Asuhan keperawatan anak dengan gangguan motorik


Assalamualaikum selamat siang kali imi saya ajan menulis asjep tentang gangguan motorik pada anak,  πŸ‘ΆπŸ‘ΆπŸ‘Ά



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Usia paling kritis adalah sampai dengan usia anak lima tahun, dikatakan kritis karena usia tersebut merupakan suatu masa atau tahapan umur yang menentukan kualitas manusia pada usia selanjutnya. Golden Age berada pada masa paling kritis yaitu usia 0 sampai 2 tahun, karena 80% pertumbuhan otak terjadi pada masa usia emas tersebut. Disebuat sebagai Usia Emas dikarenakan jika pada usia 0 – 2 tahun tidak ada penanganan yang baik maka pada usia selanjutnya tidak bisa diperbaiki terutama pada kerusakan otak. Desmita (2006).

Dasar-dasar yang diletakan selama 2 tahun pertama dari kehidupan merupakan dasar yang paling kritis. Menurut White, sumber kemampuan manusia ditemukan dalam masa kritis antara delapan dan delapan belas bulan. Selanjutnya, diterangkan bahwa pengalaman-pengalam anak selama rentang waktu itu lebih menentukan kemampuan dikemudian hari dari pada sebelum dan sesudahnya. White dalam Hurlock (1980).

Pada tahap ini intervensi-intervensi dan upaya-upaya untuk mendukung perkembangan otak memberi dampak yang paling besar dan menentukan kehidupan anak selanjutnya. Upaya-upaya tersebut harus dilakukan tepat waktu sehingga perkembangan otak mencapai potensi yang paling optimal. Periode kritis adalah waktu yang khusus ketika perkembangan biologis anak berada pada tahap yang sangat prima untuk mengembangkan struktur syaraf dan atau keterampilan-keterampilan yang dipengaruhi oleh stimulus yang tepat.

Kekurangan stimulasi yang ekstrim akan mengakibatkan sedikitnya jalur-jalur syaraf yang tersedia untuk belajar sehingga secara intelektual anak tersebut mengalami kecacatan kognitif. Kekurangan stimulasi yang diperlukan otak anak juga berakibat mengganggu proses pertumbuhan otak anak secara alamiah. (Syarief, dkk, 2006).



B. TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar,Motorik    Halus,Bahasa,dan Sosial dan Emosi pada anak.
2.      Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan perkembangan motorik kasar.
3.      Memenuhi tugas KDM II



BAB II

TINJAUAN TEORI

Stimulasi adalah suatu kegiatan merangsang kemampuan dasar Balita dan Anak Prasekolah yang dilakukan oleh lingkungan (ibu, bapak, pengasuh anak & anggota keluarga lain) untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Stimulasi dilakukan untuk merangsang 4 aspek kemampuan dasar, yaitu: Kemampuan Gerak Kasar (GK) ; Kemampuan Gerak Halus (GH) ; Kemampuan berbicara dan bahasa ; dan Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian.

A. Perkembangan Motorik Halus dan Motorik Kasar

Motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill). Lerner & Hultsch (1983).
a)      Motorik Halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan Motorik Halus; meliputi otot-otot kecil yang ada diseluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang.
b)      Motorik Kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Keterampilan Motorik Kasar; meliputi keterampilan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang tubuh, seperti berlatih untuk mengikat sepatu sendiri, melompat dan berjalan. Lerner & Hultsch (1983).




Menurut dr. Radix Hadriyanto, Sp.A beberapa ciri khas tumbuh kembang anak yang normal secara umum menurut klasifikasi umurnya dapat dilihat pada table berikut :
Stimulasi gerak kasar dan halus yang dapat diberikan sesuai dengan jenjang usia antara lain:
1.      Usia 0-1 tahun
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks. Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan, gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk. Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar.
Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna.
Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju.
Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat
2.      Usia 1-2 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain.
Anak akan lebih mudah belajar melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa ditambah. Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat.
Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu orang dewasa)
3.      Usia 3-4 tahun
Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya pada kualitasnya. Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik.
Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya.
Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon, keterampilan coretan semakin baik.
Agar kemampuan dan keterampilan motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.


4.      Usia 5-6 tahun
Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun, seperti diungkapkan Bambang, anak kelompok usia ini lebih menyukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di komputer maupun play station.





B. Perkembangan Bahasa dan Bicara

Yang dimaksud stimulasi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa pada balita adalah pemberian rangsangan pada anak dari dari sejak lahir dan dilakukan setiap hari yang diberikan oleh orang sekitarnya, termasuk orangtua, pengasuh, teman sebaya dan sebagainya yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan bahasa pada balita. Oleh karena kemampuan berbicara dan bahasa merupakan hasil dari belajar melalui peniruan yang didengar anak dari orang lain, terutama orangtuanya masa balita adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. (Yusuf, 2005) dan menurut Taningsih (2006).

Melatih bicara anak sejak dini akan membantu kemampuan komunikasi anak. Setiap apa yang dikatakan oleh orang tua, akan tersimpan di memori otak anak dan suatu saat anak akan meniru apa yang dia perolehnya, baik itu yang diajarkan orang tua maupun oleh orang-orang disekitarnya (http://TipsKeluarga.com, 2009). Dan Felicia Irene (http://blogsome.com, 2006) mengatakan, “Jika seorang anak kehilangan kesempatan untuk belajar di usia dini, maka perkembangan otaknya pun akan berlangsung di bawah rata-rata. Kemampuan logika, bahasa, dan menyelesaikan masalahnya menjadi terbatas”. Sehingga sangat penting bagi seorang anak untuk mendapatkan stimulasi sedini mungkin yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bicara dan bahasanya.
Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa masa balita merupakan masa yang sangat penting untuk diberikan stimulasi pada kemampuan bicara dan bahasanya.



Perkembangan bahasa dan bicara pada balita normal menurut jenjang usianya adalah sebagai berikut:

a.      Perkembangan Bahasa:

1)      6 – 12 bulan
- Mulai menyebut “da-da” – Membentuk kalimat bahasa bayi dengan ritme berbeda
2)      12 – 18 bulan
- Di usia ini si kecil mulai menghasilkan sebuah kata yang sesungguhnya, jelas dan dapat dipahami
3)      2 Tahun
- Menguasai kurang lebih 50 kosa kata - Mulai dapat membuat kalimat tanya - Kata yang diucapkan dapat dipahami semua orang - Kata yang diucapkan dapat dipahami semua orang

4)      3 Tahun
- Mulai membuat kalimat lengkap (subyek-predikat-objek) - Penguasaan kosa kata semakin meningkat - Sudah bisa menyebut “ng”, “tr”, “kr” dan yang lebih sulit.







Menurut Dr. Miriam Stopard, Depkes RI, Laura Dyer dan Benny Ciptaraja, dapat disimpulkan bahwa metode stimulasi kemampuan bicara dan bahasa balita sebagai berikut :
1. Fase Pre-Linguistik (0-12 bulan)
1.      Melatih organ bicara
1.      Menghisap, menjilat, tertawa, menyemburkan gelembung dan mengunyah.
·         Latih pengucapan /p/, /b/, /m/ serta huruf vokal, seperti /baba/, /bibi/, /mimi/, /papa/, /mama/. Ucapkan dengan jelas, tidak terburu-buru, serta perlihatkan gerak lidah dan bibir dengan jelas.
2.      Mengajak berbicara

1.      Jangan membiarkan bayi ketika menangis.
2.      Selalu mengajak berbicara sesering mungkin setiap ada kesempatan mengenai aktivitas yang sedang dilakukan, benda-benda sekitar dan sebagainya, walaupun bayi belum bisa mengucapkan, tetapi pemahaman bayi akan bertambah.
3.      Tanggapi segala bentuk suara yang dikeluarkan bayi saat diajak berbicara.
4.      Ketika anak mulai mengucapkan kata-kata yang belum jelas, ikuti kata-katanya dengan mengucapkan yang benar.

3.      Mengenalkan berbagai suara

1.      Merangsang bayi untuk mencari sumber suara dengan membunyikan lonceng di sampingnya.
2.      Memperdengarkan berbagai suara seperti musik, orang bicara, suara dari kerincingan, mainan yang dipencet atau bel.
3.      Menyanyikan lagu dan bacakan sajak anak secara berulang, pengulangan membantunya belajar.




4.      Membacakan buku

1.      Perlihatkan buku bergambar hanya berisi gambar-gambar berwarna untuk menarik perhatian bayi saat ia berusia 6 bulan.
2.      Tunjuk sebuah gambar dan sebutkan namanya ketika bayi melihatnya, makin sering mendengar nama suatu objek, makin besar akan dapat mengucapkannya.

2. Fase Holofrase (12-18 bulan)

a)  Melatih organ bicara
1.      Awal tahun pertama, latih pengucapan seperti /ua/, /ui/, /oe/, atau /wa/, /au/, /ai/, /ae/, /ao/, /ha/, /hi/, /ho/, /hai/, /bai/, /mau/, /bau/ dan sebagainya.
2.      Sekitar 15 bulan, latih pengucapan /n/, /d/ dan /t/, seperti /nana/, /nene/, /tata/, /dudu/, /dada/, /dede/ dan sebagainya
3.      Tunjukkan posisi lidah jika pengucapan tidak juga sempurna.
b)  Mengajak berbicara
1.      Doronglah untuk menunjuk sesuatu dan menyebut namanya.
2.      Ajari kata benda, kata sifat dan kata kerja dengan menyebut nama benda yang sedang diperhatikannya karena lebih mudah memahami kata kerja lebih awal dibandingkan mengucapkannya.
3.      Ajak bermain sambil berbicara dengan menggunakan boneka dan telepon-teleponan.
cMengenalkan berbagai suara
1.      Mengenalkan berbagai suara, seperti suara binatang, alat musik atau kendaraan kemudian rangsang anak untuk mengikuti suara-suara tersebut.
2.      Ajari sajak dan lagu mengenai anggota tubuh, seperti “Kepala, Pundak, Lutut, Kaki”. Nyanyikan lagu itu secara perlahan dan berikan waktu bagi anak untuk menunjukkan bagian tubuh yang dimaksud.


dMembacakan buku
1.      Rangsang anak untuk mengulang kembali nama gambar yang disebutkan/ditunjukkan.
2.      Membacakan buku cerita bergambar pada anak sesering mungkin dan mengulang cerita yang sama dalam beberapa kali.
3.      Perpanjang rentang perhatian anak dengan memberikan makanan ringan dan berikan anak benda-benda, seperti boneka, mainan binatang, yang berhubungan cerita untuk dipegang.

3. Fase Kalimat dengan 2 Kata (18-24 bulan)

a)  Melatih organ bicara
1.      Latih pengucapan /k/, seperti /aku/, /kake/, /kuku/, /buku/, /paku/, /bisu/, /kakak/ dan sebagainya.
2.      Jika pengucapan /k/ sudah fasih, latih pengucapan /g/, seperti /tiga/, /tigabelas/, /tigapuluh/, /tigapuluh tiga/ dan latihan bisa digabung dengan bunyi nasal /ng/, misalnya /nangis/, /anjing/, /kucing/, /gong/, /gang/, /agung/, /es agogo/ dan sebagainya.
bMengajak berbicara
1.      Kenalkan anak pada perbendaharaan kata yang menerangkan sifat atau kualitas (anak baik, nakal, pintar, dll), keadaan/peristiwa yang terjadi (sekarang, besok, kemarin, dll) serta kata-kata yang menunjukkan tempat (di sini, di atas, di bawah dll).
2.      Ajari anak konsep berhitung hingga angka dua dengan memperlihatkan pada anak bagaimana cara menghitung mainanya.
3.      Rangsang anak agar bercerita tentang apa yang dilihatnya/dialaminya.
4.      Hindari untuk meminta anak menyebutkan kata-kata tertentu atau suatu kalimat untuk pamer kepada keluarga atau teman.
cMengenalkan berbagai suara
1.      Membuat suara-suara, seperti alat musik, rangsang anak agar menirukan suara tersebut.
2.      Perlihatkan pada anak bagaimana bernyanyi, bertepuk tangan dan mengikuti nada ketika mendengarkan music.

dMembacakan buku
1.      Ketika melihat buku bersama, mungkin akan kembali ke halaman sebelumnya dan menyebutkan nama binatang kesayangannya, maka ikuti topik pembicaraannya.
2.      Membacakan buku cerita setiap hari dan rangsang anak untuk menceritakan gambar yang ada di buku cerita.
3.      Kenalkan mengenai konsep warna yang terdapat dalam buku.
4. Usia 2-3 Tahun
a)  Melatih organ bicara
1.      Latih pengucapan /l/, seperti /lama/, /lalu/, /bulu/, /palu/, /malu/, /telah/, /lain/, /lupa/, /lelah/, /bolu/ dan sebagainya.
2.      Waktu yang tepat untuk melatih bunyi lateral adalah ketika anak berkata “Pelmen”, yang dimaksudnya adalah “Permen”.
bMengajak berbicara
1.      Ajari anak agar dapat menyebutkan nama lengkapnya.
2.      mengenalkan nama-nama benda-benda disekitarnya dan minta anak untuk menyebutkan kembali di lain waktu.
3.      Bicarakan tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada hari itu untuk meningkatkan kemampuan mengingat anak.
cMengenalkan berbagai suara
§  Perkenalkan beberapa bunyi alat musik dan bicarakan tentang perbedaan bunyi yang dihasilkannya.
d)  Membacakan buku
1.      Ceritakan yang lebih kompleks secara berulang agar anak dapat mengingatnya.
2.      Rangsang anak untuk menceritakan kembali buku yang pernah dibacakan.
3.      Rangsang anak untuk mencocokkan warna dan menyebutkan beberapa warna pokok.
eMengenalkan pada teman seusianya
Kenalkan dengan anak-anak seusianya dan dilibatkan pada lingkungan sosial yang bisa memfasilitasi kemampuan sosial dan berkomunikasinya, seperti PAUD, BKB, play group, taman bermain, dan sebagainya.
fMengenalkan acara televise
1.      Kenalkan balita pada acara televisi yang dapat meningkatkan kemampuan bicara dan bahasanya, seperti Sesame Street yang selalu mengenalkan konsep bahasa.
2.      Waktu menonton tidak melebihi 2 jam setiap harinya.
3.      Selalu mendampingi anak ketika menonton.

5. Usia 3-4 Tahun
aMelatih organ bicara
1.      Latih pengucapan /s/, seperti /pipis/, /pus/, /bis/, /pas/, /mas/, /es/ dan sebagainya.
2.      Jika pengucapan /s/, sudah fasih, latih pengucapan /c/, seperti /cici/, /cucu/, /caca/ dan sebagainya.
bMengajak berbicara
1.      Rangsang anak untuk menceritakan tentang dirinya dan rangsang ia agar menggunakan kalimat lebih dari 2 kata.
2.      Mengajaknya mendiskusikan tentang sesuatu hal yang sangat sederhana.
3.      Untuk meningkatkan kemampuannya dalam memahami kalimat, berbicara pada anak dengan kalimat yang panjang dan kompleks.
cMengenalkan berbagai suara
1.      Bermain sambil bersajak menyenangkan untuk anak yang sudah memahami dan mampu mengubah lirik lagu atau kata-kata sajak.
2.      Perkenalkan anak pada huruf alfabet dengan menggunakan nyanyian.
dMembacakan buku
1.      Berikan hadiah sikap baik anak dengan buku daripada permen atau mainan.
2.      Membacakan buku setiap hari.
3.      Rangsang anak untuk menceritakan kembali buku yang pernah dibacakan.



e)  Permainan sosial
1.      Libatkan dalam permainan imajinasi, seperti memanfaatkan peralatan rumah tangga biasa, lalu dorong ia untuk membayangkan segala macam benda yang dapat dibuat dengan barang-barang tersebut.
2.      Ajarkan anak untuk bermain peran, dengan cara memberikan beberapa pakaian tua kepada anak dan biarkan ia bermain dengan mencoba mengenakannya dan bergaya.




6. Usia 4-5 Tahun
aMelatih organ bicara
Latih pengucapan /r/, seperti /beri/, /kue mari/, /roda/, /permen/ dan sebagainya. Latihan diberikan pada awal tahun keempat bahkan hingga usia 5 tahun.
bMengajak berbicara
1.      Libatkan anak dalam berbagai aktivitas dan ajak berdiskusi mengenai kegiatan tersebut serta rangsang agar anak menggunakan kalimat yang lebih kompleks.
2.      Mengenalkan angka hingga 10.
3.      Rangsang agar anak menceritakan tentang masa kecilnya atau kejadian yang pernah dialaminya di masa lalu.
4.      Rangsang anak untuk bercerita tentang pemikiran imajinasinya.
cMembacakan buku
1.      Membacakannya setiap hari dan rangsang anak untuk melanjutkan isi cerita dengan imajinasinya.
2.      Rangsang anak untuk menceritakan kembali buku yang pernah dibacakan.
dPermainan social
1.      Biarkan anak melakukan permainan kelompok bersama teman sebayanya.
2.      Di usia ini, anak sudah siap menghadapi pengalaman baru ketika mereka mulai bersekolah.

Dalam menerapkan stimulus, baik stimulus motorik kasar dan halus maupun stimulus bahasa dan bicara, perlu diperhatikan Prinsip Stimulasi Perkembangan yaitu:
§  Dilandasi rasa cinta dan kasih sayang;
§  Orang-orang terdekat dipakai sebagai model;
§  Dilakukan dengan cara bermain, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman;
§  Dilakukan setiap hari, secara bertahap dan berkelanjutan yang mencakup 4 aspek kemampuan dasar;
§  Dilakukan sesuai dengan kelompok umur anak;
§  Gunakan alat bantu yang sederhana, aman dan mudah didapat;
§  Beri kesempatan yang sama pada anak perempuan dan laki-laki;
§  Selalu beri pujian, bila perlu beri hadiah atas keberhasilannya.

Orang tua menjadi kunci penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sang buah hati di masa depan. Jangan biarkan golden period sang buah hati terlewatkan begitu saja, optimalkan dan manfaatkan sebaik-baiknya.

b.      Penyebab Keterlambatan

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara.
Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan.
Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Namun bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1.      Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.
2.      Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.
Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.
Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
3.      Retardasi mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
4.      Genetik herediter dan kelainan kromosom

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
5.      Kelainan sentral (otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
6.      Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
7.      Mutisme selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
8.      Gangguan emosi dan perilaku lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
9.      Alergi makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
10.  Deprivasi  lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :
a.       Lingkungan yang sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
b.      Status ekonomi  sosial
Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.
c.       Teknik pengajaran yang salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
d.      Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
e.       Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya.
f.       Anak kembar
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara yang sama –sama belum bagus.
g.      Bilingual ( 2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada kelompok anak bilingual tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.
h.      KETERLAMBATAN FUNGSIONAL
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN BICARA
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan. Demikian pula bila terjadi penurunan kemampuan berbahasa dan bicara seorang anak kita harus lebih mewaspadainya. Misalnya pada umur tertentu anak sudah bisa memanggil papa atau mama tetapi beberapa bulan kemudian kemampuan tersebut menghilang. Demikian pula dengan penurunan kemampuan mengioceh, yang sebelumnya sering jadi berkurang atau pendiam.
Beberapa tanda bahaya komunikasi yang yang harus diwaspadai terjadinya keterlambatan dan gangguan berbahasa dan bicara dapat dilihat pada tabel 2.

TANDA BAHAYA GANGGUAN KOMUNIKASI

4 – 6 BULAN
* Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
8 – 10 BULAN
* Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
12 – 15 BULAN
* 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";
* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
18 – 24 BULAN
* 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata;
* 18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya;
30 – 36 BULAN
* 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
3 – 4 TAHUN
* 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.


C. Perkebangan  Sosial dan Emosi

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain.
Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya.
Ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, yaitu :
·         Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia dan  latar belakang.
·         Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
·         Adanya bimbingan dan pengajaran dari biasanya menjadi “model” bagi anak..
·         Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.

Karakteristik Perkembangan Sosial
Anak Umur 0-1 Tahun

·         Mulai merespon dengan senyum
·         Memperhatikan wajah dan/atau suara orang dewasa
·         Secara visual memilih seseorang dari pada benda diam saat melihat wajah atau mendengar suara seseorang
·         Mulai menyesuaikan tanggapannya pada orang lain
·         Tersenyum dengan selektif, punya senyuman khusus untuk orang tua atau orang yang di kenalnya

Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Umur 1-2 Tahun
·         Berpartisipasi dalam permainan, misalnya mendorong mobil atau menggrlindingkan bola bersama orang dewasa
·         Bermain dengan lebih terfokus dan terorganisir
·         Mulai dapat menerima aturan dari orang dewasa
·         Meminta perhatian  orang dewasa, menarik-narik orang dewasa untuk menunjukkan sesuatu
·         Memberi salam pada orang dewasa atau anak yang dikenalnya ketika di ingatkan

Karaktristik Perkembangan Sosial Anak Umur 2-3 Tahun
·         Mulai mengerti bagaimana perilaku berhubungan konsekuensi
·         Berbagi benda-bend dengan anak lain ketika di minta
·         Membuat salah satu pilihan yang di tawarkan
·         Berpartisipasi dalam kegiiatan tertentu pada sebagian besar waktunya

Karakkteristik Perkembangan Sosial Anak Umur 3-4 Tahun
·         Suka bersajak , memainkan jari, menyanyi lagu sederhana bersama teman-temannya
·         Berusaha membantu kegiatan bersih-bersih
·         Bermain permainan dalam kelompok kecil
·         Suka dengan cerita  pendek

Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Umur 4-5 Tahun
·         Dapat bermain sedikitnya satu permainan di atas meja dengan pengawasan orang dewasa
·         Dapat menunggu giliran dalam bermain tanpa pengawasan
·         Dapat mempertunjukkan suruhan sederhan
·         Tidak mengganggu teman dengan sengaja
·         Dapat memilih kegiatan sendiri


Karaktertistik Perkembangan Sosial Anak Umur 5-6 Tahun
·         Dapat bermain 2 atau 3 permainan di atas meja
·         Dapat bermain bersama dengan 2 atau 3 anak sedikitnya selama 20menit
·         Senang menyelesaikan pekerjaan yang dipilihkan dengan giat
·         Ingin mengerjakan sesutu sendiri
·         Dapat bermain pura-pura tentang profesi tertentu

Anak usia prasekolah yang berumur antara 2-6 tahun ini selain memerlukan pengasuhan dari kedua orang tuanya, juga memerlukan pembinaan yang luas lagi melalui program Bina Keluarga Balita, Tempat Penitipan Anak, serta taman bermain dan taman kanak-kanak.

1)      Bina Keluarga Balita
Akhir-akhir ini selain tersedianya pendidikan bagi anak usia prasekolah berupa Taman Kanak-Kanak yang sudah dikenal sejak awal abad keduapuluh, pemerintah dan masyarakat juga menyiapkan pusat-pusat pembinaan bagi ibu dan balita. Kita mengenal program Bina Keluarga Balita, dengan pembinaan ibu-ibu yang berkualitas dalam mengasuh anak diharapkan generasi yang akan datang juga mengalami peningkat kualitas.

2)       Tempat Penitipan Anak
Selain program BKB akhir-akhir ini berkembang upaya untuk menyelenggarakan Tempat Penitipan Anak (TPA). Terutama balita yang ibunya bekerjadan tidak memiliki anggota keluarga yang membantu mengasuh. Di dalam TPA ini anak diberikan program-program yang dapat meningkatkan semua aspek perkembangan anak.

3)      Taman Bermain dan Taman Kanak-Kanak
Program lain adalah Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak. Kedua taman dan tempat bermain ini belumlah merupakan sekolah. Sesuai dengan namanya taman diperlukan anak usia prasekolah yang memerlukan rangsangan agar seluruh aspek perkembangannya dapat meningkatkan dan untuk menghadapi sekolah kelak karena itu anak belum diajarkan segala sesuatu yang bersifat akademis dan belum diberi tugas sekolah seperti menulisdan membaca.Dalam usia prasekolah kegiatan utama adalah membina sikap dan minat.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak untuk mengembangkan anak usia prasekolah
1.         Anak anak usia 3 tahun
·         Orang dewasa memberi afeksi dan dukungan, menyenangkan hati anak bila mereka menangis atau ketakutan.
·         Orang dewasa merencnakan pengalaman yang dapat mngurangi rasa takut anak.
·         Orang dewasa membantu anak- bermain dan mengembangkan kebebasan diri anak, membantu mereka bila diperlukan tetepi membiarkan mereka melakukan segala sesuatu yang mampu mereka lakukan sendri atau yang ingin merekalakukan sendiri.
·         Orang dewasa mendukung kegiatan anak untuk memulai suatu persahabatan, karena hubungan semacam itu cepat berlalu. Bila timbul konflik biasanya anak usia 3 tahun kembali bermain sendiri.
·         Orang dewasa membiasakan anak untuk menunggu giliran dan mau berbagi dengan orang lain tetapi hendaknya orang tua tidak mengharap terlalu banyak dari mereka.
·         Orang dewasa sebanyak mungkin memberikan pengalaman kepada anak dan memberikan kesempatan untuk memperluas kemampuan bahasa dan musik kepada anak.
·         Orang dewasa menyediakan waktu dan tempat baik di dalam- maupun diluar ruangan baik anak untuk berlatih keterampilan gerak kasar seperti berlari, melompat, naik sepeda.
·         Orang dewasa selalu berada dekat dengan anak untuk membantu mereka juka dibutuhkan.

2.         Untuk anak usia 4-5 tahun
a)   Perkembangan sosial-emosional
Guru memudahkan perkembngan kontrol diri anak dengan menggunakan tehnik bimbingan yang positif seperti modeling, dan mendorong anak untuk berbuat seuai dengan perilaku yang diharapkan. Harapan guru harus disesuikan dengan dan menghargai kemampuan yang dimiliki anak.
Kepada anak diberikan berbagai kemungkinan untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama. Guru memberi kemudahan agar perkembangan keterampilan sosial yang positif ini dapat tejadi setiap saat.

b)   Perkembangan bahasa dan minat baca-tulis
Anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melihat betapa membaca dan menulis itu mempunyai kegunaan yang luar biasa. Keterampilan dasar ini baru akan berkembang bila mempunya makna bagi anak. Kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan minatbaca dan tulis ini perlu dilakukan pemberian pengalaman yang bermakna bagi anak, misalnya mendengar dan membaca cerita, berbagai tulisan dan gambar-gambar,dll.

c)   Perkembangan kogniting
Anak mengembangkan pemahaman mengenai konsep tentang diri sendri, tenteng orang lain, dan tentang dunia disekitarny melali pengamatan dengan cara berhubungan dengan orang lain dan dengan benda sebenarnya, dan juga mencari pemecahan terhadapmasalah yang konkret. Anak juga belajar mengenai rutinitas agar selalu sehat dan aman.

d)   Perkembangan Fisik
Setiap anak diberi kesempatan untuk melatih otot-otonya melalui berbagai kegiatan, termasuk berlari, melompat, dan latihan keseimbangan badan. Bermain di lapangan perlu direncanakan dan dilaksanakan setiap hari sehingga anak dapat mengembangkan keterampilan otot-otot besarnya, belajar mengenal alam sekitar dam dapat mengekspesikan diri secara bebas.
Setiap hari anak diberi kesempatan untuk melatih otot-otot kecinya melalui aktivitas bermain seperti melukis dan memotong.

e)   Perkembangan Estetik
Setiap hari anak diberi kesempatan untuk mengekspesikan perasaan estetik dan apresiasi mereka melalui kesenian dan musik. Anak mencoba dan memperoleh kesenangan dari berbagai bentuk musik. Berbagai variasi media kesenian diberikan kepada anak untuk ekspresi kreatif mereka, seperti melukis dengan jari dan membuat bentuk memakai tanah liat.

f) Motivasi
Rasa ingin tahu secara alamiah ada dalam diri anak dan mereka untuk membuat segala seuatu masuk akal, dapat dipergunakan utuk memotivasi mereka di dalam kegiatan belajar.




Makanan yang diberikan kepada anak haruslah yang sehat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal makanan nya harus bergizi seperti ;

a.  bahan makanan pokok
b.  bahan makanan lauk pauk
c.  bahan makanan sayuran
d.  susu dan telur

makanan ini diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada anak usia sekolah anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Sehinggan memerlukan zat gizi dalam jumlah besar. Jika anak diberikan makanan yang bergizi mereka akan sehat dan selanjutnya akan bergerak, bermain, berwajah ceria, cakap dan tersenyum sehinggan anak mampu tumbuh dan berkembang secara optimal serta menjadi anak yang memiliki kepribadian utuh.
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah :
a) Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.(Ananda 2010).


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOTORIK
KASAR

A.    Identitas data umum
Nama                : Andi Dwi Pratama
Umur                : 7th
Jenis kelamin    : laki-laki
Nama orang tua : Agung Sugiharto (ayah) dan Sri aresti (ibu)
Alamat              : Tugurejo RT1/1,Tugu,Semarang
Pendidikan       : SD kelas 1
Agama                : Islam
B.     Keluhan Utama
Ibu Pasien (anak) merasa cemas dan khawatir karena keterlambatan perkembangan motorik kasar yang dialami anaknya karena dengan usia anaknya 7th belum bias berlari.
C.    Riwayat kehamilan dan kelahiran
1.      Prenatal :
      Kehamilan anak ini ibu klien sedang dalam pengobatan karena menderita penyakit limfadenitis Tb. Pengobatan dan perawatan antenatal care di RSUD Tugurejo.

2.      Natal :
Persalianan dengan normal, kepala lebih kecil dari normalnya, lingkar kepala tak terkaji dalam keadaan asfyksia berat.

c.       Post natal
Anak pertama lahir dalam keadaan asfyksia neonatorum, AS selang 5 menit menangis lemah (4-5), warna kulit (badan hangat, ekstremitas biru), BB lahir 2300 kg, PB lahir 47 cm. Kelainan kongenital mikrocepali, sianosis (+), ASI dan PASI diberikan setelah 1 Minggu kelahiran.



D.    Riwayat Masa Lampau

1)      Tidak Pernah dirawat dirumah sakit .
2)      Imunisasi yang telah diberikan lengkap (BCG (+) scar (+), DPT 3 kali, Polio 4 kali, campak 1 kali dan hepatitis 3 kali. MMR (-).



E.     Riwayat Keluarga
a.       Status ekonomi : Orang tua jarang memberikan nutrisi karena biaya mahal.
b.      Pendidikan        : Orang tua tidak mengetahui tentang tumbuh kembang.
c.       Kultur/ suku       : kebiasaan disekelilingnya yang biasanya ada larangan untuk mengkonsumsi makanan pada masa tumbuh kembang .
F. Riwayat Kesehatan Lingkungan
1)      Lingkungan tempat tinggal cukup kumuh .
2)      Kondisi rumah kurang begitu dijaga kebersihannya.
G. Riwayat psikososial spiritual
1)      Orang tua kurang memberikan kesuatu spiritual.
2)      Hubungan dengan anggota keluarga kurang begitu familiar.
3)      Jarang keluar rumah dan bermain dengan teman sebayanya.
4)      Anak agak pemalu.
9.                                                I. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Kesadaran anak kompos mentis, penampilan anak ceria, anak sulit melakukan pergerakan seperti berlari. Umur 2 tahun 8 bulan, BB : 11,5 kg, TB : 92 cm, LK : 46 cm, LD : 47 cm, LLK : 16,5 cm. Imunisasi lengkap dan sudah mendapat boster folio

Data   dari kepala ke kaki :
a)      Kepala   : tulang kepala  normal. Mata normal, konjunctiva merah muda, hidung normal,  tidak ditemukan gangguan pernafasan, telinga normal tidak ada sumbatan, tidak ada kelainan pada pemeriksaan telinga. Mulut normal, gigi normal, nafsu makan baik,  saraf-saraf kranialis normal.
b)       Leher : normal, tidak ditemukan pembesaran getah bening, maupun pembesaran tyroid. Tidak ada  bendungan vena. Keringat (-)
c)      Dada : normal; dada simetris, gerakan simetris, RR : 20 X/mnt, N : 88 X/mnt,  S : 36,9 derajat Celcius, Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-, retraksi (-). S1 dan S2 normal. Pembesaran jantung (-).
d)     Abdomen : normal ; peristaltik 5 X/mnt, turgor baik, distensi (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, ginjal tidak teraba, sky bala (-), flatus +. Ascites (-). Keringat (+).
e)      Tulang belakang : normal ; spina bipida (-), tulang belakang intak, skoliosis (-), lordosis (-), kiposis (-). Kulit baik.
f)       Ektremitas : normal ; reflek fisiologis (+), reflek patologis (-), kekuatan otot normal, udema (-), paresa (-), sensibilitas (+), motorik (+), keluhan nyeri (-). Polidaktili (-), simian line (-).
g)      Kelamin : tidak diperiksa karena anak menolak.


1.      Pengkajian

a)      Pertumbuhan
Berat badan = 11 kg, tinggi badan 81 cm, lingkar kepala 42 cm, lingkar dada 52 cm dan lingkar lengan atas kiri 18 cm.

b)      Perkembangan

1)      lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala , mengikuti objek dengan mata , mengoceh,
2)      usia 3- 6 bulan mengangkat kepala 90 derajat , belajar meraih benda , tertawa , dan mengais meringis .
3)      usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu , tengkuarap , berbalik sendiri, merangkak , meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
4)      usia 9-12 bulan =dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kata-kata , mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
5)      usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing .
6)      usia 18-24 bulan = naik –turun tangga , menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri , menggambar garis , memperlihatka minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
7)      usia 2-3 tahun = belajar melompat , memanjat buat jembatan dengan  kotak , menyusun kalimat dan lain-lain.
8)      usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian , menggambar berbicara dengan baik , menyebut wana , dan menyayangi saudara.
9)      usia 4-5 tahun = melompat , menari, menggambar orang , dan menghitung.

1.      Analisa Data

Data
Etiologi
Masalah
·         Data subyektif :

1.      Orang tua  mengatakan kurang pengetahuan tentang pertumbuhkembangan.
2.      Orang tua mengatakan terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
3.      Orang tua tidak mengetahui kalau usia 7th harusnya bisa lari.
·         Data Obyektif :
        
1.      Anak belum bias berlari dengan cepat.
2.      Keluarga tampak gelisah, berkeringat dingin, keluarga klien sering bertanya tentang keadaan dan prognosisi anaknya.



Kurangnya informasi
Kurangnya pengetahuan tentang keterlambatan motorik kasar  pada anak, penanganan serta kemungkinan prognosenya.










2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan perkembangan motorik kasar berhubungan dengan :
1.      penurunan perkembangan fisik atau ketergantungan di sebabkan karena adanya kerusakan pada system tubuh .
2.      kurangnya stimulasi dari orang tua
3.      keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi atau bermain atau pendidikan .
4.      kurangnya informasi tentang pertumbuhkembangan.



3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tujuan :
1.      Orang tua mengerti tentang tugas tentang perkembangan motorik kasar sesuai dengan kelompok anak seusianya.  
2.      Orang tua mampu melatih anaknya sendiri
3.      Anak mampu melakukan apa yang dilatihkan dari orang tuanya.
4.      Anak mampu menangkap stimulus denagn baik.
5.      Anak mampu merawat didri sendiri.






Rencana tindakan :
1.      Ajari orang tua terhadap tugas perkembangan motorik kasar sesuai dengan kelompok anak seusianya.
2.      Ajari orang tua cara melatih anaknya.
3.      Berikan kesempatan pada anak bermain dengan teman sebayanya.
4.      Berikan stimulasi dengan cara melatih berlari 5-10m.
5.      Latihlah melompat dengan cara beri hambatan dari 0.4-1m
6.      Latihlah merangkak dengan cepat.
7.      Berikan waktu istirahat dan lakukan observasi kepada orang tua selama interaksi dan makan.
8.      Anjurkan perawatan diri sendiri .


4. EVALUASI
Anak menunjukkan perubahan dan perkembangan yang lebih dan terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan klompok usia dan ukuran fisik sesuai batasan ideal anak yaitu mampu berlari sejauh 10m dan melompat setinggi 1m.




BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Usia paling kritis anak adalah sampai dengan usia anak lima tahun. Usia emas atau Golden Age berada pada masa paling kritis yaitu usia 0 sampai 2 tahun, karena 80% pertumbuhan otak terjadi pada masa usia emas tersebut. Pada tahap ini anak harus diberikan intervensi-intervensi yang tepat agar otak anak bisa berkembang dengan optimal. Intervensi yang diberikan bisa dalam bentuk stimulasi-stimulasi. Stimulasi yang diberikan harus merangsang 4 aspek kemampuan dasar, yaitu: Kemampuan Gerak Kasar (GK) ; Kemampuan Gerak Halus (GH) ; Kemampuan berbicara dan bahasa ; dan Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi sebaiknya harus memperhatikan prinsip stimulasi perkembangan.

B. SARAN
Orang tua seharusnya lebih memperhatikan perkembangan anaknya saat masih dalam usia kritis, terlebih lagi saat dalam usia emas atau golden age. Orang tua bertanggung jawab atas perkembangan anaknya pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam mendidik anaknya serta dalam melakukan intervensi harus benar-benar tepat. Jika stimulasi yang diberikan tidak tepat maka akan sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk memperbaiki pengaruh stimulasi tersebut pada usia selanjutnya. Untuk itu manfaatkan masa usia kritis anak atau golden age, agar anak bisa berkembang seoptimal mungkin kearah yang positif.



BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1.      Hardiyanto, Radix. dr. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita dan APRAS. Dipaparkan saat Sosialisasi DDTK Kepada Para Kader Puskesmas di Kota Surabaya
2.      http://www.infodokterku.com/
3.      http://www.episentrum.com/artikel-psikologi/perkembangan-motorik-anak-usia-dini/
4.      http://www.scribd.com/doc/20341624/Stimulasi-Deteksi-Intervensi-Dini-Tka
5.      http://dokteranakku.com/?p=84
6.      http://pondokibu.com/parenting/tumbuh-kembang-anak/tahapan-perkembangan-motorik-anak/
7.      http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/deteksi-dini-tumbuh-kembang-anak-%E2%80%9Cmilestone%E2%80%9D-perkembangan-balita-dan-anak
8.      http://poesimut.blogspot.com/2010/01/stimulasi-bicara-dan-bahasa-pada-balita.html


Komentar