Assalamualaikum selamat siang kali imi saya ajan menulis asjep tentang gangguan motorik pada anak, πΆπΆπΆ
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Usia paling kritis adalah sampai
dengan usia anak lima tahun, dikatakan kritis karena usia tersebut merupakan
suatu masa atau tahapan umur yang menentukan kualitas manusia pada usia
selanjutnya. Golden Age berada pada masa paling kritis yaitu usia 0 sampai 2
tahun, karena 80% pertumbuhan otak terjadi pada masa usia emas tersebut.
Disebuat sebagai Usia Emas dikarenakan jika pada usia 0 – 2 tahun tidak ada
penanganan yang baik maka pada usia selanjutnya tidak bisa diperbaiki terutama
pada kerusakan otak. Desmita (2006).
Dasar-dasar yang diletakan selama 2
tahun pertama dari kehidupan merupakan dasar yang paling kritis. Menurut White,
sumber kemampuan manusia ditemukan dalam masa kritis antara delapan dan delapan
belas bulan. Selanjutnya, diterangkan bahwa pengalaman-pengalam anak selama
rentang waktu itu lebih menentukan kemampuan dikemudian hari dari pada sebelum
dan sesudahnya. White dalam Hurlock (1980).
Pada tahap ini intervensi-intervensi
dan upaya-upaya untuk mendukung perkembangan otak memberi dampak yang paling
besar dan menentukan kehidupan anak selanjutnya. Upaya-upaya tersebut harus
dilakukan tepat waktu sehingga perkembangan otak mencapai potensi yang paling
optimal. Periode kritis adalah waktu yang khusus ketika perkembangan biologis
anak berada pada tahap yang sangat prima untuk mengembangkan struktur syaraf
dan atau keterampilan-keterampilan yang dipengaruhi oleh stimulus yang tepat.
Kekurangan stimulasi yang ekstrim akan mengakibatkan
sedikitnya jalur-jalur syaraf yang tersedia untuk belajar sehingga secara
intelektual anak tersebut mengalami kecacatan kognitif. Kekurangan stimulasi
yang diperlukan otak anak juga berakibat mengganggu proses pertumbuhan otak
anak secara alamiah. (Syarief, dkk, 2006).
B. TUJUAN
PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan motorik kasar,Motorik
Halus,Bahasa,dan Sosial dan
Emosi pada
anak.
2.
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
perkembangan motorik kasar.
3.
Memenuhi
tugas KDM II
BAB II
TINJAUAN TEORI
Stimulasi adalah suatu kegiatan
merangsang kemampuan dasar Balita dan Anak Prasekolah yang dilakukan oleh
lingkungan (ibu, bapak, pengasuh anak & anggota keluarga lain) untuk
mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Stimulasi dilakukan untuk merangsang 4 aspek
kemampuan dasar, yaitu: Kemampuan Gerak Kasar (GK) ; Kemampuan Gerak Halus (GH)
; Kemampuan berbicara dan bahasa ; dan Kemampuan bersosialisasi dan
kemandirian.
A. Perkembangan Motorik Halus dan Motorik Kasar
Motorik
adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis,
cepat dan akurat. Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari
beratus-ratus otot yang rumit. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan
menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu
keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus
(fine motor skill). Lerner & Hultsch (1983).
a)
Motorik Halus adalah gerakan yang menggunakan
otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda
dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan
optimal. Keterampilan Motorik Halus; meliputi otot-otot kecil yang ada diseluruh
tubuh, seperti menyentuh dan memegang.
b)
Motorik Kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik beriringan
dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Keterampilan
Motorik Kasar; meliputi keterampilan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang
tubuh, seperti berlatih untuk mengikat sepatu sendiri, melompat dan berjalan.
Lerner & Hultsch (1983).
Menurut dr. Radix Hadriyanto, Sp.A beberapa ciri khas
tumbuh kembang anak yang normal secara umum menurut klasifikasi umurnya dapat
dilihat pada table berikut :
Stimulasi gerak kasar dan halus yang dapat diberikan
sesuai dengan jenjang usia antara lain:
1. Usia 0-1 tahun
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan tubuh
pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan usia kehamilan.
Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks. Gerakan seperti
mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat
ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan
gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan, gerak refleks seharusnya
distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk. Contohnya, bila gerak
refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki
kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar.
Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat dalam
kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam
benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa menggenggam sendok atau
pensil warna.
Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah
merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari perkembangan bergerak
maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni
di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil
dengan berusaha bergerak maju.
Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan
kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi
mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan
banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel
otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak
mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat
2. Usia 1-2 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah
terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan
pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah
banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap,
berguling, dan lain-lain.
Anak akan
lebih mudah belajar melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap
bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola.
Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih.
Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa
ditambah. Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih
besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat.
Keterampilan
motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan
keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki,
misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga
(tentu dibantu orang dewasa)
3. Usia 3-4 tahun
Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya pada kualitasnya. Anak
usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya
lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik.
Kemampuan
motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain
mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan
dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai
arah, memanjat tali dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya.
Kemampuan
yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu
memantul-mantulkan bola beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih
kecil, melambungkan balon, keterampilan coretan semakin baik.
Agar
kemampuan dan keterampilan motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa
diberikan stimulasi kinestetik. seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan
dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke
berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah,
melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola
ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai
arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk
mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki
dengan memukul drum mainan.
4. Usia 5-6 tahun
Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan
dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik.
Namun, seperti diungkapkan Bambang, anak kelompok usia ini lebih menyukai
permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai
permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok,
bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di komputer maupun play
station.
B. Perkembangan Bahasa dan Bicara
Yang dimaksud stimulasi perkembangan
kemampuan berbicara dan bahasa pada balita adalah pemberian rangsangan pada
anak dari dari sejak lahir dan dilakukan setiap hari yang diberikan oleh orang
sekitarnya, termasuk orangtua, pengasuh, teman sebaya dan sebagainya yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan bahasa pada balita. Oleh
karena kemampuan berbicara dan bahasa merupakan hasil dari belajar melalui
peniruan yang didengar anak dari orang lain, terutama orangtuanya masa balita
adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. (Yusuf,
2005) dan menurut Taningsih (2006).
Melatih bicara anak sejak dini akan
membantu kemampuan komunikasi anak. Setiap apa yang dikatakan oleh orang tua,
akan tersimpan di memori otak anak dan suatu saat anak akan meniru apa yang dia
perolehnya, baik itu yang diajarkan orang tua maupun oleh orang-orang
disekitarnya (http://TipsKeluarga.com, 2009). Dan Felicia Irene
(http://blogsome.com, 2006) mengatakan, “Jika seorang anak kehilangan
kesempatan untuk belajar di usia dini, maka perkembangan otaknya pun akan
berlangsung di bawah rata-rata. Kemampuan logika, bahasa, dan menyelesaikan
masalahnya menjadi terbatas”. Sehingga sangat penting bagi seorang anak untuk
mendapatkan stimulasi sedini mungkin yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan bicara dan bahasanya.
Dari penjelasan di atas, disimpulkan
bahwa masa balita merupakan masa yang sangat penting untuk diberikan stimulasi
pada kemampuan bicara dan bahasanya.
Perkembangan bahasa dan bicara pada balita normal
menurut jenjang usianya adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan Bahasa:
1) 6 – 12 bulan
- Mulai menyebut “da-da” – Membentuk
kalimat bahasa bayi dengan ritme berbeda
2) 12 – 18
bulan
- Di usia ini si kecil mulai menghasilkan sebuah kata yang sesungguhnya,
jelas dan dapat dipahami
3) 2 Tahun
- Menguasai kurang lebih 50 kosa kata - Mulai dapat membuat kalimat tanya -
Kata yang diucapkan dapat dipahami semua orang - Kata yang diucapkan dapat
dipahami semua orang
4) 3 Tahun
- Mulai
membuat kalimat lengkap (subyek-predikat-objek) - Penguasaan kosa kata semakin
meningkat - Sudah bisa menyebut “ng”, “tr”, “kr” dan yang lebih sulit.
Menurut Dr. Miriam Stopard, Depkes RI, Laura Dyer dan Benny Ciptaraja,
dapat disimpulkan bahwa metode stimulasi kemampuan bicara dan bahasa balita
sebagai berikut :
1. Fase Pre-Linguistik (0-12 bulan)
1.
Melatih organ bicara
1.
Menghisap, menjilat, tertawa, menyemburkan gelembung
dan mengunyah.
·
Latih pengucapan /p/, /b/, /m/ serta huruf vokal,
seperti /baba/, /bibi/, /mimi/, /papa/, /mama/. Ucapkan dengan jelas, tidak
terburu-buru, serta perlihatkan gerak lidah dan bibir dengan jelas.
2.
Mengajak berbicara
1.
Jangan membiarkan bayi ketika menangis.
2. Selalu
mengajak berbicara sesering mungkin setiap ada kesempatan mengenai aktivitas
yang sedang dilakukan, benda-benda sekitar dan sebagainya, walaupun bayi belum
bisa mengucapkan, tetapi pemahaman bayi akan bertambah.
3.
Tanggapi segala bentuk suara yang dikeluarkan bayi
saat diajak berbicara.
4.
Ketika anak mulai mengucapkan kata-kata yang belum
jelas, ikuti kata-katanya dengan mengucapkan yang benar.
3.
Mengenalkan berbagai suara
1. Merangsang
bayi untuk mencari sumber suara dengan membunyikan lonceng di sampingnya.
2. Memperdengarkan
berbagai suara seperti musik, orang bicara, suara dari kerincingan, mainan yang
dipencet atau bel.
3. Menyanyikan
lagu dan bacakan sajak anak secara berulang, pengulangan membantunya belajar.
4.
Membacakan buku
1.
Perlihatkan buku bergambar hanya berisi gambar-gambar
berwarna untuk menarik perhatian bayi saat ia berusia 6 bulan.
2.
Tunjuk sebuah gambar dan sebutkan namanya ketika bayi
melihatnya, makin sering mendengar nama suatu objek, makin besar akan dapat
mengucapkannya.
2. Fase Holofrase (12-18 bulan)
a) Melatih organ bicara
1.
Awal tahun pertama, latih pengucapan seperti /ua/,
/ui/, /oe/, atau /wa/, /au/, /ai/, /ae/, /ao/, /ha/, /hi/, /ho/, /hai/, /bai/,
/mau/, /bau/ dan sebagainya.
2.
Sekitar 15 bulan, latih pengucapan /n/, /d/ dan /t/,
seperti /nana/, /nene/, /tata/, /dudu/, /dada/, /dede/ dan sebagainya
3.
Tunjukkan posisi lidah jika pengucapan tidak juga
sempurna.
b) Mengajak berbicara
1.
Doronglah untuk menunjuk sesuatu dan menyebut namanya.
2. Ajari kata
benda, kata sifat dan kata kerja dengan menyebut nama benda yang sedang
diperhatikannya karena lebih mudah memahami kata kerja lebih awal dibandingkan
mengucapkannya.
3.
Ajak bermain sambil berbicara dengan menggunakan
boneka dan telepon-teleponan.
c) Mengenalkan berbagai suara
1.
Mengenalkan berbagai suara, seperti suara binatang,
alat musik atau kendaraan kemudian rangsang anak untuk mengikuti suara-suara
tersebut.
2.
Ajari sajak dan lagu mengenai anggota tubuh, seperti
“Kepala, Pundak, Lutut, Kaki”. Nyanyikan lagu itu secara perlahan dan berikan
waktu bagi anak untuk menunjukkan bagian tubuh yang dimaksud.
d) Membacakan buku
1.
Rangsang anak untuk mengulang kembali nama gambar yang
disebutkan/ditunjukkan.
2.
Membacakan buku cerita bergambar pada anak sesering
mungkin dan mengulang cerita yang sama dalam beberapa kali.
3.
Perpanjang rentang perhatian anak dengan memberikan
makanan ringan dan berikan anak benda-benda, seperti boneka, mainan binatang,
yang berhubungan cerita untuk dipegang.
3. Fase Kalimat dengan 2 Kata (18-24 bulan)
a) Melatih organ bicara
1.
Latih pengucapan /k/, seperti /aku/, /kake/, /kuku/,
/buku/, /paku/, /bisu/, /kakak/ dan sebagainya.
2.
Jika pengucapan /k/ sudah fasih, latih pengucapan /g/,
seperti /tiga/, /tigabelas/, /tigapuluh/, /tigapuluh tiga/ dan latihan bisa
digabung dengan bunyi nasal /ng/, misalnya /nangis/, /anjing/, /kucing/,
/gong/, /gang/, /agung/, /es agogo/ dan sebagainya.
b) Mengajak berbicara
1.
Kenalkan anak pada perbendaharaan kata yang menerangkan
sifat atau kualitas (anak baik, nakal, pintar, dll), keadaan/peristiwa yang
terjadi (sekarang, besok, kemarin, dll) serta kata-kata yang menunjukkan tempat
(di sini, di atas, di bawah dll).
2.
Ajari anak konsep berhitung hingga angka dua dengan memperlihatkan
pada anak bagaimana cara menghitung mainanya.
3.
Rangsang anak agar bercerita tentang apa yang
dilihatnya/dialaminya.
4.
Hindari untuk meminta anak menyebutkan kata-kata
tertentu atau suatu kalimat untuk pamer kepada keluarga atau teman.
c) Mengenalkan berbagai suara
1.
Membuat suara-suara, seperti alat musik, rangsang anak
agar menirukan suara tersebut.
2.
Perlihatkan pada anak bagaimana bernyanyi, bertepuk
tangan dan mengikuti nada ketika mendengarkan music.
d) Membacakan buku
1.
Ketika melihat buku bersama, mungkin akan kembali ke
halaman sebelumnya dan menyebutkan nama binatang kesayangannya, maka ikuti
topik pembicaraannya.
2.
Membacakan buku cerita setiap hari dan rangsang anak
untuk menceritakan gambar yang ada di buku cerita.
3.
Kenalkan mengenai konsep warna yang terdapat dalam
buku.
4. Usia 2-3 Tahun
a) Melatih organ bicara
1.
Latih pengucapan /l/, seperti /lama/, /lalu/, /bulu/,
/palu/, /malu/, /telah/, /lain/, /lupa/, /lelah/, /bolu/ dan sebagainya.
2.
Waktu yang tepat untuk melatih bunyi lateral adalah
ketika anak berkata “Pelmen”, yang dimaksudnya adalah “Permen”.
b) Mengajak berbicara
1.
Ajari anak agar dapat menyebutkan nama lengkapnya.
2.
mengenalkan nama-nama benda-benda disekitarnya dan
minta anak untuk menyebutkan kembali di lain waktu.
3.
Bicarakan tentang kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan pada hari itu untuk meningkatkan kemampuan mengingat anak.
c) Mengenalkan berbagai suara
§ Perkenalkan
beberapa bunyi alat musik dan bicarakan tentang perbedaan bunyi yang
dihasilkannya.
d) Membacakan buku
1.
Ceritakan yang lebih kompleks secara berulang agar
anak dapat mengingatnya.
2.
Rangsang anak untuk menceritakan kembali buku yang
pernah dibacakan.
3.
Rangsang anak untuk mencocokkan warna dan menyebutkan
beberapa warna pokok.
e) Mengenalkan pada teman seusianya
Kenalkan
dengan anak-anak seusianya dan dilibatkan pada lingkungan sosial yang bisa
memfasilitasi kemampuan sosial dan berkomunikasinya, seperti PAUD, BKB, play
group, taman bermain, dan sebagainya.
f) Mengenalkan acara televise
1.
Kenalkan balita pada acara televisi yang dapat
meningkatkan kemampuan bicara dan bahasanya, seperti Sesame Street yang selalu
mengenalkan konsep bahasa.
2.
Waktu menonton tidak melebihi 2 jam setiap harinya.
3.
Selalu mendampingi anak ketika menonton.
5. Usia 3-4 Tahun
a) Melatih organ bicara
1.
Latih pengucapan /s/, seperti /pipis/, /pus/, /bis/,
/pas/, /mas/, /es/ dan sebagainya.
2.
Jika pengucapan /s/, sudah fasih, latih pengucapan
/c/, seperti /cici/, /cucu/, /caca/ dan sebagainya.
b) Mengajak berbicara
1.
Rangsang anak untuk menceritakan tentang dirinya dan
rangsang ia agar menggunakan kalimat lebih dari 2 kata.
2.
Mengajaknya mendiskusikan tentang sesuatu hal yang
sangat sederhana.
3.
Untuk meningkatkan kemampuannya dalam memahami
kalimat, berbicara pada anak dengan kalimat yang panjang dan kompleks.
c) Mengenalkan berbagai suara
1.
Bermain sambil bersajak menyenangkan untuk anak yang
sudah memahami dan mampu mengubah lirik lagu atau kata-kata sajak.
2.
Perkenalkan anak pada huruf alfabet dengan menggunakan
nyanyian.
d) Membacakan buku
1.
Berikan hadiah sikap baik anak dengan buku daripada
permen atau mainan.
2.
Membacakan buku setiap hari.
3.
Rangsang anak untuk menceritakan kembali buku yang
pernah dibacakan.
e) Permainan sosial
1.
Libatkan dalam permainan imajinasi, seperti
memanfaatkan peralatan rumah tangga biasa, lalu dorong ia untuk membayangkan
segala macam benda yang dapat dibuat dengan barang-barang tersebut.
2.
Ajarkan anak untuk bermain peran, dengan cara
memberikan beberapa pakaian tua kepada anak dan biarkan ia bermain dengan
mencoba mengenakannya dan bergaya.
6. Usia 4-5 Tahun
a) Melatih organ bicara
Latih
pengucapan /r/, seperti /beri/, /kue mari/, /roda/, /permen/ dan sebagainya.
Latihan diberikan pada awal tahun keempat bahkan hingga usia 5 tahun.
b) Mengajak berbicara
1.
Libatkan anak dalam berbagai aktivitas dan ajak
berdiskusi mengenai kegiatan tersebut serta rangsang agar anak menggunakan
kalimat yang lebih kompleks.
2.
Mengenalkan angka hingga 10.
3.
Rangsang agar anak menceritakan tentang masa kecilnya
atau kejadian yang pernah dialaminya di masa lalu.
4.
Rangsang anak untuk bercerita tentang pemikiran
imajinasinya.
c) Membacakan buku
1.
Membacakannya setiap hari dan rangsang anak untuk
melanjutkan isi cerita dengan imajinasinya.
2.
Rangsang anak untuk menceritakan kembali buku yang
pernah dibacakan.
d) Permainan social
1.
Biarkan anak melakukan permainan kelompok bersama
teman sebayanya.
2.
Di usia ini, anak sudah siap menghadapi pengalaman
baru ketika mereka mulai bersekolah.
Dalam menerapkan stimulus, baik stimulus motorik kasar
dan halus maupun stimulus bahasa dan bicara, perlu diperhatikan Prinsip
Stimulasi Perkembangan yaitu:
§ Dilandasi
rasa cinta dan kasih sayang;
§ Orang-orang
terdekat dipakai sebagai model;
§ Dilakukan
dengan cara bermain, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman;
§ Dilakukan
setiap hari, secara bertahap dan berkelanjutan yang mencakup 4 aspek kemampuan
dasar;
§ Dilakukan
sesuai dengan kelompok umur anak;
§ Gunakan alat
bantu yang sederhana, aman dan mudah didapat;
§ Beri
kesempatan yang sama pada anak perempuan dan laki-laki;
§ Selalu beri
pujian, bila perlu beri hadiah atas keberhasilannya.
Orang tua menjadi kunci penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan sang buah hati di masa depan. Jangan biarkan
golden period sang buah hati terlewatkan begitu saja, optimalkan
dan manfaatkan sebaik-baiknya.
b. Penyebab Keterlambatan
Penyebab gangguan bicara dan bahasa
sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus
impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Berikut ini adalah
beberapa penyebab gangguan bicara.
Gangguan
bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu
beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer
dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga
ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan
pendengaran yang saling berhubungan.
Hal lain dapat juga di sebabkan karena
diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang
cukup atau pemakaian 2 bahasa. Namun bila penyebabnya karena lingkungan
biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Adapun
beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:
1.
Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran
kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus
difikirkan bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan
pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa
terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem
pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat
kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat
keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat
bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu
atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
Pengobatan
dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini
dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi
kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan
tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara
lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali
dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.
2.
Kelainan
organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek,
kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing
(palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan
laring.
Pada
lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan
huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara
desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.
Kelainan
bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta,
yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan
”g”.
3.
Retardasi mental
Redartasi
mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa.
Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
4.
Genetik herediter dan kelainan kromosom
Gangguan
karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada
salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut
Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara
sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah.
Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan
bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
5.
Kelainan sentral (otak)
Gangguan
berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan
pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia
sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim.
Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
6.
Autisme
Gangguan
bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial.
7.
Mutisme
selektif
Mutisme
selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara
pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau
kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih
tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai
neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan
gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
8. Gangguan
emosi dan perilaku lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada
gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga
tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif,
tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
9.
Alergi makanan
Alergi
makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan
gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak.
Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan
dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara
terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat
perkembangan bicaranya.
10. Deprivasi
lingkungan
Dalam
keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah
stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian
menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak
yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child
abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan
deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau
penelantaran anak.
Berbagai macam keadaan
lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :
a. Lingkungan yang sepi
Bicara
adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi
bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan
bicara dan bahasa pada anak.
b. Status ekonomi sosial
Menurut
penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak
dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua
pekerja semi terampil dan tidak terampil.
c. Teknik pengajaran yang salah
Cara
dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan
perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi
karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
d. Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah
yang tidak menyenangkan
Bicara
bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan
seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk
menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
e. Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
Sikap
orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap
anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan
harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan
menghambat kemampuan bicarnya.
f. Anak kembar
Pada
anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama
dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan
lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling
meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara
yang sama –sama belum bagus.
g. Bilingual ( 2 bahasa)
Pemakaian
2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini
tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2
bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada kelompok anak bilingual
tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu
bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.
h. KETERLAMBATAN
FUNGSIONAL
Dalam keadaan ini biasanya fungsi
reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif:
Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.
DETEKSI
DINI KETERLAMBATAN BICARA
Walaupun kecepatan perkembangan setiap
anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami
keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan. Demikian pula bila
terjadi penurunan kemampuan berbahasa dan bicara seorang anak kita harus lebih
mewaspadainya. Misalnya pada umur tertentu anak sudah bisa memanggil papa atau
mama tetapi beberapa bulan kemudian kemampuan tersebut menghilang. Demikian
pula dengan penurunan kemampuan mengioceh, yang sebelumnya sering jadi
berkurang atau pendiam.
Beberapa tanda bahaya komunikasi yang
yang harus diwaspadai terjadinya keterlambatan dan gangguan berbahasa dan
bicara dapat dilihat pada tabel 2.
TANDA
BAHAYA GANGGUAN KOMUNIKASI
4
– 6 BULAN
*
Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
*
Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
8
– 10 BULAN
*
Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
*
Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
*
9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
12
– 15 BULAN
*
12 bulan, belum menunjukkan mimik;
*
12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
*
12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
*
15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau
"daag";
*
15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
*
15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
18
– 24 BULAN
*
18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata;
*
18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
*
21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
*
24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
*
24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan
telepon;
*
24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
*
24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya;
30
– 36 BULAN
*
30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
*
36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat
dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
3
– 4 TAHUN
*
3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak
memiliki minat bermain dengan sesamanya;
*
3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan
"aya";
*
4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.
C. Perkebangan Sosial dan Emosi
Perilaku sosial merupakan
aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, orang
tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku
sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu
dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain.
Apa
yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi
pembentukan perilaku sosialnya.
Ada
empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, yaitu :
·
Adanya
kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia
dan latar belakang.
·
Adanya
bimbingan dan pengajaran dari biasanya menjadi “model” bagi anak..
·
Adanya
kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Umur 0-1 Tahun
·
Mulai
merespon dengan senyum
·
Memperhatikan
wajah dan/atau suara orang dewasa
·
Secara
visual memilih seseorang dari pada benda diam saat melihat wajah atau mendengar
suara seseorang
·
Mulai
menyesuaikan tanggapannya pada orang lain
·
Tersenyum
dengan selektif, punya senyuman khusus untuk orang tua atau orang yang di
kenalnya
Karakteristik Perkembangan Sosial
Anak Umur 1-2 Tahun
·
Berpartisipasi
dalam permainan, misalnya mendorong mobil atau menggrlindingkan bola bersama
orang dewasa
·
Bermain
dengan lebih terfokus dan terorganisir
·
Mulai
dapat menerima aturan dari orang dewasa
·
Meminta
perhatian orang dewasa, menarik-narik
orang dewasa untuk menunjukkan sesuatu
·
Memberi
salam pada orang dewasa atau anak yang dikenalnya ketika di ingatkan
Karaktristik Perkembangan Sosial Anak Umur 2-3 Tahun
·
Mulai
mengerti bagaimana perilaku berhubungan konsekuensi
·
Berbagi
benda-bend dengan anak lain ketika di minta
·
Membuat
salah satu pilihan yang di tawarkan
·
Berpartisipasi
dalam kegiiatan tertentu pada sebagian besar waktunya
Karakkteristik Perkembangan Sosial Anak Umur 3-4 Tahun
·
Suka
bersajak , memainkan jari, menyanyi lagu sederhana bersama teman-temannya
·
Berusaha
membantu kegiatan bersih-bersih
·
Bermain
permainan dalam kelompok kecil
·
Suka
dengan cerita pendek
Karakteristik Perkembangan Sosial
Anak Umur 4-5 Tahun
·
Dapat
bermain sedikitnya satu permainan di atas meja dengan pengawasan orang dewasa
·
Dapat
menunggu giliran dalam bermain tanpa pengawasan
·
Dapat
mempertunjukkan suruhan sederhan
·
Tidak
mengganggu teman dengan sengaja
·
Dapat
memilih kegiatan sendiri
Karaktertistik Perkembangan Sosial Anak Umur 5-6 Tahun
·
Dapat
bermain 2 atau 3 permainan di atas meja
·
Dapat
bermain bersama dengan 2 atau 3 anak sedikitnya selama 20menit
·
Senang
menyelesaikan pekerjaan yang dipilihkan dengan giat
·
Ingin
mengerjakan sesutu sendiri
·
Dapat
bermain pura-pura tentang profesi tertentu
Anak
usia prasekolah yang berumur antara 2-6 tahun ini selain memerlukan pengasuhan
dari kedua orang tuanya, juga memerlukan pembinaan yang luas lagi melalui
program Bina Keluarga Balita, Tempat Penitipan Anak, serta taman bermain dan
taman kanak-kanak.
1) Bina Keluarga Balita
Akhir-akhir ini selain tersedianya pendidikan bagi anak usia prasekolah berupa Taman Kanak-Kanak yang sudah dikenal sejak awal abad keduapuluh, pemerintah dan masyarakat juga menyiapkan pusat-pusat pembinaan bagi ibu dan balita. Kita mengenal program Bina Keluarga Balita, dengan pembinaan ibu-ibu yang berkualitas dalam mengasuh anak diharapkan generasi yang akan datang juga mengalami peningkat kualitas.
Akhir-akhir ini selain tersedianya pendidikan bagi anak usia prasekolah berupa Taman Kanak-Kanak yang sudah dikenal sejak awal abad keduapuluh, pemerintah dan masyarakat juga menyiapkan pusat-pusat pembinaan bagi ibu dan balita. Kita mengenal program Bina Keluarga Balita, dengan pembinaan ibu-ibu yang berkualitas dalam mengasuh anak diharapkan generasi yang akan datang juga mengalami peningkat kualitas.
2) Tempat Penitipan Anak
Selain program BKB akhir-akhir ini berkembang upaya untuk menyelenggarakan Tempat Penitipan Anak (TPA). Terutama balita yang ibunya bekerjadan tidak memiliki anggota keluarga yang membantu mengasuh. Di dalam TPA ini anak diberikan program-program yang dapat meningkatkan semua aspek perkembangan anak.
Selain program BKB akhir-akhir ini berkembang upaya untuk menyelenggarakan Tempat Penitipan Anak (TPA). Terutama balita yang ibunya bekerjadan tidak memiliki anggota keluarga yang membantu mengasuh. Di dalam TPA ini anak diberikan program-program yang dapat meningkatkan semua aspek perkembangan anak.
3) Taman Bermain dan Taman Kanak-Kanak
Program lain adalah Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak. Kedua taman dan tempat bermain ini belumlah merupakan sekolah. Sesuai dengan namanya taman diperlukan anak usia prasekolah yang memerlukan rangsangan agar seluruh aspek perkembangannya dapat meningkatkan dan untuk menghadapi sekolah kelak karena itu anak belum diajarkan segala sesuatu yang bersifat akademis dan belum diberi tugas sekolah seperti menulisdan membaca.Dalam usia prasekolah kegiatan utama adalah membina sikap dan minat.
Program lain adalah Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak. Kedua taman dan tempat bermain ini belumlah merupakan sekolah. Sesuai dengan namanya taman diperlukan anak usia prasekolah yang memerlukan rangsangan agar seluruh aspek perkembangannya dapat meningkatkan dan untuk menghadapi sekolah kelak karena itu anak belum diajarkan segala sesuatu yang bersifat akademis dan belum diberi tugas sekolah seperti menulisdan membaca.Dalam usia prasekolah kegiatan utama adalah membina sikap dan minat.
Hal-hal
yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru Taman Bermain dan Taman
Kanak-kanak untuk mengembangkan anak usia prasekolah
1. Anak anak usia 3 tahun
1. Anak anak usia 3 tahun
·
Orang dewasa memberi afeksi dan
dukungan, menyenangkan hati anak bila mereka menangis atau ketakutan.
·
Orang dewasa merencnakan pengalaman yang
dapat mngurangi rasa takut anak.
·
Orang dewasa membantu anak-
bermain dan mengembangkan kebebasan diri anak, membantu mereka bila diperlukan
tetepi membiarkan mereka melakukan segala sesuatu yang mampu mereka lakukan
sendri atau yang ingin merekalakukan sendiri.
·
Orang dewasa mendukung kegiatan anak
untuk memulai suatu persahabatan, karena hubungan semacam itu cepat berlalu.
Bila timbul konflik biasanya anak usia 3 tahun kembali bermain sendiri.
·
Orang dewasa membiasakan anak untuk
menunggu giliran dan mau berbagi dengan orang lain tetapi hendaknya orang tua
tidak mengharap terlalu banyak dari mereka.
·
Orang dewasa sebanyak mungkin memberikan
pengalaman kepada anak dan memberikan kesempatan untuk memperluas kemampuan
bahasa dan musik kepada anak.
·
Orang dewasa menyediakan waktu dan
tempat baik di dalam- maupun diluar ruangan baik anak untuk
berlatih keterampilan gerak kasar seperti berlari, melompat, naik sepeda.
·
Orang dewasa selalu berada dekat dengan
anak untuk membantu mereka juka dibutuhkan.
2.
Untuk anak usia 4-5 tahun
a) Perkembangan sosial-emosional
Guru memudahkan perkembngan kontrol diri anak dengan menggunakan tehnik bimbingan yang positif seperti modeling, dan mendorong anak untuk berbuat seuai dengan perilaku yang diharapkan. Harapan guru harus disesuikan dengan dan menghargai kemampuan yang dimiliki anak.
Kepada anak diberikan berbagai kemungkinan untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama. Guru memberi kemudahan agar perkembangan keterampilan sosial yang positif ini dapat tejadi setiap saat.
a) Perkembangan sosial-emosional
Guru memudahkan perkembngan kontrol diri anak dengan menggunakan tehnik bimbingan yang positif seperti modeling, dan mendorong anak untuk berbuat seuai dengan perilaku yang diharapkan. Harapan guru harus disesuikan dengan dan menghargai kemampuan yang dimiliki anak.
Kepada anak diberikan berbagai kemungkinan untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama. Guru memberi kemudahan agar perkembangan keterampilan sosial yang positif ini dapat tejadi setiap saat.
b) Perkembangan bahasa dan minat baca-tulis
Anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melihat betapa membaca dan menulis itu mempunyai kegunaan yang luar biasa. Keterampilan dasar ini baru akan berkembang bila mempunya makna bagi anak. Kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan minatbaca dan tulis ini perlu dilakukan pemberian pengalaman yang bermakna bagi anak, misalnya mendengar dan membaca cerita, berbagai tulisan dan gambar-gambar,dll.
c) Perkembangan kogniting
Anak mengembangkan pemahaman mengenai konsep tentang diri sendri, tenteng orang lain, dan tentang dunia disekitarny melali pengamatan dengan cara berhubungan dengan orang lain dan dengan benda sebenarnya, dan juga mencari pemecahan terhadapmasalah yang konkret. Anak juga belajar mengenai rutinitas agar selalu sehat dan aman.
d) Perkembangan Fisik
Setiap anak diberi kesempatan untuk melatih otot-otonya melalui berbagai kegiatan, termasuk berlari, melompat, dan latihan keseimbangan badan. Bermain di lapangan perlu direncanakan dan dilaksanakan setiap hari sehingga anak dapat mengembangkan keterampilan otot-otot besarnya, belajar mengenal alam sekitar dam dapat mengekspesikan diri secara bebas.
Setiap hari anak diberi kesempatan untuk melatih otot-otot kecinya melalui aktivitas bermain seperti melukis dan memotong.
e) Perkembangan Estetik
Setiap hari anak diberi kesempatan untuk mengekspesikan perasaan estetik dan apresiasi mereka melalui kesenian dan musik. Anak mencoba dan memperoleh kesenangan dari berbagai bentuk musik. Berbagai variasi media kesenian diberikan kepada anak untuk ekspresi kreatif mereka, seperti melukis dengan jari dan membuat bentuk memakai tanah liat.
f) Motivasi
Rasa ingin tahu secara alamiah ada dalam diri anak dan mereka untuk membuat segala seuatu masuk akal, dapat dipergunakan utuk memotivasi mereka di dalam kegiatan belajar.
Makanan yang diberikan kepada anak
haruslah yang sehat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
makanan nya harus bergizi seperti ;
a. bahan makanan pokok
b. bahan makanan lauk pauk
c. bahan makanan sayuran
d. susu dan telur
b. bahan makanan lauk pauk
c. bahan makanan sayuran
d. susu dan telur
makanan ini diperlukan untuk memperoleh
kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan
sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada anak usia sekolah anak sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Sehinggan memerlukan
zat gizi dalam jumlah besar. Jika anak diberikan makanan yang bergizi mereka
akan sehat dan selanjutnya akan bergerak, bermain, berwajah ceria, cakap dan
tersenyum sehinggan anak mampu tumbuh dan berkembang secara optimal serta menjadi
anak yang memiliki kepribadian utuh.
Salah
satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang
emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia
prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak
mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif,
yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat
mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan
ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil
kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri
Emosional Pada Anak Prasekolah :
a)
Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap
marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b)
Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.(Ananda 2010).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOTORIK
KASAR
A.
Identitas
data umum
Nama : Andi Dwi Pratama
Umur : 7th
Jenis kelamin : laki-laki
Nama orang tua : Agung Sugiharto (ayah) dan Sri aresti
(ibu)
Alamat : Tugurejo RT1/1,Tugu,Semarang
Pendidikan : SD kelas 1
Agama : Islam
B.
Keluhan
Utama
Ibu Pasien (anak) merasa cemas
dan khawatir karena keterlambatan perkembangan motorik kasar yang dialami
anaknya karena dengan usia anaknya 7th belum bias berlari.
C.
Riwayat
kehamilan dan kelahiran
1.
Prenatal :
Kehamilan
anak ini ibu klien sedang dalam pengobatan karena menderita penyakit
limfadenitis Tb. Pengobatan dan perawatan antenatal care di RSUD
Tugurejo.
2.
Natal :
Persalianan dengan normal,
kepala lebih kecil dari normalnya, lingkar kepala tak terkaji dalam
keadaan asfyksia berat.
c.
Post natal
Anak pertama lahir dalam keadaan asfyksia neonatorum, AS
selang 5 menit menangis lemah (4-5), warna kulit (badan hangat, ekstremitas
biru), BB lahir 2300 kg, PB lahir 47 cm. Kelainan kongenital mikrocepali,
sianosis (+), ASI dan PASI diberikan setelah 1 Minggu kelahiran.
D.
Riwayat
Masa Lampau
1) Tidak Pernah dirawat dirumah sakit .
2)
Imunisasi yang telah diberikan
lengkap (BCG (+) scar (+), DPT 3 kali, Polio 4 kali, campak 1 kali dan
hepatitis 3 kali. MMR (-).
E. Riwayat Keluarga
a. Status
ekonomi : Orang tua
jarang memberikan nutrisi karena biaya mahal.
b. Pendidikan : Orang tua tidak mengetahui tentang tumbuh kembang.
c. Kultur/
suku : kebiasaan disekelilingnya yang biasanya ada
larangan untuk mengkonsumsi makanan pada masa tumbuh kembang .
F. Riwayat Kesehatan Lingkungan
1) Lingkungan
tempat tinggal cukup kumuh .
2) Kondisi
rumah kurang begitu
dijaga kebersihannya.
G. Riwayat psikososial spiritual
1) Orang tua kurang memberikan kesuatu spiritual.
2) Hubungan
dengan anggota keluarga
kurang begitu familiar.
3) Jarang keluar rumah dan bermain dengan teman
sebayanya.
4) Anak agak pemalu.
9. I. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Kesadaran anak kompos
mentis, penampilan anak ceria, anak sulit melakukan pergerakan seperti
berlari. Umur 2 tahun 8 bulan, BB : 11,5 kg,
TB : 92 cm, LK : 46 cm, LD : 47 cm, LLK : 16,5 cm. Imunisasi lengkap dan sudah
mendapat boster folio
Data dari kepala ke kaki
:
a)
Kepala : tulang
kepala normal. Mata normal, konjunctiva merah muda, hidung normal,
tidak ditemukan gangguan pernafasan, telinga normal tidak ada sumbatan, tidak
ada kelainan pada pemeriksaan telinga. Mulut normal, gigi normal, nafsu makan
baik, saraf-saraf kranialis normal.
b)
Leher : normal, tidak ditemukan pembesaran
getah bening, maupun pembesaran tyroid. Tidak ada bendungan vena.
Keringat (-)
c)
Dada : normal; dada simetris,
gerakan simetris, RR : 20 X/mnt, N : 88 X/mnt, S : 36,9 derajat Celcius,
Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-, retraksi (-). S1 dan S2 normal. Pembesaran jantung
(-).
d)
Abdomen : normal ; peristaltik 5
X/mnt, turgor baik, distensi (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, ginjal
tidak teraba, sky bala (-), flatus +. Ascites (-). Keringat (+).
e)
Tulang belakang : normal ; spina
bipida (-), tulang belakang intak, skoliosis (-), lordosis (-), kiposis (-).
Kulit baik.
f)
Ektremitas : normal ; reflek
fisiologis (+), reflek patologis (-), kekuatan otot normal, udema (-), paresa
(-), sensibilitas (+), motorik (+), keluhan nyeri (-). Polidaktili (-), simian
line (-).
g)
Kelamin : tidak diperiksa karena
anak menolak.
1. Pengkajian
a)
Pertumbuhan
Berat
badan = 11 kg, tinggi badan 81 cm, lingkar kepala 42 cm, lingkar dada 52 cm dan
lingkar lengan atas kiri 18 cm.
b)
Perkembangan
1) lahir
kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala , mengikuti objek dengan mata ,
mengoceh,
2) usia
3- 6 bulan mengangkat kepala 90 derajat , belajar meraih benda , tertawa , dan
mengais meringis .
3) usia
6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu , tengkuarap , berbalik sendiri, merangkak ,
meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu tangan yang lain dan mengeluarkan
kata-kata tanpa arti.
4) usia
9-12 bulan =dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kata-kata ,
mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
5) usia
12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat
mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing .
6) usia
18-24 bulan = naik –turun tangga , menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung,
belajar makan sendiri , menggambar garis , memperlihatka minat pada anak lain
dan bermain dengan mereka.
7) usia
2-3 tahun = belajar melompat , memanjat buat jembatan dengan kotak , menyusun kalimat dan lain-lain.
8) usia
3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian , menggambar berbicara dengan baik ,
menyebut wana , dan menyayangi saudara.
9) usia
4-5 tahun = melompat , menari, menggambar orang , dan menghitung.
1. Analisa
Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
·
Data
subyektif :
1.
Orang tua
mengatakan kurang pengetahuan tentang pertumbuhkembangan.
2.
Orang tua mengatakan terlalu sibuk dengan
pekerjaannya.
3.
Orang tua tidak mengetahui kalau usia 7th
harusnya bisa lari.
·
Data
Obyektif :
1.
Anak belum bias berlari dengan cepat.
2.
Keluarga
tampak gelisah, berkeringat dingin,
keluarga klien sering bertanya tentang keadaan dan prognosisi anaknya.
|
Kurangnya informasi
|
Kurangnya pengetahuan tentang keterlambatan motorik
kasar pada anak, penanganan serta kemungkinan
prognosenya.
|
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan
perkembangan motorik kasar
berhubungan
dengan :
1. penurunan
perkembangan fisik atau ketergantungan di sebabkan karena adanya kerusakan pada
system tubuh .
2. kurangnya
stimulasi dari orang tua
3. keterbatasan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi atau bermain atau pendidikan .
4. kurangnya informasi tentang pertumbuhkembangan.
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Tujuan :
1. Orang tua mengerti tentang tugas
tentang perkembangan motorik
kasar sesuai
dengan kelompok anak seusianya.
2. Orang tua mampu melatih anaknya sendiri
3. Anak mampu melakukan apa yang dilatihkan dari orang tuanya.
4. Anak mampu menangkap stimulus denagn baik.
5. Anak mampu merawat didri sendiri.
Rencana tindakan :
1. Ajari orang tua terhadap tugas
perkembangan motorik kasar sesuai
dengan kelompok anak seusianya.
2. Ajari orang tua cara melatih anaknya.
3. Berikan kesempatan pada anak bermain
dengan teman sebayanya.
4. Berikan stimulasi dengan cara melatih berlari 5-10m.
5. Latihlah melompat dengan cara beri hambatan dari
0.4-1m
6. Latihlah merangkak dengan cepat.
7. Berikan waktu istirahat dan lakukan
observasi kepada orang tua selama interaksi dan makan.
8. Anjurkan perawatan diri sendiri .
4. EVALUASI
Anak
menunjukkan perubahan dan perkembangan yang lebih dan terjadi pencapaian dalam
tugas perkembangan sesuai dengan klompok usia dan ukuran fisik sesuai batasan
ideal anak yaitu mampu
berlari sejauh 10m dan melompat setinggi 1m.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Usia paling kritis anak adalah
sampai dengan usia anak lima tahun. Usia emas atau Golden Age berada pada masa
paling kritis yaitu usia 0 sampai 2 tahun, karena 80% pertumbuhan otak terjadi
pada masa usia emas tersebut. Pada tahap ini anak harus diberikan intervensi-intervensi
yang tepat agar otak anak bisa berkembang dengan optimal. Intervensi yang
diberikan bisa dalam bentuk stimulasi-stimulasi. Stimulasi yang diberikan harus
merangsang 4 aspek kemampuan dasar, yaitu: Kemampuan Gerak Kasar (GK) ; Kemampuan
Gerak Halus (GH) ; Kemampuan berbicara dan bahasa ; dan Kemampuan
bersosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi sebaiknya harus
memperhatikan prinsip stimulasi perkembangan.
B. SARAN
Orang tua seharusnya lebih
memperhatikan perkembangan anaknya saat masih dalam usia kritis, terlebih lagi
saat dalam usia emas atau golden age. Orang tua bertanggung jawab atas
perkembangan anaknya pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, orang tua
harus berhati-hati dalam mendidik anaknya serta dalam melakukan intervensi
harus benar-benar tepat. Jika stimulasi yang diberikan tidak tepat maka akan
sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk memperbaiki pengaruh stimulasi
tersebut pada usia selanjutnya. Untuk itu manfaatkan masa usia kritis anak atau
golden age, agar anak bisa berkembang seoptimal mungkin kearah yang positif.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
1. Hardiyanto,
Radix. dr. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita dan APRAS. Dipaparkan saat
Sosialisasi DDTK Kepada Para Kader Puskesmas di Kota Surabaya
2. http://www.infodokterku.com/
3. http://www.episentrum.com/artikel-psikologi/perkembangan-motorik-anak-usia-dini/
4. http://www.scribd.com/doc/20341624/Stimulasi-Deteksi-Intervensi-Dini-Tka
5. http://dokteranakku.com/?p=84
6. http://pondokibu.com/parenting/tumbuh-kembang-anak/tahapan-perkembangan-motorik-anak/
7. http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/deteksi-dini-tumbuh-kembang-anak-%E2%80%9Cmilestone%E2%80%9D-perkembangan-balita-dan-anak
8. http://poesimut.blogspot.com/2010/01/stimulasi-bicara-dan-bahasa-pada-balita.html
Komentar
Posting Komentar