
R : muncul
datang
S : skala 7
T :kurang dari 5
menit
O : TD : 110/70 mmHg
RR : 26 x permenit
S
: 370 C
Tampak lemas
Tampak
meringis kesakitan
Tampak melindungi
leher
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
1.
Kaji tingkat nyeri
2.
Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan
aktifitas hiburan
3.
Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan
hati-hati bila tdk mampu menelan
S
: pasien mengatakan bersedia untuk tidak makan panas, dan
mengatakan keluar darah saat meludah
O
: tampak keluar darah dari
mulut
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
1.
Beri kalung es disekitar area operasi (es krak)
2.
Beri es cream
3.
Hindari makanan panas
S : Klien mengatakan sakit
pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan
-
klien menagatakan bersedia membuka mulut
O : terdapat
kemerahan sekitar
tenggorokan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
|
|
1.
|
29/10/2014
29/10/2014
29/10/2014
|
S : Klien mengatakan sakit
pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan.
O: P :
lebih sakit ketika menelan
Q : ditusuk -tusuk
R : muncul datang
S : skala 7
T : kurang dari 5 menit
O : TD : 110/70 mmHg
RR : 26 x permenit
S
: 370 C
Tampak lemas
Tampak
meringis kesakitan
Tampak melindungi
leher
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi
1.
Kaji tingkat nyeri
2.
Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan
aktifitas hiburan
S : Klien mengatakan sakit
pada daerah leher (tenggorokan), sakit bertambah jika dibuat menelan
-
pasien mengatakan darah yang keluar saat meludah
berkurang
O
:tampak perdarahan berkurang
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjut intervensi
1.
Beri es cream
2.
Hindari makanan panas
S : Klien mengatakan sakit
pada daerah leher (tenggorokan), berkurang.
O:
Klien masih belum mendapat diet kecuali ice cream
-
kemerahan tampak berkurang pada tenggorokan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
antibiotik.
|
|
1.
2.
|
30/10/2014
30/10/2014
30/10/2014
|
S : Klien mengatakan sakit pada daerah leher (tenggorokan) sudah
berkurang
O : P : nyeri sudah berkurang
Q : perih
R : muncul datang
S : skala 4
T :kurang dari 3 menit
TD : 110/80 mmHg
RR : 22 x permenit
S
: 36,50 C
Ku sedang
A : masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
1.
Kaji tingkat nyeri
2.
Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan
aktifitas hiburan
S
:pasien mengatakan bersedia, sudah tidak keluar darah saat
meludah
O
: - k/u cukup
- tidak terdapat
tanda-tanda perdarahan
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjut intervensi
1.
Beri es cream
2.
Hindari makanan panas
S : klien mengatakan bersedia membuka mulut
O : tidak tampak kemerahan pada area tenggorokan
-
Tidak ada tanda-tanda infeksi
A : masalah
teratasi sebagian
P : pertahankan
intervensi
1. Observasi TTV.
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian
antibiotik.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini
penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan kasus pada An. K dengan
Tonsilektomy di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga yang
dilakukan mulai tanggal 28 sampai 30 Oktober 2014..
Diagnose Keperawatan
Diagnose yang muncul menurut diagnose NANDA (2012) dan yang
penulis temukan pada kasus adalah:
1.
Nyeri adalah Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah
seperti (International Association for the Study of Pain); awitan yang
tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan Karakteristik: Subjektif: mengungkapkan secara verbal atau
melaporkan (nyeri)dengan isyarat. Objektif:
posisi untuk menghindari nyeri,
perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga samapi kaku)
respon automatik (misalnya diaforesis, perubahan tekanan darah, pernapasan,
atau nadi, dilatasi pupil), perubahan selera makan, perilaku distraksi,
perilaku ekspresif, wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga atau sikap
melindungi, bukti nyeri dapat diamati, gangguan tidur.
Alasan penulis memperioritaskan
masalah nyeri sebagai diagnose yang pertama adalah kerena apabila tidak
ditangani dengan segera akan mengakibatkan masalah lain yang lebih berbahaya, seperti timbul edema, iritasi
slang trakeostomi, sehingga berakibat
tidak sadar atau bahkan kematian.
Diagnosa nyeri ini bisa muncul
sebagai prioritas pertama karena pada saat pengkajian didapatkan data-data
sebagai berikut DS: Klien mengatakan sakit pada daerah
leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan P : lebih sakit ketika menelan, Q : ditusuk –tusuk, R : muncul datang,
S : skala 7, T :kurang dari 5 menit. DO: TD : 110/70 mmHg, RR : 26 x
permenit, S : 370 C, Tampak lemas, Tampak meringis kesakitan, Tampak
melindungi leher.
Untuk mengatasi masalah nyeri tersebut penulis telah
menyusun intervensi keperawatan sebagai berikut : Kaji tingkat nyeri, Berikan tindakan nyaman (pijatan
punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan. Dorong pasien untuk
mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk mampu
menelan. Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau
trauma baru. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap
nyeri,evaluasi efek analgesik.
Dari intervensi yang telah disusun semuanya bisa
diimplementasikan dengan baik dan memiliki keefektifan dalam proses mengurangi
nyeri yang dialami klien.
Hasil evaluasi keperawatan selama 3 terakhir dari tanggal
28 Oktober sampai 30 Oktober 2014, secara umum dapat dilihat sebagai berikut S : Klien mengatakan sudah agak tidak sakit
pada daerah leher (tenggorokan). O: P :
sakit ketika menelan, Q : ditusuk –tusuK, R : muncul dating, S : skala 4, T : kurang dari 4 menit, O : TD : 110/80 mmHg, RR : 22 x permenit, S : 36,50 C, Ku sedang, A :
masalah teratasi sebagian, P : Lanjutkan intervensi : Kaji tingkat nyeri, Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan
aktifitas hiburan.
2.
Resiko Perdarahan, diagnosa ini diambil sebagai prioritas kedua
karena mengacu pada post operasi. Karena resiko
perdarahan bisa terjadi secara tiba-tiba dan potensial komplikasi yang akan
muncul untuk membatasi volume kehilangan darah selama episode perdarahan.
Batasan Karakteristik: kesulitan untuk
bergerak, bukti gangguan penyemuhan luka, (misalnyua kemerahan, indurasi,
drainase, dan tidak dapat digerakkan), keletihan, hilang selera makan dengan
atau tanpa mual, persepsi ahwa diutuhkan waktu lama untuk penyembuhan,
penundaan untuk aktivitas, membutuhkan bantuan untuk perawatan diri.
Data yang penulis
dapatkan dari kasus klien dengan Resiko Perdarahan adalah DS: Klien mengatakan sakit pada
daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan, pengen
muntah. DO : k/u lemah,
muntah darah berlebih, klien memakai
kalung es , diit klien ice cream.
Untuk mengatasi
masalah resiko perdarahan tersebut penulis telah menyusun itntervensi
keperawatan sebagai berikut : Beri
kalung es disekitar area operasi. Beri es cream (yang halus, tidak merangsang
batuk), sesering mungkin. Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu.
Pada kasus
tersebut intervensi dan implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan teori
yang ada pada buku, dan semua intervensi yang sudah direncanakan bisa di
laksanakan dengan baik.
Evaluasi dari
masalah keperawatan yang kami kelola selama 3 hari terakhir yaitu : S : Klien mengatakan sudah agak tidak sakit
pada daerah leher ( tenggorokan, tidak keluar darah, O : k/u sedang, tidak terdapat tanda-tanda perdarahan, A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjut
intervensi, Beri es cream, Hindari
makanan panas.
3.
Resiko Infeksi, definisi: kolonalisasi
yang dilakukan oleh sepsis asing terhadap organisme penginfeksi atau pathogen,
kadang tidak ada gejala atau tanda lahiriah.
Batasan
Karakteristik : Subjektif : terdapatnya
tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, kalor, tumor, dan fungsiolaesa) Objektif : peningkatan suhu, nadi, dan
kemungkinan respirasi.
Alasan penulis mengangkat diagnose resiko infeksi karena
pada post op tonsilektomy jika tidak diatasi segera maka kemungkinan terjadi
infeksi sehingga akan muncul masalah baru dan memperlambat proses penyembuhan.
Data yang diperoleh pada saat pengakajian adalah sebagai
berikut :DS: Ds : Pasien
mengatakan sakit saat menelan. DO : Klien masih belum mendapat diet kecuali ice
cream, KU: lemah, Tampak merah di leher.
Untuk mengatasi masalah resiko infeksi penulis telah
menyusun rencana intervensi keperawatan sebagai berikut : Kaji adanya tanda-tanda infeksi. Observasi TTV. Kolaborasi dengan dokter
pemberian antibiotik.
Pada masalah
resiko infeksi intervensi bisa dilakukan dengan baik. Tidak ada hambatan dalam
permberian tindakan keperawatan, masalah dapat diteratasi dengan baik, klien
mau mengikuti saran dari perawat.
Evaluasi dari
masalah keperawatan yang kami kelola selama 3 hari terakhir adalah sebagai
berikut : S : Klien
mengatakan sudah agak tidak sakit pada daerah leher (tenggorokan) O : ku
sedang, tidak ada tanda – tanda infeksi. A : masalah teratasi. P : pertahankan intervensi : Observasi
TTV, Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
BAB V
PENUTUP
- KESIMPULAN
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.
Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai
tonsilofaringitis.
Tonsilitis dapat menyerang semua usia tapi kebanyakan
menyerang anak – anak karena sering pada anak tidak memperhatikan apa yang
dimakannya dan juga imunitas belum matang.
Masalah keperawatan yang sering terjadi pada penderita tonsillitis adalah
hipertermi,
nyeri, gangguan menelan, nutrisi kurang dari kebutuhan, jalan nafas tidak
efektif.
- SARAN
Dengan adanya makalah
ini penyusun berharap agar masalah kesehatan khususnya tonsilitis teratasi
dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan semoga makalah ini bermanfaat, dapat menambah ilmu pengetahuan
bagi pembaca dan khususnya penyusun sendiri. Kita seharusnya bisa menjaga diri kita agar selalu sehat tanpa ada gangguan
di dalam tubuh kita, semisal saja kita terganggu dalam kebutuhan eliminasi saja
tetapi yang lain juga ikut tersangkut. Oleh karena itu kita harus menyuplai
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh makan sehat olahraga yang cukup, pastilah
kita akan sehat selalu, tetapi juga jangan lupa berdo’a karena sehat adalah
anugerah dan kenikmatan dari Allah untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester,
dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
2.
Doenges,
Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :
EGC;1999
3.
Efiaty
Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
4. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
5. Ngastiyah. 1997. Perawatan
anak Sakit. Jakarta:EGC.
6. Wilkinson,
Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
Sekian dari saya ulil alj ™👶 tunggu artikel selanjutnya ya,😽 minta doa nya semoga sukses, sehat, panjang umur bisa menaikkan haji orang tua, semoga yang mendoakan saya, kembali lagi doanya sendiri kepada yang mendoakan, terima kasih semoga bermanfaat. Amiin
Jangan lupa share and ikuti blog yaa
😹😹🙊
Komentar
Posting Komentar