askep pada pasien dengan gangguan eliminasi BAB


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.Wb.
            Puji syukur Penulis panjatkan kehadirar Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
            Alhamdulillah kami dapat membuat makalah presentasi PKL  Kebutuhan Dasar Manusia di RSUD Sunan Kalijaga Demak yang sederhana ini. Dengan tujuan memenuhi tugas dari pembimbing kami yaitu Ibu Ns. Wahyuningsih, S. Kep selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II di STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG dan sebagai bahan pembelajaran kami. Penyusunan makalah ini dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas Kebutuhan Dasar Manusia .
            Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.



Semarang,  15  September 2013


                                                                                                          Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN


  1. A.    Latar belakang
Eliminasi fekal  atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh yang tidak terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada gastrotesstinal daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah racun. Pola defekasi bersifat individual bervariasi dari beberapa kali sehari sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan pun bervariasi jumlahnya tiap individu.


  1. B.      Tujuan

  • .     Memenuhi tugas seminar PKL Konsep Dasar Manusia yang dilaksanakan di RSUD Sunan Kalijaga Demak dengan dosen pembimbing NS. Wahyuningsih S.Kep.
  • Memuhi tugas kuliah Konsep Dasar Maunsia.

C.Manfaat
1.      Mahasiwa keperawatan mampu mengetahui kebutuhan eliminasi BAB atau fekal.
2.      Mahasiwa keperawatan mampu menerapkan asuhan keperatan pada gangguan kebutuhan eliminasi BAB atau fekal.








BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian

Eliminasi fekal  atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh `yang tidak terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada gastrotesstinal daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah racun. Pola defekasi bersifat individual bervariasi dari beberapa kali sehari sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan pun bervariasi jumlahnya tiap individu.
Feses normal mengandung 75% air dan 25 % mengandung materi padat. Feses normal berwarna coklat karena adanya sterkobilinatau eriobilin yang berasal dari bilirubin. Warna feses dapat dipengaruhi oleh kerja bakteri escherecia coli . flatus yang dikeluarkan orang dewasa selama 24 jam yaitu 7-20 liter flatus dalam usus besar. Kerja mikro organisme mempengaruhi bau feses. Fungsi usus tergntung pada keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. (saryono & tri widianti, 2010 )
Eliminasi produk sisa pencenaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh . perubahan pola eliminasi dapat menyebabkan masalah pada system gastrotestinal dan system tubuh lainnya. Karena fungi tubuh bergantung pada keseimbangan beberapa factor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi antra individu, namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal. ( perry & potter, 2006)

B.     Proses defekasi

Defeksi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar . terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi yaitu terletak di medulla dan sumsum tulang belakang . apabila terjadi rangsanagn parasimpatis sfringter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar kemudian sfringter anus bagian luar diawasi oleh system syaraf parasistematis. Setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi berbagai otot lain membantu fesef tersebut sepeti otot- otot dinding perut , diafragma, otot- otot dasar pelvis. ( alimul azis, 2006 )

C.    Anatomis eliminasi fekal


A.    Mulut
Saluran gi secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan bentuk yang sesuai. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan masa atau bolus makanan mencapai daerah absorbs nutrisi dengan aman dan efektif, penceraan kimiawi dan mekanis dimulai dari mulut . gigi mengunyah makanan memecahnya menjadi ukuran yang dapat ditelan . sekresi saliva mengandung enzim. Seperti ptyalin yang mengawali pencernaan unsu-unsur makanan tertentu. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus makanan di dalam mulut sehingga mudah untuk dicerna.
B.     Esophagus
Begitu makana memasuki bagian atas esophagus makanan berjalan melalui sfingter esophagus bagian atas yang merupakan otot sirkular, yang mencegah udara memasuki esophagus dan akanan menagalamei refluks ( bergerak ke belakang ) kembali ke tenggorok . bolus makanan mengelililngi esophagus yang panjangnya kira –kira 25 cm, makanan didorong oleh gerakan peristaltic lambat yang dihasilkan oleh kontraksi invonlunter dan relaksasi otot halus secara bergantian. Pada saat bagian esophagus berkontraksi diatas bagian bolus makanan ,otot sirkulas di bawah atau didepen bolus berelaksasi . kontraksi – relaksasi otot halus yang saling bergantian ini mendorng makanan menuju gelombang beikutnya.
Dalam 15 detik, bolus makaan bergerak menuruni esophagus dan mencapai sfringter esophagus bagian bawah. Sfringter bagian bawah terletak diantara esofagus dan lambung , factor- factor yang mempengaruhi tekanan sfringter esophagus bagian bawah meliputi antasit yang meminimalkan refluks dan nikotin serta makan berlemak yang meningkatnkan refliks.



C.    Lambung
            Di dalam lambung , makanan disimpan untuk sementara dan secara mekanis dan kimiawi di pecah untuk dicerna dan diabsorbsi , lambung menyekresi asam hidroksia HCL ,lender , enzim pepsin, dan faktorintrinsik . kosentrasi HCL mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam-basa tubuh. HCL mnbantu mencampur dan memecah makanan di lambung lender melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktifias enzim, pepsin mencerna protein. Walaupun tidak banyak pencernaan yang berlangsung di lambung. Factor intrinsic adalah komponen penting yang dibutuhkan untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus dan selanjutnya untuk bempentukan sel darah merah normal. Kekurangan factor intrinsic ini mengakibatkan anemia pernisiosa.
Sebelum makanan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi materi semi cair yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorbsi daripada makanan padat . klien yang lambungnya diangkat atau yang memiliki kekosongan lambung yang cepat seperti grastitis dapat mengalami masalah pencernaan yang serius karena makanan yang tidak dipecah menjadi kimus.
D.    Usus halus
Selama proses  perncernaan normal kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan saluran dengan diameter sekitar 2,5 cm dan panjang 6 m. usus halus dibagi menjadi 3 bagian ; duodenum, jejunum, ileum, (missal empedu dan amylase ) saat berjalan melaluiusus halus. Segmentasi ( kontraksi dan relaksasi otot halus secara bergantian ). Mengaduk kimus memecah memecah makanan lebih lanjut untuk dicerna, pada saat kimus bercampur , gerakan peristaltic berikutnya berhenti sehingga memungkinkan sbsorbsi . kimus berjalan perlahan melalui usus halus untuk memungkinkan unyuk absorbsi.
Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi di dalam usus halus. Enzim dari pancreas  ( missal amylase ), empedu dari kandung empedu dilepaskan di dalam udeneom. Enzim di dalam usus halus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi unsure- unsure halus. Nutrisi hamper seluruhnya diabsorbsi oleh deudonim dan jejunum. Ileum mengabsorbsi vitamin – vitamin tertentu , zat besi dan garam empedu. Apabila funsi ileum terganggu proses pencernaan akan mengalami perubahan besar. Inflamasi , reseksi bedah, atau obstruksi dapat mengganggu peristaltic, mengurangi urea absorbsi, atau menghambat aliran kimus.
E.     Usus besar
Saluran GI bagian bawah disebut usus besar ( kolon ) karena ukuran diameternya lebih besar dari pada usus halus. Namun panjangnya yakni 1,5 sampai 1,8 m jauh lebih pendek. Usur dibagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Usus besr merupakan organ utama dalam eliminasi fekal.
F.     Sekum
Kimus yang diabsorbsi memasuki sekum melalui katup ileosekal. Katup ini merupakan merupakan otot sirkular yang mencegah regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus.
G.    Kolon
Walaupun kimus yang berair memsuki kolon, volume air menurun saat kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon dibagimenjadi kolon asenden, kolon transversal, kolon desenden dan kolon sigmoid. Kolon dibangun oleh jaringan otot, yang memungkinkannya menampung dan mengeliminasi produk buangan dalam jumlah besar.
Kolon memiliki empat fungsi yang saling berkaitan : absorbsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Sejumlah besar volume air , natrium dan klorida diabsorbsi oleh koolon setiap hari. Pada waktu makanan bergerak melalui kolon, terjadi kontraksihaustral.
Kontruksi sama dengan segmental kontruksi segmental usus halus, tetapi berlangsung lebih lama 5 menit, kontraksi membentuk kantung berukuran besar di dinding kolon, menyediakan daerah permukaan yang luas untuk absorbsi.
Sebanyak 2,5 liter dapat diabsorbsi oleh kolon dalam 24 jam. Rata-rata 55mEq natrium dan 23 mEq klorida diabsorbsi setiap hari. Jumlaah air yang diabsorbsi dari kimus bergantung pada pergerakan isi kolon. Kimus dalam keadaan normal bersifat lunak, berbentuk masa. Apabila kecepatan kontraksi peristaltic berlangsung dengan cepat secara abnormal, waktu untuk absorbsi air berkurang sehingga air akan menjadi encer, apabila peristaltic melambat air akan terus diabsorbsi sehingga masa feses berbenruk yang keras, mengakibatkan konstipasi.
Kolon melindungi dirinya dengan melepaskan suplai lender. Lender dalam kondisi normal berwarna jernih sampai buram dengan konsisten berserabut, lender melumasi kolon , mencegah trauma pada dinding bagian dalamnya. Lubrikasi terutamaa penting pada ujung distal kolon, tempat isi kolon menjadi lebih kering dan lebih keras.
H.    Rektum
Produk yang mencapai bagian kolon sigmaid disebut feses. Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi.
Rektum merupakan bagian akhir pada saluran GI panjang rectum bervariasi menurut umur:
Bayi                                   2,5 sampai 3,8 cm
Toodler                              5 cm
Prasekolah                         7,5 cm
Anak usia sekolah             10 cm
Dewasa                             15 sampai 20 cm
Dalam kondisi normal rectum tudak berisi feses sampai defekasi. Rectum dibangun oleh lipatan-lipatan jaringan vertical dan transversal . setiap lipatan vertical berisi sebuah arteri dan dari satu vena. Apabila vena menjadi destensi akibat tekanan selama mengedan, maka terbentuk hemeroid. Hemeroid dapat membuat proses defekasi terasa nyeri. ( potter & perry, 2006 )




D.    Faktor – factor yang mempengaruhi eliminasi fekal


1.      Usia
Perubahan dalam tahapan perkembangan yang mempengarui status eliminasi terjadi disepanjang kehidupan. Seorang bayi memiliki lambug yang kecil dan lebih sedikit menyekresi enzim pencernaan. Beberapa makanan seperti zat pati yang kompleks ditoleransi dengan buruk. Makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat karena gerakan peristaltic berlangsung dengan cepat. Bayi tidak mampu mengontrol defekasi karena kurangnya perkembangan neuromoskuler. Perkembangan ini ini biasa tidak terjadi sampai usia 2 tahun samp[ai 3 tahun. Pertumbuhan usus besar terjadi sangat pesat selam masa remaja sekresi HCL meningkat , khususnya pada anak laki- laki . anak remaja biasanya mengkonsumsi makanan lebih baanyak.
2.      Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu mempertahankan pola peristaltic yang teratur didalam kolon. Makan yang dikonsimsi individudu mempengaruhi eliminasi. Serat residu makanan yang tidak dapat dicerna memungkinkan terbentuknya masa dalam materi feses.
3.      Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorbsi kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan dalam proses defekasi.
4.      Aktifitas
Aktifitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktifitas tonus otot abdomen , pelvis, dan diafragma, dapat membantu kelancaran proses defekasi. Sehingga proses gerakan peristaltic pad daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu kelancaran defekasi.
5.      Pengobataan
Pengobatan dapat memepengaruhi defekasi seperti penggunakan antasida yang terlalu sering.

6.      Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memeiliki gaya hidup sehaaat / kebiasaan melakukan buang air besar ditempat bersih. Mak ketika orang tersbut buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7.      Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi biasanya penyakit yang berhungan langsung pada sisterm pencernaan seperti gastroenteristis atau infeksi lainya.
8.      Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemmpuan atau kemampuan untuk berdefekasi seperti nyeri pada beberapa kasus hemeroid atau episotomi.
9.      Kerusakan sensorik & motorik
Kerusakan pada system sensorik dan motorik dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensorik dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan syaraf lainnya.( alimul azis, 2006 )

 

E.     Masalah defekasi

a.      Konnstipasi
Merupakan gejala bukan penyakit . konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dalam konstipasi. Apaila motilitas usus halus melambat , masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorbsi.
Penyebab kontipasi
1)      Kebiasaan defikasi yang tidak teratur
2)      Diet rendah serat
3)      Tirah baring yang panjang
4)      Obat penenang
5)      Lansia
6)      Kondisi neurologi yang menghambat impuls syaraf ke kolon
b.      Impaksi
Impaksi feses merupakan akibat dari konstpasi yang tidak diatasi . impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras , mengendap didalam rectum, yang tidak dapat dikeluarkan. Pada kasus impaksi berat ,masa dapat lebih jauh masuk kedalm kolon sigmoid. Klien yang menderita kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien yang mepunyai resiko impaksi. Mereka terlalu lemah atau tidak sadar akan kebutuhannya untuk melakukan defekasi.
c.       Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair yang tidak terbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absorbsi, dan sekresi dalam saluran GI. Isi usus terlalu cepat keluar melalui usus halus dan kolon sehingga absorbsi yang biasa tidak bisa berlangsung. Iritasi didalam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi lender. Akibatnya feses menjadi encer sehingga klien menjdi lebih encer sehingga klien tidak mampu mengontrol defekasi.
d.      Inkontinensia
Inkontenensia feses adalah ketidak mampuan mengontrrol keluarnya feses dan garis dari anus. Kondisi fisik yang merusak fungsi atau control sfringter anus dapat menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang membuat seringya defekasi , feses encer, volumenya banyak, dan feses mengandung air juga mengpredisposisi individu untuk mengalami inkontinensia.
e.       Flatulen
Saat gas terakumulasi di dalam lumen usus, dinding usus meregang dan berdistensi ( flatulen ). Flatulen dalah penyebab umum abdpmen menjadi penuh, terasa nyeri, dank ram. Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar melalui mulut ( bersendawa ) atau melalui anus ( pengeluaran flatus ). Namun jika penurunan motilitss usus akibat penggunakan opiate, agens anastesi umum, bedah abdomen, atau imobilisasi, flatulen dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan distensi abdomen dan menimbulkan nyeri teras sangat menusuk.
f.       Hemeroid
Hemeroid adalah vena – vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan rectum. Ada jua jenis hemeroid, yakni hemeroid internal dan hemeroig eksternal. Hemeroid internal terlihat jelas sebagai penonjolan kulit,apabila lapisan vena mengeras, akan terjdi perubahan warna.

1.      Diversi usus
1)      Ostomi inkontinen menentukan konsistensi feses. Sebuah ileotomi merupakan jalan pintas keluarnya sehingga feses tidak melalui seluruh bagian usus  besar. Akibatnya feses keluar lebih sering dan berbentuk cair. Feses yang keluar lebih sering dan cair juga terjadi pada kolostomi di kolon asenden. Kolostomo pada kolon tranversal umumnya menghasilkan fesess yang mendekati bentuk feses normal. Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien. Terdapat tiga jenis bentuk kolostomi, yakni :
ü  Loop colostomy
ü  End colostomi
ü  Double- barrel colostomy
Loap colostomy biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi tersebut ini biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk dikolon transversal, dan brsifat sementara. Ahli bedah menarik sebuah lengkung usus keatas abdomen.
End colostomy terdiri dri satu stoma yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal sluran GI dapat dibuang atau dijahit tertutup ( disebut kantong Hartman ) dan dibiarkan didalam rongga abdomen. Pada banyak klien, end kolostomi merupakan hasil terpai bedah pad kanker kolorektal. Pada usus tersebut, rektukm juga mungkin dibuang. Klien yang menderita di vertikulitus dan ditangano melalui upaya bedah sering kali menjalani end colostomy yang bersifat sementara dengan pembuatan kantung Hartman.
Tidak seperti loop colostomy, usus dipotong melalui pembedahan ke dalam bentuk doble- barrel colostomy dan kedua ujungnya ditari keatas abdomen . double- barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda: stoma proksimal yang berfungsi dan stoma distal yang tidak berfungsi.
2)      Ostomi kontinen
Tipe pembadahan tertentu memungkinkan kontinensia pada klien tertentu yang mengalami kolektomi ( pengangkatan kolon ). Ostomi kontinen ini juga disebut diversi kontinen atau reservoar kontinen. Pad sebuah prosedur yang disebut ileoanal pull- troughtt kolon diangat dan dielum dianastomisis atau disambungakan ke fringter anus yang utuh. ( perry  potter, 2006)



TINJAUAN KASUS


A.    PENGKAJIAN


Pengkajian ini di lakukan pada tanggal 6 september 2013, jam 08.00 WIB di ruang Teratai  RSUD Sunan Kalijaga Demak.

1.      Identitas pasien
Nama                                 : Tn. S
Umur                                 :55 tahun
Jenis kelamin                     : laki-laki
Suku bangsa                      : WNI
Agama                              : islam
 Status                               : kawin
Pekerjaan                           : petani
Alamat                              : Wonosalam RT 3 RW 1 Demak
Tanggal masuk                  : 6 september 2012
No register                        : 051676
Diagnosa medis                 : Melena dan anemia
Alasan masuk                    : pasien  datang dengan keluhan utama tidak bisa  BAB  selama 3 hari
2.      Identitas penanggung jawab
Nama                                 : Ny. S
Umur                                 : 50 tahun
Pekerjaan                           : petani
Jenis kelamin                     ; perempuan
Alamat                              : wonosalam RT 3 RW 1 demak
Hubungan dengan pasien : istri pasien

A.    RIAWAYAT KESEHATAN
1.      Keluhan utama
Pasien mengatakan mengeluh sakit perut sebelah kiri.
2.      Riwayat penyakit
Pasien mengatakan di bawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak setelah mengalami 3 hari tidak bisa BAB, kembung, pusing dan panas. Itu semua dirasakan pasien sampai merasa lemas. Oleh keluarga pasien langsung di bawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak dan di IGD pasien mendapat infus RL 20 tpm dan di lanjutkan ke ruang teratai untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
3.      Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu
Pasien mengatakan dahulu tidak pernah mengalami sakit seperti yang di alami pasien sekarang ini.
4.       Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang di derita oleh pasien saat ini.
                                     
B.        POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1.      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Ø  Sebelum sakit : pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
Ø  Selama sakit : pasien mengatakan sedih akan keadaannya sekarang danharapan pasien hanya ingin cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti biasanya.
2.      Pola nutrisi dan metabolik
Ø  Sebelum sakit : pasien mengatakan makan teratur 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur, porsi habis, dan minum 5-8 gelas setiap hari namun 2 bulan belakangan pasien hanya makan bubur saja.
Ø  Selama sakit :makan 3x sehari , makan 2-3 sendok, minum 2-4 gelas.
3.      Pola eliminasi
Ø  Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 2X sehari, lunak, warna kuning, berbau khas.
Ø  Selama sakit : pasien mengatakan sudah 3 hari belum BAB.
4.      Pola aktivitas dan latihan

Ø  Sebelum sakit : pasien mengatakan  melakukan aktivitas seperti ke sawah dengan jalan kaki dan pasien melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Ø  Selama sakit : pasien tidak bisa melakukan seluruh aktivitasnya sendiri dan sebagian di bantu oleh keluarga.
Saat di kaji :
·         Bathing : di bantu oleh keluarga
·         Dressing : di bantu oleh keluarga
·         Toileting : di bantu oleh keluarga
·         Transfering : di bantu oleh keluarga
·         Incontiment : -
·         Feeding : mandiri
5.      Pola istirahat dan tidur
Ø  Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur dengan nyenyak dan tidur hingga 7-8 jam tidak ada gangguan.
Ø  Selama sakit : pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidur sering terganggu, tidur hanya kurang lebih 3 jam, Pasien mengatakan terganggu dengan lingkungan di rumah sakit yang sering ramai. Pasien mengatakan sering kaget dengan suara-suara yang keras.
6.      Pola hubungan dengan orang lain
Ø  Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain, klien mampu beradaptasi dengan keluarga maupun orang lain di lingkungan sekitar rumah.
Ø  Selama sakit : pasien masih mampu berinteraksi dengan perawat, dokter, maupun keluarga dan orang lain.
7.      Pola persepsi sensori dan kognitif
Ø  Sebelum sakit : pasien mengatakan  pasien tidak mengalami gangguan pada cara bicara, pendengaran, penglihatan, dan penciuman serta perabaan dan tidak merasakan nyeri.
Ø  Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit pasien tidaak mengalami gangguan pada caraa bicara, pendengaran, penglihatan, dan penciuman serta perabaan tapi sedikit merasakan nyeri.
8.      Pola persepsi dan seksual
Pasien sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual karena keterbatasan fisik di sebabkan penyakit yang di deritanya saat ini.
                        

9.      Pola mekanisme koping
Klien adalah orang yang tegar dalam mengatasi masalahnya. Biasanya, klien mengatasi masalahnya dengan di rundingkan bersama pihak anggota keluarga yang laihn.
10.  Pola persepsi dan konsep diri
·         Body image : klien tidak malu dengan keadaaannya sekarang
·         Identitas : klien sebagai kepala keluarga
·         Peran : klien berperan sebagai kepala keluarga dan mengalami perubahan karena sakit yang di deritanya saat ini.
·         Ideal diri : pasien berharap agar cepat sembuh dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.
·         Harga diri : klien tidak merasa rendah diri ataupun minder dengan keadaannya sekarang.
11.  Nilai kepercayaan dan keyakinan
Klien menganut agama islam dan klien selalu menjalankan ibadah sholat dan berdoa dirumah tetapi selama sakit klien hanya bisa berdoa saja.
               
C.    PENGKAJIAN FISIK

1.      Keadaan umum : lemah dan pucat
2.      Tingkat kesadaran : composmentis
3.      Tanda-tanda vital :
           TD              : 120/80
           Suhu           : 37˚c
            Nadi          : 90 x / menit
            Irama         : teratur
            Kekuatan   : kuat
             Rr             : 28 x /menit
             Irama        : teratur
            
4.      Rambut : pendek, warna hitam terdapat uban, tidak rontok dan kotor.
Kepala       : mesochepal, tidak ada lesi
Mata          : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak  ikterik, tidak ada kotoran di mata
Hidung      : bersih, tidak terdapat polip dan sinus
Telinga      : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan dan tidak menggunakan alat bantu, tidak ada mostoiditis
Mulut        : mukosa kering, mulut bersih, gigi masih utuh dan tidak terdapat caries
Leher         : tidak ada pembesaran tiroid dan limfe
Kulit          : turgor normal
5.      Dada dan thorak
·         dada  
inspeksi           : simetris
palpasi             : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
perkusi             : sonor
auskultasi        : vesikuler
·         jantung
inspeksi           : simetris
palpasi             : tidak terdapat nyeri tekan
perkusi             : -
auskultasi        : S 1 lup dan S II dup S III dan S IV tidak ada suara tambahahan
·         abdomen
inspeksi           : simetris datar
palpasi             : tidak ada pembesaran ginjal dan hati, tetapi ada nyeri tekan, teraba massa di abdomen bagian kiri bawah.
perkusi             : tympani
auskultasi        : tidak terdengar suara bising usus
6.      genital dan anus
bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda-tanda infeksi
7.      ekstremitas : tidak ada odema, terpasang selang infuse pada tangan kiri.
CRT                      : kurang dari 3 detik
Turgor kulit           : normal
8.      kulit
bersih, tidak ada sianosis, tidak ada odema, tidak ada luka jahitan dan tidak ada nyeri tekan.

D.     DATA PENUNJANG

Laboratorium
Hasil
Nilai normal
Hb
13,5 g/%
L : 13 – 16  P : 12 - 15
Leukosit
11.100
4000 – 10.000
Trombosit
544.000
150.000 – 400.000
Limfosit
46
20 – 40
Monosit
4
2 – 8
Gula darah
64
75 – 120
SGOT
32
L : 37 P :31
SGPT
26
L : 42 P : 32

Terapi obat
Infus RL 20 tpm
Inj cefotoxim 2 x 1  
Inj ranitidine 6 x 1 amp       
Inj vit k 3 x 500 mg                         
Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg
Dulcolax 1x1 tab                                         



B.     PENGELOMPOKAN DATA

Nama : Tn. S                                       NO CM : 051676                               
Umur : 55 tahun                                  Diagnosa medis : Melena dan Anemia

No
Tanggal
Data fokus ( DS dan DO )
TT
1.       


6/9/2013










DS : - pasien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB.
-          Pasien mengeluh lemas  dan terkadang perut sakit dan kembung karena tidak bisa BAB .
  - pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidur sering terganggu, tidur hanya kurang lebih 3 jam
-          Pasien mengatakan terganggu dengan lingkungan di rumah sakit yang sering ramai.
-          Pasien mengatakan sering kaget dengan suara-suara yang keras.
-          pasien mengatakan nyeri jika perutnya ditekan.

2.       
6/9/2013
DO : Td  : 120/80
         N : 90 x/menit
         S : 37
         Rr : 28 x/menit

DO :
-          pasien tampak lesu , lemas dan tampak kesakitan karena  tidak bisa BAB.
-          Di bawah mata terlihat lingkar  hitam
Pasien terlihat sayup
-          Pasien terlihat sering menguap.
-          Pasien terlihat pucat.
-          Pasien terlihan kesakitan jika perut kiri bagian bawah ditekan.
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit


C.     ANALISA DATA

Nama : Tn. S                                       NO CM : 051676                               
Umur : 55 tahun                                  Diagnosa medis : Melena dan Anemia

No
Data focus
Problem
Etiologi
1.       











2.       








3.       
DS : - pasien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB.
Pasien mengeluh lemas  dan terkadang perut sakit dan kembung karena tidak bisa BAB.
DO :  Td : 120/80
          N : 90 x/menit
          S : 37
          Rr : 28 x/menit
pasien tampak lesu , perut teraba massa bagian kiri bawah.
DS : klien mengatakan perutnya terasa sakit dan apa bila ditekan lebih sakit.
DO : klien terlihat menahan sakitnya.
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit

DS : pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidur sering terganggu, tidur hanya kurang lebih 3 jam
Pasien mengatakan terganggu dengan lingkungan di rumah sakit yang sering ramai.
Pasien mengatakan sering kaget dengan suara-suara yang keras.
DO
Lingkar mata hitam
Pasien terlihat sering menguap.

Gangguan pola eliminasi BAB










Nyeri akut








Insomnia






Kurangnya asupan serat










Agen- agen penyebab cidera fisik (akibat tekanan)





Faktor lingkungan.








D.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. S                                       NO CM : 051676                               
Umur : 55 tahun                                  Diagnosa medis : Melena dan Anemia

No.
Diagnosa keperawatan
TT
1.       
2.       
3.       
Konstipasi berhubungan dengan kurangnya asupan serat.
Nyeri akut berhubungan dengan agen – agen penyebab cidera fisik (akibat tekanan)
Insomnia berhubungan dengan faktor lingkungan.





E.     RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Tn. S                                       NO CM : 051676                               
Umur : 55 tahun                                  Diagnosa medis : Melena dan Anemia


No DP
Tanggal
Intervensi keperawatan
TT
Tujuan & criteria hasil
Intervensi
Rasional
1



























6/9/2013























Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien ke pola normal dari fungsi bowel dan terjadi pola hidup untuk menurunkan faktor knstipasi dengan criteria hasil :
-          Resiko konstipasi menurun
-          Pola eliminasi ( dalam rentang yang diharapkan )
-          Feses lunak dan berbentuk.
-          Pengeluaran feses tanpa bantuan.
1.      Kaji dan catat pergerakan usus.
2.      Berikan cairan adekuat.
3.      Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak gas dengan konsultasi bagian gizi.
4.      Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif.
5.      Konsultaikan dengan dokter tentang pemberian laksatif, enema, dan pengobatan.

1.      Deteksi dini penyebab konstipasi
2.      Membantu feses lebih lunak.
3.      Menurunkan konstipasi.
4.      Meningkatkan pergerakan usus.
5.      Meningkatkan eliminasi.

2         
7/9/2013
Setelah dilakukan tindakan keperawat 3 x 24 jam mengurangi nyeri sampai klien merasa nyaman  dengan kriteria hasil :
-          Menunjukkan tingkat nyeri.
-          Memperlihatkan pengendalian nyeri.
1.      Observasi Keadaan umum.
2.      Kaji skala nyeri.
3.      Manajemen relaksasi.
4.      Berikan posisi senyaman mungkin.
5.      Pemberian analgetik.










1.      Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2.      Meringankan atau mengurangi nyeri sampai klien meras nyaman.
3.      Untuk mengurangi rasa nyeri.
4.      Untu mengurangi rasa nyeri.
5.      Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.

3.
8/9/2013
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24x3 jam diharapkan klien dapat tidur 6 – 8 jam setiap malam secara verbal mengatakan dapat rileks dan segar degan kriteria hasil :
-          Klien memperlihatkan tidur yang nyenyak
-          Klien menunjukan kesejahteraan fisik dan psikologis.
1.      Lakukan kajian masalah gangguan tidur, karateristik, dan penyebab kurang tidur.
2.      lakukan massage pada daerah belakang,tutup jendela jika perlu .
3.      keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.
4.      Berikan susu hangat sebelum tidur.
5.      Anjurkan mandi sebelum tidur
1.      Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan dasar.
2.      Mengurangi gangguan tidur.
3.      Meningkatkan tidur.
4.      Meningkatkan tidur.
5.      Meningkatkan tidur



F.      CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S                                       NO CM : 051676                               
Umur : 55 tahun                                  Diagnosa medis : Melena dan Anemia

No. DP
Tgl/jam
Implementasi
Respon pasien ( DS & DO )
TT
 1.
6/8/2013

1.      Mengkaji dan catat pergerakan usus.

2.      Menganjurkan banyak minum air putih



3.      Memberikan makanan tinggi serat.



4.      membantu klien dalam melakukan aktivitas



5.      Memberikan obat Dulcolac 1 tab


S : -
O ; tidak terdengar bunyi bising usus
S ; pasien mengatakan bersedia
O: pasien terlihat meningkatkan konsumsi air putihnya dari 250 cc menjadi 500 cc

S: pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat makan sayur dan buah


S : pasien mengatakan malas untuk jalan-jalan keluar
O : pasien terlihat tiduran terus di tempat tidur

S : pasien mengatakan bersedia
O : obat terlihat Dulcolax terlihat masuk melalui anus


2.
6/9/2013
1.      Megobservasi TTV.



2.      Mengkaji skala nyeri.






3.      Mengajarkan  relaksasi napas dalam


4.      Memberikan posisi senyaman mungkin.

5.      Memberikan obat  Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg

S : pasien mengatakan bersedia.
O : TD :120/80mmHg  RR :28 x/m  N :90 x/m

S :pasien mengatakan bersedia.
O :
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit
S : pasien mengatakn mau
O : pasien terlihat melakukan relaksasi napas dalam
S :pasien mengatakan bersedia.
O : pasien tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler.

S : pasien mengatakn bersedia
O : obat asam tranexcetat terlihat masuk melalui infuse IV


 3.
6/9/2013
1.      Mengkaji karateristik, dan penyebab kurang tidur.

2.      melakukan massage pada punggung..


3.      membantu klien membersihkan tempat tidur atau merapikan tempat tidur Sebelum tidur
4.      Memberikan susu hangat sebelum tidur.
5.      Menganjurkan mandi sebelum tidur.
S: pasien mengatakan tidak biasa berada di rumah sakit
O : pasien kooperatif

S : pasien mengatakan bersedia
O : istri pasien terlihat memassage punggung pasien

S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat lebih nyaman



S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat minum susu
S : pasien mengatakan bersedia
O :  pasien terlihat di  sibin 



Implementasi Hari II
No. DP
Tanggal
Imlpementasi
Respon pasien ( S dan O )
TT
1.
7/9/2013
1.      Mengkaji dan catat pergerakan usus.

2.      Menganjurkan banyak minum air putih





3.      Memberikan makanan tinggi serat



4.      membantu klien dalam melakukan aktivitas


5.      Memberikan obat Dulcolax 1x1 tab

S : -
O ;tidak terdengar bunyi bising usus.
S ; pasien mengatakan bersedia
O: pasien terlihat meningkatkan konsumsi air putihnya 250 cc menjadi 500 cc.


S: pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat makan sayur dan buah


S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat jalan-jalan keluar ruangan

S :pasien mengatakan bersedia
O : obat dulcolac terlihat masuk melalui anus.


2.
7/9/2013
1.      Megobservasi TTV.


2.      Mengkaji skala nyeri.






3.      Mengajarkan  relaksasi napas dalam


4.      Memberikan posisi senyaman mungkin.

5.      Memberikan obat  Inj asam tranexcetat 3 x 500     mg
 S : pasien mengatakan bersedia.
O : TD :120/80mmHg  RR :28 x/m  N :90 x/m
S :pasien mengatakan bersedia.
O :
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
S : pasien mengatakn bersedia.
O : pasien terlihat melakukan relaksasi nafas dalam.

S :pasien mengatakan bersedia.
O : pasien tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler.
S : pasien mengatakn bersedia
O : obat terlihat asam tranexcetat masuk melalui infuse intra vena.
    

3.
7/9/2013
1.      Mengkaji karateristik,  tidur.



2.      melakukan massage pada daerah belakang.
3.      membantu klien membersihkan tempat tidur atau merapikan tempat tidur ebelum tidur
4.      Memberikan susu hangat sebelum tidur.
5.      Menganjurkan mandi sebelum tidur.
 S: pasien mengatakan hari ini sudah bisa tidur nyenyak tapi sering terbangun
O : pasien terlihat lebih segar

S : pasien mengatakan bersedia
O : istri pasien terlihat memassage punggung pasien
S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat lebih nyaman



S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat minum susu
S : pasien mengatakan bersedia
O :  pasien terlihat di  sibin 



Implementasi Hari III
No. DP
Tanggal
Imlpementasi
Respon pasien ( S dan 0 )
TT
1.
8/9/2013
1.      Mengkaji dan catat pergerakan usus.

2.      Menganjurkan banyak minum air putih



3.      Memberikan makanan tinggi serat


4.      membantu klien dalam melakukan aktivitas

5.      Memberikan obat Dulcolax 1x1 tab


S : -
O ;Tidak terdengar bunyi bising usus.
S ; pasien mengatakan bersedia
O: pasien terlihat meningkatkan konsumsi air putihnya dari 500 cc menjadi 750cc

S: pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat makan sayur dan buah

S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat jalan-jalan keluar
S :pasien mengatakan bersedia
O : obat terlihat masuk melalui anus.


2.
8/9/2013
1.      Megobservasi TTV.


2.      Mengkaji skala nyeri.






3.      Mengajarkan  relaksasi.


4.      Memberikan posisi senyaman mungkin.

5.      Memberikan obat Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg.

S : pasien mengatakan bersedia.
O : TD :120/80mmHg  RR :28 x/m  N :90 x/m
S :pasien mengatakan bersedia.
O :
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
S : pasien mengatakn bersedia.
O : pasien terlihat melakukan relaksasi nafas dalam.
S :pasien mengatakan bersedia.
O : pasien tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler.
S : pasien mengatakn bersedia
O : obat asam tranexcetat terlihat masuk melalui infuse IV


3.
8/9/2013
1.      Mengkaji karateristik, dan penyebab kurang tidur.
2.      melakukan massage pada punggung pasien


3.      membantu klien membersihkan tempat tidur atau merapikan tempat tidur ebelum tidur
4.      Memberikan susu hangat sebelum tidur.
5.      Menganjurkan mandi sebelum tidur.
S: pasien mengatakan tidak biasa berada di rumah sakit tapi sekarang sudah bisa tidur 5-6 jam
O : pasien kooperatif
S : pasien mengatakan bersedia
O : istri pasien terlihat memassage pundak pasien

S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat lebih nyaman


S : pasien mengatakan bersedia
O : pasien terlihat minum susu

S : pasien mengatakan bersedia
O :  pasien terlihat di  sibin 




G.    CATATAN PERKEMBANGAN


Nama : Tn. S                                       NO CM : 051676                               
Umur : 55 tahun                                  Diagnosa medis : Melena dan Anemia

NO DP
Tanggal
Evaluasi ( SOAP )
TT
1.       




2.       








3.       
6/9/2013




6/9/2013








6/9/2013
S : Pasien mengatakan belum bisa BAB.
O: Perut bagian kiri bawah teraba keras terdapat massa,tampak memegangi perut terus.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S :pasien mengatakan nyeri perut kiri bawah.
O : tampak lemah,
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua  intervensi
S : pasien mengatakan sulit untuk tidur.
O: pasien tampak lemah,lesu, terlihat lingkaran hitam di bawah mata,ada kantung mata.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi

1.       




2.       








3.       
7/8/2013




7/8/2013








7/8/2013
S : Pasien mengatakan masih belum bisa BAB.
O: Perut bagian kiri bawah teraba keras terdapat massa ,tampak memegangi perut terus.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S :pasien mengatakan nyeri perut kiri bawah.
O : tampak lemah,
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua  intervensi
S : pasien mengatakan sudah bisa  tidur 4 jam.
O: pasien tampak lemah,lesu, terlihat lingkaran hitam di bawah ,ada kantung mata.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi

1.       




2.       








3.       
8/9/2013




8/9/2013








8/9/2013
S :pasien mengatakan belum bisa BAB.
O: Perut bagian kiri bawah teraba keras terdapat massa ,tampak memegangi perut terus.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S :pasien mengatakan nyeri perut bawah kiri.
O : tampak lemah,
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua  intervensi
S : pasien mengatakan sulit untuk tidur.
O: pasien tampak lemah,lesu, terlihat lingkaran hitam di bawah mata,ada kantung mata.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi




BAB IV

 

PENUTUP


A. KESIMPULAN

Eliminasi fekal  atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh yang tidak terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada gastrotesstinal daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah racun. Pola defekasi bersifat individual bervariasi dari beberapa kali sehari sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan pun bervariasi jumlahnya tiap individu.
Feses normal mengandung 75% air dan 25 % mengandung materi padat. Feses normal berwarna coklat karena adanya sterkobilinatau eriobilin yang berasal dari bilirubin. Warna feses dapat dipengaruhi oleh kerja bakteri escherecia coli . flatus yang dikeluarkan orang dewasa selama 24 jam yaitu 7-20 liter flatus dalam usus besar. Kerja mikro organisme mempengaruhi bau feses. Fungsi usus tergntung pada keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda

 

B. SARAN

            Kita seharusnya harus bisa menjaga diri kita agar selalu sehat tanpa ada gangguan di dalam tubuh kita . semisal saja kita terganggu dalam kebutuhan eliminasi saja tetapi yang lain juga ikut tersangkut.oleh karena itu kita harus menyuplai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh makan sehat olah raga yang cukup, pastilah kita akan sehat selalu, tetapi juga jangan lupa berdo’a juga karena sehat juga anugerah dan kenikmatan dari Allah untuk kita semua.




DAFTAR PUSTAKA


Azis alimul.2006. Pengantar Konsep Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Patria A.Potter. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek, Alih bahasa Renata Komalasari dkk. Jakarta. EGC
Tarwot dan watonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan . edisi 3.Jakarta. Salemba Medika.
Widianti, Anggriyani. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ). Yogyakarta:Nuha medika.
Wilkinson, Judith M.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Edisi 9.Alih bahasa Esty Wahyuningsih, editor bahasa Indonesia Dwu Widiarti.Jakarta. EGC


Komentar