KTI KELUARGA DENGAN HIPERTENSI



ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA NY. T KHUSUSNYA NY. T DENGAN HIPERTENSI DI KALIBANTENG KULON SEMARANG BARAT



KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma 3 Keperawatan





Disusun Oleh :

NURUL HIDAYAH
NIM 2.14.092





PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO SEMARANG


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA NY. T KHUSUSNYA NY. T DENGAN HIPERTENSI DI KALIBANTENG KULON SEMARANG BARAT



KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma 3 Keperawatan





Disusun Oleh :

NURUL HIDAYAH
NIM 2.14.092





PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO SEMARANG
2017


HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. T Khususnya Ny. T Dengan Hipertensi Di Kalibanteng Kulon Semarang Barat Telah Mendapatkan Persetujuan
Untuk Dilakukan Pengujian Di Hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D.3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang



Pada Tanggal
 Juni 2017


Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing



Ns. Suhadi, M.Kep, Sp.Kep.Kom

HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Ny. T Khususnya Ny. T Dengan Hipertensi Di Kalibanteng Kulon Semarang Barat Telah Disetujui, Diperiksa dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program studi D.3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

Pada Tanggal :
 Juni 2017
Telah Disahkan Oleh :

Penguji I & Penguji II


Ns. Suhadi, M.Kep, Sp.Kep.Kom 
Ns. Maya Cobalt A, S.Kep

Mengetahui,
Ketua Program Studi d.3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo Semarang


PRAKATA

      Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segenap rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan Keluarga Ny. T khususnya Ny. T dengan Hipertensi Di Kalibanteng Kulon Semarang Barat”
     Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Studi D.3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, serta memberikan informasi bagi pembaca Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini namun berkat bimbingan, arahan, bantuan, nasihat dan kerjasama dari berbagai pihak  Karya Tulis Ilmiah ini dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. dr. Murti Wandrati, M.Kes, selaku ketua STIKES Telogorejo Semarang.
2. Ns. I’ien Noer’aini, M.Kep, Selaku Ketua Program Studi D.3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
3. Ns. Sumarjoko Ari Cahyadi, S.Kep dan Ns. Yeni Filla K, S.Kep selaku dosen wali tingkat III Program Studi D.3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang dan selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah D.3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang yang banyak memberi motivasi, nasihat dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ns. Suhadi, M.Kep, Sp.Kep.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah memberikaan bimbingan, pengarahan serta dukungan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

    Segenap dosen dan staff STIKES Telogorejo Semarang yang telah membekali ilmu dan memberikan bantuan selama proses pendidikan.
Keluarga Ny. T yang telah mengijinkan penulis untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga hipertensi sehingga penulis dapat mengambil studi kasus untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
1. Bapak Suyatna, Ibu Nur Laela, Kakak dan Adik tercinta yang senantiasa membantu dalam doa, dukungan moril dan materil, memberikan motivasi, semangat dan nasihat yang membuat penulis untuk tetap semangat dan terus berjuang untuk menyelesaikan pendidikan.
2.  Teman-teman sebimbingan (Nur Triana, Karina Articasari, Anggi P.U, Nur Afifah, Agustin Dhiyan R) yang telah bekerja sama, dan membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Sahabat –sahabat terbaik (Resa Rahmalia, Haryani, Evika Uswatun K, Novianita Dinda Sagita, Rina Kurniawati, Freski Arisna Dara) yang tidak pernah bosan mendengarkan keluhan, yang selalu memberikan semangat selama proses perkuliahan dan selalu menyemangati dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

   Yang terkasih Ahmad munib yang selalu memberikan semangat dan mengajarkan untuk tidak mengeluh, selalu bersyukur, bekerja keras, tidak putus asa dan senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis sehingga penulis selalu semangat dan terus berjuang untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Teman-teman D.3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang angkatan 2014 seperjuangan yang selalu menyemangati, memotivasi, memberikan dukungan, dan berjuang dari awal sampai wisuda.
Seluruh pihak yang tidak bisa ditulis satu per satu yang sudah memberikan dukungan dan membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
     Semoga segala doa, perhatian, bantuan, dan dorongan dari Bapak, Ibu, dan Rekan-rekan mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan kasus ini, dan harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Semarang, Juni 2017

Penulis 


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 
Latar Belakang 1
Tujuan 6
Manfaat 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Keluarga
Pengertian keluarga 8
Ciri-ciri keluarga 9
Sifat keluarga 9
Tipe keluarga 10
Struktur keluarga 12
Fungsi keluarga 13
Peran keluarga 15
Tahap perkembangan keluarga 15
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian 19
Diagnosis keperawatan 21
Intervensi 22
Implementasi 25
Evaluasi 26
Konsep Dasar Penyakit
Pengertian hipertensi 28
Klasifikasi hipertensi 29
Etiologi 31
Pathofisiologi 34
Komplikasi 36
Pemeriksaan diagnostik 38
Penatalaksanaan 39
BAB III TINJAUAN KASUS 41
Pengkajian 41
Diagnosis Keperawatan 44
Intervensi 46
Implementasi 48
Evaluasi 50
BAB IV PEMBAHASAN
Pengkajian 53
Diagnosis Keperawatan 58
Intervensi 60
Implementasi 61
Evaluasi 65
BAB V PENUTUP
Simpulan 67
Saran 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Lampiran I Asuhan Keperawata Keluarga Pada Keluarga Ny. T Khususnya Ny. T Dengan Hipertensi di Kalibanteng Kulon Semarang Barat
Lampiran II SAP Hipertensi, Leaflet Hipertensi
Lampiran III Lembar konsul

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
    Keperawatan komunitas adalah sintesis praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat, diaplikasikan dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat (populasi), menggunakan ilmu yang berasal dari Keperawatan, Sosial, dan Kesehatan Masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2016 dalam Riasmini, et al., 2017, hlm.6) Sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok, komunitas/masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan, maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. (Riasmini, et al., 2017, hlm.9).
     Lingkup praktik keperawatan komunitas adalah generalis dan spesialis. Praktik keperawatan generalis bertujuan memberikan asuhan keperawatan komunitas dasar dengan sasaran individu, keluarga, dan kelompok untuk beberapa ketrampilan dasar. Praktik keperawatan spesialis bertujuan memberikan asuhan keperawatan komunitas lanjut dengan sasaran kelompok dan masyarakat serta masalah individu dan keluarga yang kompleks. (Riasmini, et al., 2017, hlm.6)
Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (Murwani & Setyowati, 2013, hlm.3).       Salah  satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan pada unit keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh seorang perawat profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar praktik keperawatan. (Dion Yohanes & Betan Yasinta, 2013, hlm.2).
      Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Tekanan darah diatas 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung. Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 138/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg disebut normal-tinggi, batasan WHO tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun. (Triyanto, 2014, hlm.7) 
       Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamika yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamika sesorang saat itu. Hemodinamika adalah suatu keadaan dimana tekanan  tekanan dan aliran darah dapat mempertahanan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh (Muttaqin, 2012, hlm.112).
      Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong tinggi. Namun, masih sangat banyak penderita penyakit ini yang tidak menyadari jika dirinya berkondisi hipertensi. Hal ini disebabkan masyarakat yang kurang paham dengan penyakit hipertensi dan pemahaman tentang bahayanya. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ. Banyak kasus hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. (www.depkes.go.id/article/view/1909/masalah-hipertensi-di-indonesia.html).
    Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,45%, yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7%). Prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Prevalensi hipertensi di jawa tengah adalah berjumlah 26,4%.  Adapun koomplikasi dari penyakit hipertensi adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK), Gagal Ginjal dan Stroke (RISKESDAS, 2013, ¶88). 
    Menurut hasil pengukuran di Fasilitas Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah (2014), data yang disajikan dari hasil pengukuran tekanan darah pada  usia ≥18 tahun menunjukkan bahwa jumlah laki-laki yang diperiksa sebanyak 2.411.488 orang dan ditemukan sebanyak 5,25% terdeteksi memiliki tekanan darah tinggi. Jumlah perempuan yang diperiksa sebanyak 2.901.801 orang dan 5,95% diantaranya terdeteksi memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi dihitung apabila dari hasil pengukuran dengan tensimeter menunjukkan angka ˃139/89 mmHg. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014, ¶40 ).
Perbandingan antara pria dan wanita ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita.  Di daerah perkotaan kota Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. (Triyanto, 2014, hlm. 10) . Prevalensi hipertensi pada dewasa di Desa Jembaan rw 01 Kelurahan Kalibanteng Kulon Semarang Barat mencapai 64,3%.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Ny. T mengatakan sering pusing terutama saat kurang istirahat. Ny.T mengatakan sudah 4 tahun terakhir mempunyai darah tinggi. Ny.T mengatakan leher/tengkuknya sering terasa sakit . Keluarga tidak tahu apakah keluhan yang dialami Ny. T merupakan tanda gejala hipertensi karena mengira hanya kelelahan saja.. Saat periksa ke apotik pada tanggal 8 Mei 2017 didapatkan hasil tekanan darah 170/100 mmHg. Hasil tekanan darah saat pengkajian yaitu 160/100 mmHg. Dalam kemampuan mengambil keputusan tindakan saat Ny. T mengalami sakit kepala keluarga hanya menganjurkan untuk tidur dan membelikan obat ke warung. Dalam kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara merawat Ny. T dengan baik karena saat Ny. T mengeluh pusing keluarga hanya menganjurkan untuk tidur dan beristirahat, Ny.T mengatakan suka makanan asin. Dalam kemampuan memelihara lingkungan keluarga mengatakan sudah mengetahui bahwa lingkungan yang tidak bersih dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Keluarga mampu untuk menjaga lingkungan rumah agar tetap bersih tetapi masih kurang rapi. Untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan keluarga mengatakan Ny. T jarang berobat ke fasilitas kesehatan jika dirasa penyakitnya belum terlalu parah,  dan hanya membelikan obat kewarung. Ny. T jarang periksa tekanan darah. Bila hipertensi tidak diatasi dapat menyebabkan komplikasi stroke, gagal ginjal, dan gangguan jantung. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dan karya tulis ilmiah mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Ny. T Khususnya Ny. T dengan Hipertensi di Kalibanteng Kulon Semarang Barat”.


2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis mampu melaksanakan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita hipertensi.

B. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis mampu :
Memahami konsep dasar asuhan keperawatan keluarga Ny. T tentang hipertensi
Melakukan pengkajian pada keluarga Ny. T yang mengalami hipertensi
Menganalisis dan mengambil prioritas masalah keperawatan yang muncul pada keluarga Ny. T dengan hipertensi
Menyusun rencana tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan pada keluarga Ny. T dengan hipertensi
Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga Ny. T dengan hipertensi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan keperawatan keluarga yang diberikan pada keluarga Ny. T dengan Hipertensi

3. Manfaat 
A. Bagi Penulis
Karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi pengetahuan dan wawasan yang lebih luas khususnya tentang keperawatan keluarga dengan hipertensi dan sebagai suatu pengalaman belajar.
B. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan karya tulis ini dapat sebagai wawasan keilmuan dan untuk menambah kepustakaan dalam bidang ilmu keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi di STIKES Telogorejo Semarang.
C. Bagi Lahan Praktek 
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam praktek pelayanan keperawatan keluarga hipertensi.
D. Bagi Keluarga
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan masyarakat/keluarga tentang pengertian, tanda gejala, penyebab, komplikasi dan penatalaksanaan masalah hipertensi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga
    1. Pengertian Keluarga
  a.  Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Sayekti, 1994, dalam Yohanes & Yasinta, 2013, hlm.2).
      b.   Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 1969, dalam Andarmoyo, 2012, hlm.3).
   
    c.  Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya ( UU No. 10 Tahun 1992, dalam Yohanes & Yasinta, 2013, hlm.2).
  d. Keluarga adalah  kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1976, dalam Murwani, 2013, hlm.28)
Ciri – ciri keluarga
Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton (dalam Setiadi, 2008).
     f. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis keturunan.
Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
   g. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, umah atau rumah tangga.
Sifat keluarga
Menurut Stuart, 2001 (dalam Yohanes & Yasinta, 2013, hlm.4).
 h.  Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem.
Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, makanan, dan sosialisasi anggotanya.
Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga.
Setiap anggota keluaga dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.
Keluarga bisa memiliki anak atau tidak.

2. Tipe Keluarga
Menurut Setiadi, 2008 (dalam Yohanes & Yasinta, 2013, hlm.8-11).
Secara tradisional
Keluarga Inti adalah kelurga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperolehdari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah.
Secara modern
Tradisional nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan yang lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/ keduanya sapat bekerja diluar rumah.



Niddle age
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/ karier.
Dyadic nuclear
Suami istr sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di uar rumah.
Single parent
Satu orang tua sebagai akibat dari perceraian atau kematian pasanganya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau diluar rumah.
Dual carrier
Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
Commuter  married
Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.
Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tingal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.
Three generation
Tiga generasi atau lebih dalam satu rumah.
Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
Comunall
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak.
Unmarried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tiak di kehendaki, anaknya diadopsi.
Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan.
Gay  and lesbian family
Keluarga atau pasangan yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

Struktur Keluarga
Struktur didasari oleh organisasi (keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus). Hubungan dapat banyak dan komplek seperti: seorang wanita bisa sebagai seorang istri, sebagai ibu, sebagai menantuu dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara yang digunakan untuk menata unit-unit tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Perspektif struktural-fungsional adalah kerangka kerja yang amat berguna untuk mengkaji kehidupan keluarga karena pendekatan ini membuat sistem keluarga bisa diuji secara menyeluruh (sebagai unit). Sebagian (sebagai subsistem atau dimensi), dan interaksi (sebagai sistem yang berinteraksi dengan institusi lain)
Dalam strutur-fungsional bila dipandang dari psikologis adalah seseorang harus memandang keseluruhan dan bagian-bagiannya, mengeksplorasi hubungan timbal-balik antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Bila dipandang dari antropologi sosial adalah seseorang tidak dapat memahami aspek khusus dari kehidupan sosial yang terlepas dari lingkungan umumnya, (Eshalenman, 1970, dalam Murwani, 2013, hlm.44)

Fungsi Keluarga
Menurut Friedman, 1998  (dalam Murwani, 2013, hlm. 33) beberapa fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga behubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadei stress.
Fungsi sosialisasi
Merupakan fungsi yang mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Keluarga menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme koping : memberikan feedback, memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah, dan untuk sosilisasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membantu mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penghargaan status anggota keluarga.
Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi, keluarga memberikan financial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat serta keluarga merupakan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Fungsi reproduksi
Merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan hidup masyarakat seperti keluarga melahirkan anaknya.
Fungsi perawatan keluarga
Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Peran Keluarga
Berbagai peran formal dalam keluarga menurut Nasrul Effendy,1998 (dalam Yohanes & Yasinta, 2013, hlm.17-18).
Peranan ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
Peranan ibu
Sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak berperan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan di samping dapat pula berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
Peran anak
Peran anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang didasari oleh teori “Perkembangan Psikososial” menurut Erikson, terdiri dari:
Keluarga baru menikah
Membina hubungan intim yang memuaskan.
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga dengan anak baru lahir (anak tertua: bayi sampai umur 30 bulan)
Mempersiapkan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan.
Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
Keluarga dengan anak pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun)
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
Membantu anak untuk bersosialisasi.
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus dipenuhi.
Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam atau diluar keluarga.
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak
Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua umur 6-13 tahun)
Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan ebih luas.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 15-2 tahun )
Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingatkan reemaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari adanya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan keluarga untuk memenuhi tumbuh kembang anggota keluarganya.
Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa (anak-anak mulai meninggalkan rumah)
Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
Mempertahankan keintiman pasangan.
Membantu anak untuk mamndiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
Penataan peran orang tua dan kegiatan di rumah.
Keluarga yang hanya teriri dari orang tua saja (semua anak meninggalkan rumah)
Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia petengahan.
Mempertahankan hubungan yang serasi dan  memuaskan dengan anak-anak dan sebayanya.
Meningkatkan keakraban pasangan.
Keluarga lansia
Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangan
Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga.
Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
Melakukan life review masa lalu. (Murwani, 2013, hlm.52-55)






B. Proses Dasar Keperawatan Keluarga
Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan syarat utama untuk pengambilan masalah. Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel. Data dikumpulkan secara sistematis dan terus menerus dengan menggunakan alat pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. (Maglaya, 2009 dalam Riasmini, Ni Made, 2017, hlm.72)
Pengkajian keperawatan dalam keluarga memiliki dua tahapan yaitu yang pertama berfokus pada masalah kesehatan keluarga dan yang kedua menyajikan kemampuan keluarga dalam melakukan lima tugas kesehatan keluarga, namun pelaksanaannya dilakukan secara bersamaan.

Variabel data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup
Data umum atau identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transportasi.
Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama, hubungan dengan keluarga,  umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar, dan penggunaan aat bantu serta status kesehatan keluarga saat ini meliputi keadaan  umum, riwayat penyakit/alergi.
Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan meliputi nama individu yang sakit, diagnosis medis, rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan, pernapasan, muskuloskeletal, neurosensori, kulit, istirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya, kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang medis individu yang sakit(lab, radiologi, EKG, USG).
Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan sampah dll.
Struktur keluarga, mencakup struktur peran, nilai (value), komunikasi, kekuatan. Komponen struktur keluarga ini akan menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara anggota keluarga.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel perkembangan keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga.
Fungsi keluarga terdiri dari asspek instrumenntal dan ekspresif. Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan.  Aspek ekspresif fungsi kesehatan keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan masalah, keyakinan dan lain-lain. Pengkajian variabel fungsi kesehatan keluarga mencakup kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga, kemampuan mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di masyarakat. (Riasmini, et al., 2017, hlm.72-75)

Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh  melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik ang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan bertanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. (Riasmini, et al., 2017, hlm.75)


Intervensi Keperawatan Keluarga
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana

Komentar