KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji syukur
Penulis panjatkan kehadirar Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah kami
dapat membuat makalah presentasi PKL
Kebutuhan Dasar Manusia di RSUD Sunan Kalijaga Demak yang sederhana ini.
Dengan tujuan memenuhi tugas dari pembimbing kami yaitu Ibu Ns. Wahyuningsih,
S. Kep selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II di STIKES WIDYA
HUSADA SEMARANG dan sebagai bahan pembelajaran kami. Penyusunan makalah ini
dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas Kebutuhan Dasar Manusia .
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Namun, Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Semarang, 15 September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar belakang
Eliminasi fekal atau
defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh yang tidak terpakai.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrotesstinal daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah
racun. Pola defekasi bersifat individual bervariasi dari beberapa kali sehari
sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan pun bervariasi
jumlahnya tiap individu.
- B. Tujuan
- . Memenuhi tugas seminar PKL Konsep Dasar Manusia yang dilaksanakan di RSUD Sunan Kalijaga Demak dengan dosen pembimbing NS. Wahyuningsih S.Kep.
- Memuhi tugas kuliah Konsep Dasar Maunsia.
C.Manfaat
1.
Mahasiwa keperawatan mampu mengetahui kebutuhan eliminasi BAB atau
fekal.
2.
Mahasiwa keperawatan mampu menerapkan asuhan keperatan pada
gangguan kebutuhan eliminasi BAB atau fekal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Eliminasi fekal atau
defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh `yang tidak
terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk
fungsi tubuh normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah
pada gastrotesstinal daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus
adalaah racun. Pola defekasi bersifat individual bervariasi dari beberapa kali
sehari sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan pun
bervariasi jumlahnya tiap individu.
Feses normal mengandung 75% air dan 25 % mengandung materi padat.
Feses normal berwarna coklat karena adanya sterkobilinatau eriobilin yang
berasal dari bilirubin. Warna feses dapat dipengaruhi oleh kerja bakteri
escherecia coli . flatus yang dikeluarkan orang dewasa selama 24 jam yaitu 7-20
liter flatus dalam usus besar. Kerja mikro organisme mempengaruhi bau feses.
Fungsi usus tergntung pada keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan
kebiasaan masing-masing orang berbeda. (saryono & tri widianti, 2010 )
Eliminasi produk sisa pencenaan yang teratur merupakan aspek yang
penting untuk fungsi normal tubuh . perubahan pola eliminasi dapat menyebabkan
masalah pada system gastrotestinal dan system tubuh lainnya. Karena fungi tubuh
bergantung pada keseimbangan beberapa factor, pola dan kebiasaan eliminasi
bervariasi antra individu, namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang
sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding
lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal. ( perry & potter, 2006)
B. Proses defekasi
Defeksi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan
buang air besar . terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi yaitu
terletak di medulla dan sumsum tulang belakang . apabila terjadi rangsanagn parasimpatis
sfringter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar kemudian sfringter
anus bagian luar diawasi oleh system syaraf parasistematis. Setiap waktu
menguncup atau mengendur. Selama defekasi berbagai otot lain membantu fesef
tersebut sepeti otot- otot dinding perut , diafragma, otot- otot dasar pelvis.
( alimul azis, 2006 )
C.
Anatomis eliminasi fekal
A.
Mulut
Saluran gi secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan
bentuk yang sesuai. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan masa
atau bolus makanan mencapai daerah absorbs nutrisi dengan aman dan efektif,
penceraan kimiawi dan mekanis dimulai dari mulut . gigi mengunyah makanan
memecahnya menjadi ukuran yang dapat ditelan . sekresi saliva mengandung enzim.
Seperti ptyalin yang mengawali pencernaan unsu-unsur makanan tertentu. Saliva
mencairkan dan melunakkan bolus makanan di dalam mulut sehingga mudah untuk
dicerna.
B.
Esophagus
Begitu makana memasuki bagian atas esophagus makanan berjalan
melalui sfingter esophagus bagian atas yang merupakan otot sirkular, yang
mencegah udara memasuki esophagus dan akanan menagalamei refluks ( bergerak ke
belakang ) kembali ke tenggorok . bolus makanan mengelililngi esophagus yang
panjangnya kira –kira 25 cm, makanan didorong oleh gerakan peristaltic lambat
yang dihasilkan oleh kontraksi invonlunter dan relaksasi otot halus secara
bergantian. Pada saat bagian esophagus berkontraksi diatas bagian bolus makanan
,otot sirkulas di bawah atau didepen bolus berelaksasi . kontraksi – relaksasi
otot halus yang saling bergantian ini mendorng makanan menuju gelombang
beikutnya.
Dalam 15 detik, bolus makaan bergerak menuruni esophagus dan
mencapai sfringter esophagus bagian bawah. Sfringter bagian bawah terletak
diantara esofagus dan lambung , factor- factor yang mempengaruhi tekanan
sfringter esophagus bagian bawah meliputi antasit yang meminimalkan refluks dan
nikotin serta makan berlemak yang meningkatnkan refliks.
C.
Lambung
Di dalam lambung ,
makanan disimpan untuk sementara dan secara mekanis dan kimiawi di pecah untuk
dicerna dan diabsorbsi , lambung menyekresi asam hidroksia HCL ,lender , enzim
pepsin, dan faktorintrinsik . kosentrasi HCL mempengaruhi keasaman lambung dan
keseimbangan asam-basa tubuh. HCL mnbantu mencampur dan memecah makanan di
lambung lender melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktifias enzim,
pepsin mencerna protein. Walaupun tidak banyak pencernaan yang berlangsung di
lambung. Factor intrinsic adalah komponen penting yang dibutuhkan untuk
absorbsi vitamin B12 di dalam usus dan selanjutnya untuk bempentukan sel darah
merah normal. Kekurangan factor intrinsic ini mengakibatkan anemia pernisiosa.
Sebelum makanan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi materi
semi cair yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorbsi daripada
makanan padat . klien yang lambungnya diangkat atau yang memiliki kekosongan
lambung yang cepat seperti grastitis dapat mengalami masalah pencernaan yang
serius karena makanan yang tidak dipecah menjadi kimus.
D.
Usus halus
Selama proses perncernaan
normal kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan
saluran dengan diameter sekitar 2,5 cm dan panjang 6 m. usus halus dibagi
menjadi 3 bagian ; duodenum, jejunum, ileum, (missal empedu dan amylase ) saat
berjalan melaluiusus halus. Segmentasi ( kontraksi dan relaksasi otot halus
secara bergantian ). Mengaduk kimus memecah memecah makanan lebih lanjut untuk
dicerna, pada saat kimus bercampur , gerakan peristaltic berikutnya berhenti
sehingga memungkinkan sbsorbsi . kimus berjalan perlahan melalui usus halus
untuk memungkinkan unyuk absorbsi.
Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi di dalam usus halus.
Enzim dari pancreas ( missal amylase ),
empedu dari kandung empedu dilepaskan di dalam udeneom. Enzim di dalam usus
halus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi unsure- unsure halus.
Nutrisi hamper seluruhnya diabsorbsi oleh deudonim dan jejunum. Ileum
mengabsorbsi vitamin – vitamin tertentu , zat besi dan garam empedu. Apabila
funsi ileum terganggu proses pencernaan akan mengalami perubahan besar.
Inflamasi , reseksi bedah, atau obstruksi dapat mengganggu peristaltic,
mengurangi urea absorbsi, atau menghambat aliran kimus.
E.
Usus besar
Saluran GI bagian bawah disebut usus besar ( kolon ) karena ukuran
diameternya lebih besar dari pada usus halus. Namun panjangnya yakni 1,5 sampai
1,8 m jauh lebih pendek. Usur dibagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Usus
besr merupakan organ utama dalam eliminasi fekal.
F.
Sekum
Kimus yang diabsorbsi memasuki sekum melalui katup ileosekal. Katup
ini merupakan merupakan otot sirkular yang mencegah regurgitasi dan kembalinya
isi kolon ke usus halus.
G.
Kolon
Walaupun kimus yang berair memsuki kolon, volume air menurun saat
kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon dibagimenjadi kolon asenden, kolon
transversal, kolon desenden dan kolon sigmoid. Kolon dibangun oleh jaringan
otot, yang memungkinkannya menampung dan mengeliminasi produk buangan dalam
jumlah besar.
Kolon memiliki empat fungsi yang saling berkaitan : absorbsi,
proteksi, sekresi, dan eliminasi. Sejumlah besar volume air , natrium dan
klorida diabsorbsi oleh koolon setiap hari. Pada waktu makanan bergerak melalui
kolon, terjadi kontraksihaustral.
Kontruksi sama dengan segmental kontruksi segmental usus halus,
tetapi berlangsung lebih lama 5 menit, kontraksi membentuk kantung berukuran
besar di dinding kolon, menyediakan daerah permukaan yang luas untuk absorbsi.
Sebanyak 2,5 liter dapat diabsorbsi oleh kolon dalam 24 jam.
Rata-rata 55mEq natrium dan 23 mEq klorida diabsorbsi setiap hari. Jumlaah air
yang diabsorbsi dari kimus bergantung pada pergerakan isi kolon. Kimus dalam
keadaan normal bersifat lunak, berbentuk masa. Apabila kecepatan kontraksi
peristaltic berlangsung dengan cepat secara abnormal, waktu untuk absorbsi air
berkurang sehingga air akan menjadi encer, apabila peristaltic melambat air
akan terus diabsorbsi sehingga masa feses berbenruk yang keras, mengakibatkan
konstipasi.
Kolon melindungi dirinya dengan melepaskan suplai lender. Lender
dalam kondisi normal berwarna jernih sampai buram dengan konsisten berserabut,
lender melumasi kolon , mencegah trauma pada dinding bagian dalamnya. Lubrikasi
terutamaa penting pada ujung distal kolon, tempat isi kolon menjadi lebih
kering dan lebih keras.
H.
Rektum
Produk
yang mencapai bagian kolon sigmaid disebut feses. Sigmoid menyimpan feses
sampai beberapa saat sebelum defekasi.
Rektum
merupakan bagian akhir pada saluran GI panjang rectum bervariasi menurut umur:
Bayi 2,5 sampai
3,8 cm
Toodler 5 cm
Prasekolah 7,5 cm
Anak usia sekolah 10 cm
Dewasa 15 sampai 20 cm
Dalam
kondisi normal rectum tudak berisi feses sampai defekasi. Rectum dibangun oleh
lipatan-lipatan jaringan vertical dan transversal . setiap lipatan vertical
berisi sebuah arteri dan dari satu vena. Apabila vena menjadi destensi akibat
tekanan selama mengedan, maka terbentuk hemeroid. Hemeroid dapat membuat proses
defekasi terasa nyeri. ( potter & perry, 2006 )
D.
Faktor – factor yang mempengaruhi eliminasi fekal
1.
Usia
Perubahan dalam
tahapan perkembangan yang mempengarui status eliminasi terjadi disepanjang
kehidupan. Seorang bayi memiliki lambug yang kecil dan lebih sedikit menyekresi
enzim pencernaan. Beberapa makanan seperti zat pati yang kompleks ditoleransi
dengan buruk. Makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat karena gerakan
peristaltic berlangsung dengan cepat. Bayi tidak mampu mengontrol defekasi
karena kurangnya perkembangan neuromoskuler. Perkembangan ini ini biasa tidak
terjadi sampai usia 2 tahun samp[ai 3 tahun. Pertumbuhan usus besar terjadi
sangat pesat selam masa remaja sekresi HCL meningkat , khususnya pada anak
laki- laki . anak remaja biasanya mengkonsumsi makanan lebih baanyak.
2.
Diet
Asupan makanan
setiap hari secara teratur membantu mempertahankan pola peristaltic yang
teratur didalam kolon. Makan yang dikonsimsi individudu mempengaruhi eliminasi.
Serat residu makanan yang tidak dapat dicerna memungkinkan terbentuknya masa
dalam materi feses.
3.
Asupan cairan
Pemasukan
cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena
proses absorbsi kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan dalam proses
defekasi.
4.
Aktifitas
Aktifitas dapat
mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktifitas tonus otot abdomen ,
pelvis, dan diafragma, dapat membantu kelancaran proses defekasi. Sehingga
proses gerakan peristaltic pad daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan
dalam membantu kelancaran defekasi.
5.
Pengobataan
Pengobatan
dapat memepengaruhi defekasi seperti penggunakan antasida yang terlalu sering.
6.
Gaya hidup
Kebiasaan atau
gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi hal ini dapat terlihat pada
seseorang yang memeiliki gaya hidup sehaaat / kebiasaan melakukan buang air
besar ditempat bersih. Mak ketika orang tersbut buang air besar ditempat yang
terbuka atau tempat yang kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7.
Penyakit
Beberapa
penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi biasanya penyakit yang berhungan
langsung pada sisterm pencernaan seperti gastroenteristis atau infeksi lainya.
8.
Nyeri
Adanya nyeri
dapat mempengaruhi kemmpuan atau kemampuan untuk berdefekasi seperti nyeri pada
beberapa kasus hemeroid atau episotomi.
9.
Kerusakan sensorik & motorik
Kerusakan pada
system sensorik dan motorik dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensorik dalam berdefekasi. Hal tersebut
dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan syaraf
lainnya.( alimul azis, 2006 )
E. Masalah defekasi
a.
Konnstipasi
Merupakan
gejala bukan penyakit . konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang
diikuti pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya
mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dalam konstipasi. Apaila
motilitas usus halus melambat , masa feses lebih lama terpapar pada dinding
usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorbsi.
Penyebab
kontipasi
1)
Kebiasaan defikasi yang tidak teratur
2)
Diet rendah serat
3)
Tirah baring yang panjang
4)
Obat penenang
5)
Lansia
6)
Kondisi neurologi yang menghambat impuls syaraf ke kolon
b.
Impaksi
Impaksi feses
merupakan akibat dari konstpasi yang tidak diatasi . impaksi adalah kumpulan
feses yang mengeras , mengendap didalam rectum, yang tidak dapat dikeluarkan.
Pada kasus impaksi berat ,masa dapat lebih jauh masuk kedalm kolon sigmoid.
Klien yang menderita kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien yang
mepunyai resiko impaksi. Mereka terlalu lemah atau tidak sadar akan
kebutuhannya untuk melakukan defekasi.
c.
Diare
Diare adalah
peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair yang tidak
terbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan,
absorbsi, dan sekresi dalam saluran GI. Isi usus terlalu cepat keluar melalui
usus halus dan kolon sehingga absorbsi yang biasa tidak bisa berlangsung. Iritasi
didalam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi lender. Akibatnya feses
menjadi encer sehingga klien menjdi lebih encer sehingga klien tidak mampu
mengontrol defekasi.
d.
Inkontinensia
Inkontenensia
feses adalah ketidak mampuan mengontrrol keluarnya feses dan garis dari anus.
Kondisi fisik yang merusak fungsi atau control sfringter anus dapat menyebabkan
inkontinensia. Kondisi yang membuat seringya defekasi , feses encer, volumenya
banyak, dan feses mengandung air juga mengpredisposisi individu untuk mengalami
inkontinensia.
e.
Flatulen
Saat gas
terakumulasi di dalam lumen usus, dinding usus meregang dan berdistensi (
flatulen ). Flatulen dalah penyebab umum abdpmen menjadi penuh, terasa nyeri,
dank ram. Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar melalui mulut (
bersendawa ) atau melalui anus ( pengeluaran flatus ). Namun jika penurunan
motilitss usus akibat penggunakan opiate, agens anastesi umum, bedah abdomen,
atau imobilisasi, flatulen dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan
distensi abdomen dan menimbulkan nyeri teras sangat menusuk.
f.
Hemeroid
Hemeroid adalah
vena – vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan rectum. Ada jua jenis
hemeroid, yakni hemeroid internal dan hemeroig eksternal. Hemeroid internal
terlihat jelas sebagai penonjolan kulit,apabila lapisan vena mengeras, akan
terjdi perubahan warna.
1.
Diversi usus
1)
Ostomi inkontinen menentukan konsistensi feses. Sebuah ileotomi
merupakan jalan pintas keluarnya sehingga feses tidak melalui seluruh bagian
usus besar. Akibatnya feses keluar lebih
sering dan berbentuk cair. Feses yang keluar lebih sering dan cair juga terjadi
pada kolostomi di kolon asenden. Kolostomo pada kolon tranversal umumnya
menghasilkan fesess yang mendekati bentuk feses normal. Lokasi kolostomi
ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien. Terdapat tiga jenis
bentuk kolostomi, yakni :
ü Loop colostomy
ü End colostomi
ü Double- barrel
colostomy
Loap colostomy biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis
yang nantinya kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi tersebut ini
biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk dikolon transversal,
dan brsifat sementara. Ahli bedah menarik sebuah lengkung usus keatas abdomen.
End colostomy terdiri dri satu stoma yang dibentuk dari ujung
proksimal usus dengan bagian distal sluran GI dapat dibuang atau dijahit
tertutup ( disebut kantong Hartman ) dan dibiarkan didalam rongga abdomen. Pada
banyak klien, end kolostomi merupakan hasil terpai bedah pad kanker kolorektal.
Pada usus tersebut, rektukm juga mungkin dibuang. Klien yang menderita di
vertikulitus dan ditangano melalui upaya bedah sering kali menjalani end
colostomy yang bersifat sementara dengan pembuatan kantung Hartman.
Tidak seperti loop colostomy, usus dipotong melalui pembedahan ke
dalam bentuk doble- barrel colostomy dan kedua ujungnya ditari keatas abdomen .
double- barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda: stoma proksimal
yang berfungsi dan stoma distal yang tidak berfungsi.
2)
Ostomi kontinen
Tipe pembadahan
tertentu memungkinkan kontinensia pada klien tertentu yang mengalami kolektomi
( pengangkatan kolon ). Ostomi kontinen ini juga disebut diversi kontinen atau
reservoar kontinen. Pad sebuah prosedur yang disebut ileoanal pull- troughtt
kolon diangat dan dielum dianastomisis atau disambungakan ke fringter anus yang
utuh. ( perry potter, 2006)
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian
ini di lakukan pada tanggal 6 september 2013, jam 08.00 WIB di ruang Teratai RSUD Sunan Kalijaga Demak.
1.
Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur :55 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku bangsa : WNI
Agama : islam
Status : kawin
Pekerjaan : petani
Alamat : Wonosalam RT 3 RW 1 Demak
Tanggal masuk : 6 september 2012
No register : 051676
Diagnosa medis : Melena dan anemia
Alasan
masuk : pasien datang dengan keluhan utama tidak bisa BAB selama 3 hari
2.
Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : petani
Jenis kelamin ; perempuan
Alamat : wonosalam RT 3 RW 1 demak
Hubungan dengan
pasien : istri pasien
A. RIAWAYAT KESEHATAN
1.
Keluhan utama
Pasien mengatakan
mengeluh sakit perut sebelah kiri.
2.
Riwayat penyakit
Pasien
mengatakan di bawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak
setelah mengalami 3 hari tidak bisa BAB, kembung, pusing dan panas. Itu semua
dirasakan pasien sampai merasa lemas. Oleh keluarga pasien langsung di bawa ke RSUD
Sunan Kalijaga Demak dan di IGD pasien mendapat infus RL 20 tpm dan di
lanjutkan ke ruang teratai untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
3.
Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu
Pasien
mengatakan dahulu tidak pernah mengalami sakit seperti yang di alami pasien
sekarang ini.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien
mengatakan di dalam keluarga tidak terdapat anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti yang di derita oleh pasien saat ini.
B.
POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Ø Sebelum sakit :
pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan pasien tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan.
Ø Selama sakit :
pasien mengatakan sedih akan keadaannya sekarang danharapan pasien hanya ingin
cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti biasanya.
2.
Pola nutrisi dan metabolik
Ø Sebelum sakit :
pasien mengatakan makan teratur 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur,
porsi habis, dan minum 5-8 gelas setiap hari namun 2 bulan belakangan pasien
hanya makan bubur saja.
Ø Selama sakit :makan
3x sehari , makan 2-3 sendok, minum 2-4 gelas.
3.
Pola eliminasi
Ø Sebelum sakit :
pasien mengatakan BAB 2X sehari, lunak, warna kuning, berbau khas.
Ø Selama sakit :
pasien mengatakan sudah 3 hari belum BAB.
4.
Pola aktivitas dan latihan
Ø Sebelum sakit :
pasien mengatakan melakukan aktivitas
seperti ke sawah dengan jalan kaki dan pasien melakukan sendiri tanpa bantuan
orang lain.
Ø Selama sakit :
pasien tidak bisa melakukan seluruh aktivitasnya sendiri dan sebagian di bantu
oleh keluarga.
Saat
di kaji :
·
Bathing : di bantu oleh keluarga
·
Dressing : di bantu oleh keluarga
·
Toileting : di bantu oleh keluarga
·
Transfering : di bantu oleh keluarga
·
Incontiment : -
·
Feeding : mandiri
5.
Pola istirahat dan tidur
Ø Sebelum sakit :
pasien mengatakan tidur dengan nyenyak dan tidur hingga 7-8 jam tidak ada
gangguan.
Ø Selama sakit : pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak dan
tidur sering terganggu, tidur hanya kurang lebih 3 jam, Pasien
mengatakan terganggu dengan lingkungan di rumah sakit yang sering ramai. Pasien
mengatakan sering kaget dengan suara-suara yang keras.
6.
Pola hubungan dengan orang lain
Ø Sebelum sakit :
keluarga pasien mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain, klien mampu
beradaptasi dengan keluarga maupun orang lain di lingkungan sekitar rumah.
Ø Selama sakit :
pasien masih mampu berinteraksi dengan perawat, dokter, maupun keluarga dan
orang lain.
7.
Pola persepsi sensori dan kognitif
Ø Sebelum sakit : pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan pada cara
bicara, pendengaran, penglihatan, dan penciuman serta perabaan dan tidak
merasakan nyeri.
Ø Selama sakit : pasien mengatakan selama
sakit pasien tidaak mengalami gangguan pada caraa bicara, pendengaran,
penglihatan, dan penciuman serta perabaan tapi sedikit merasakan nyeri.
8. Pola persepsi dan seksual
Pasien sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual
karena keterbatasan fisik di sebabkan penyakit yang di deritanya saat ini.
9. Pola mekanisme koping
Klien adalah orang yang tegar dalam mengatasi
masalahnya. Biasanya, klien mengatasi masalahnya dengan di rundingkan bersama
pihak anggota keluarga yang laihn.
10. Pola persepsi dan konsep diri
·
Body image : klien tidak malu dengan keadaaannya
sekarang
·
Identitas : klien sebagai kepala keluarga
·
Peran : klien berperan sebagai kepala keluarga dan mengalami perubahan karena sakit yang di deritanya saat ini.
·
Ideal diri : pasien berharap agar cepat sembuh dan
kembali beraktivitas seperti sedia kala.
·
Harga diri : klien tidak merasa rendah diri ataupun
minder dengan keadaannya sekarang.
11. Nilai kepercayaan dan keyakinan
Klien menganut agama islam dan klien selalu
menjalankan ibadah sholat dan berdoa dirumah tetapi selama sakit klien hanya
bisa berdoa saja.
C.
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : lemah dan pucat
2. Tingkat kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80
Suhu : 37˚c
Nadi
: 90 x / menit
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
Rr : 28 x /menit
Irama : teratur
4. Rambut : pendek, warna hitam terdapat uban,
tidak rontok dan kotor.
Kepala : mesochepal, tidak ada lesi
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada kotoran di mata
Hidung : bersih, tidak terdapat polip dan sinus
Telinga : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri
tekan dan tidak menggunakan alat bantu, tidak ada mostoiditis
Mulut : mukosa kering, mulut bersih, gigi masih
utuh dan tidak terdapat caries
Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan limfe
Kulit : turgor
normal
5. Dada dan thorak
·
dada
inspeksi : simetris
palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
perkusi : sonor
auskultasi : vesikuler
·
jantung
inspeksi : simetris
palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
perkusi : -
auskultasi : S 1
lup dan S II dup S III dan S IV tidak ada suara tambahahan
·
abdomen
inspeksi : simetris datar
palpasi : tidak ada pembesaran ginjal dan hati,
tetapi ada nyeri tekan, teraba massa
di abdomen bagian kiri bawah.
perkusi : tympani
auskultasi : tidak terdengar suara bising usus
6. genital dan anus
bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda-tanda infeksi
7. ekstremitas : tidak ada odema, terpasang
selang infuse pada tangan kiri.
CRT : kurang dari 3 detik
Turgor kulit : normal
8. kulit
bersih, tidak ada sianosis, tidak ada odema, tidak ada
luka jahitan dan tidak ada nyeri tekan.
D.
DATA PENUNJANG
Laboratorium
|
Hasil
|
Nilai normal
|
Hb
|
13,5 g/%
|
L : 13 – 16 P : 12 - 15
|
Leukosit
|
11.100
|
4000 – 10.000
|
Trombosit
|
544.000
|
150.000 – 400.000
|
Limfosit
|
46
|
20 – 40
|
Monosit
|
4
|
2 – 8
|
Gula darah
|
64
|
75 – 120
|
SGOT
|
32
|
L : 37 P :31
|
SGPT
|
26
|
L : 42 P : 32
|
Terapi obat
Infus RL 20 tpm
Inj cefotoxim 2 x 1
Inj ranitidine 6 x 1 amp
Inj vit k 3 x 500 mg
Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg
Dulcolax 1x1 tab
B. PENGELOMPOKAN DATA
Nama : Tn. S NO
CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa
medis : Melena dan Anemia
No
|
Tanggal
|
Data fokus ( DS dan DO )
|
TT
|
1.
|
6/9/2013
|
DS : - pasien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB.
-
Pasien mengeluh lemas dan terkadang perut sakit dan kembung
karena tidak bisa BAB .
- pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidur sering
terganggu, tidur hanya kurang lebih 3 jam
-
Pasien mengatakan terganggu dengan lingkungan di rumah sakit yang
sering ramai.
-
Pasien mengatakan sering kaget dengan suara-suara
yang keras.
-
pasien mengatakan
nyeri jika perutnya ditekan.
|
|
2.
|
6/9/2013
|
DO : Td : 120/80
N : 90 x/menit
S : 37
Rr : 28 x/menit
DO :
-
pasien tampak lesu , lemas dan tampak kesakitan karena tidak
bisa BAB.
-
Di bawah mata terlihat lingkar hitam
Pasien terlihat sayup
-
Pasien terlihat sering menguap.
-
Pasien terlihat pucat.
-
Pasien terlihan kesakitan jika perut kiri bagian bawah ditekan.
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit
|
C. ANALISA DATA
Nama : Tn. S NO
CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa
medis : Melena dan Anemia
No
|
Data focus
|
Problem
|
Etiologi
|
1.
2.
3.
|
DS : - pasien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB.
Pasien mengeluh lemas dan
terkadang perut sakit dan kembung karena tidak bisa BAB.
DO : Td : 120/80
N : 90 x/menit
S
: 37
Rr : 28 x/menit
pasien tampak lesu , perut teraba massa bagian kiri bawah.
DS : klien
mengatakan perutnya terasa sakit dan apa bila ditekan lebih sakit.
DO : klien
terlihat menahan sakitnya.
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit
DS : pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidur
sering terganggu, tidur hanya kurang lebih 3 jam
Pasien mengatakan terganggu dengan lingkungan di rumah sakit yang
sering ramai.
Pasien mengatakan sering kaget dengan suara-suara yang keras.
DO
Lingkar mata hitam
Pasien terlihat sering menguap.
|
Gangguan pola eliminasi BAB
Nyeri akut
Insomnia
|
Kurangnya asupan serat
Agen-
agen penyebab cidera fisik (akibat tekanan)
Faktor lingkungan.
|
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S NO
CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa
medis : Melena dan Anemia
No.
|
Diagnosa keperawatan
|
TT
|
1.
2.
3.
|
Konstipasi berhubungan dengan kurangnya asupan serat.
Nyeri akut berhubungan dengan agen – agen penyebab cidera fisik (akibat tekanan)
Insomnia berhubungan dengan faktor lingkungan.
|
E. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S NO
CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa
medis : Melena dan Anemia
No DP
|
Tanggal
|
Intervensi keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan & criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1
|
6/9/2013
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan pasien ke pola normal dari fungsi bowel dan terjadi pola hidup
untuk menurunkan faktor knstipasi dengan criteria hasil :
-
Resiko konstipasi menurun
-
Pola eliminasi ( dalam rentang yang diharapkan )
-
Feses lunak dan berbentuk.
-
Pengeluaran feses tanpa bantuan.
|
1.
Kaji dan catat pergerakan usus.
2.
Berikan cairan adekuat.
3.
Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak gas
dengan konsultasi bagian gizi.
4.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif.
5.
Konsultaikan dengan dokter tentang pemberian laksatif, enema, dan
pengobatan.
|
1.
Deteksi dini penyebab konstipasi
2.
Membantu feses lebih lunak.
3.
Menurunkan konstipasi.
4.
Meningkatkan pergerakan usus.
5.
Meningkatkan eliminasi.
|
|
2
|
7/9/2013
|
Setelah dilakukan tindakan keperawat
3 x 24 jam mengurangi nyeri sampai klien merasa nyaman dengan kriteria hasil :
-
Menunjukkan tingkat nyeri.
-
Memperlihatkan pengendalian nyeri.
|
1.
Observasi Keadaan umum.
2.
Kaji skala nyeri.
3.
Manajemen relaksasi.
4.
Berikan posisi senyaman mungkin.
5.
Pemberian analgetik.
|
1.
Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2.
Meringankan atau mengurangi nyeri sampai klien meras nyaman.
3.
Untuk mengurangi rasa nyeri.
4.
Untu mengurangi rasa nyeri.
5.
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
|
|
3.
|
8/9/2013
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24x3 jam diharapkan klien dapat tidur 6 – 8 jam setiap malam secara verbal
mengatakan dapat rileks dan segar degan kriteria hasil :
-
Klien memperlihatkan tidur yang nyenyak
-
Klien menunjukan kesejahteraan fisik dan psikologis.
|
1.
Lakukan kajian masalah gangguan tidur, karateristik, dan penyebab
kurang tidur.
2.
lakukan massage pada daerah belakang,tutup jendela jika perlu .
3.
keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.
4.
Berikan susu hangat sebelum tidur.
5.
Anjurkan mandi sebelum tidur
|
1.
Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
dasar.
2.
Mengurangi gangguan tidur.
3.
Meningkatkan tidur.
4.
Meningkatkan tidur.
5.
Meningkatkan tidur
|
F. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S NO
CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa
medis : Melena dan Anemia
No. DP
|
Tgl/jam
|
Implementasi
|
Respon pasien ( DS & DO )
|
TT
|
1.
|
6/8/2013
|
1. Mengkaji dan catat
pergerakan usus.
2. Menganjurkan
banyak minum air putih
3. Memberikan
makanan tinggi serat.
4. membantu
klien dalam melakukan aktivitas
5. Memberikan
obat Dulcolac 1 tab
|
S : -
O ; tidak terdengar bunyi bising usus
S ; pasien
mengatakan bersedia
O: pasien
terlihat meningkatkan konsumsi air putihnya dari 250 cc menjadi 500 cc
S: pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat makan sayur dan buah
S : pasien
mengatakan malas untuk jalan-jalan keluar
O : pasien
terlihat tiduran terus di tempat tidur
S : pasien
mengatakan bersedia
O : obat
terlihat Dulcolax
terlihat masuk melalui anus
|
|
2.
|
6/9/2013
|
1.
Megobservasi TTV.
2.
Mengkaji skala nyeri.
3.
Mengajarkan relaksasi napas dalam
4.
Memberikan posisi senyaman mungkin.
5.
Memberikan obat Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg
|
S : pasien
mengatakan bersedia.
O : TD
:120/80mmHg RR :28 x/m N :90 x/m
S :pasien
mengatakan bersedia.
O :
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit
S : pasien
mengatakn mau
O : pasien
terlihat melakukan
relaksasi napas dalam
S :pasien
mengatakan bersedia.
O : pasien
tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler.
S : pasien
mengatakn bersedia
O : obat
asam tranexcetat terlihat masuk melalui infuse IV
|
|
3.
|
6/9/2013
|
1.
Mengkaji karateristik, dan penyebab kurang tidur.
2.
melakukan massage pada punggung..
3.
membantu klien membersihkan tempat tidur atau merapikan tempat
tidur Sebelum
tidur
4.
Memberikan susu hangat sebelum tidur.
5.
Menganjurkan mandi sebelum tidur.
|
S: pasien
mengatakan tidak biasa berada di rumah sakit
O : pasien
kooperatif
S : pasien
mengatakan bersedia
O : istri pasien
terlihat memassage punggung pasien
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat lebih nyaman
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat minum susu
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien terlihat di sibin
|
Implementasi Hari II
No. DP
|
Tanggal
|
Imlpementasi
|
Respon pasien ( S dan O )
|
TT
|
1.
|
7/9/2013
|
1. Mengkaji dan
catat pergerakan usus.
2. Menganjurkan
banyak minum air putih
3. Memberikan
makanan tinggi serat
4. membantu
klien dalam melakukan aktivitas
5. Memberikan
obat Dulcolax 1x1 tab
|
S : -
O ;tidak terdengar bunyi bising usus.
S ; pasien
mengatakan bersedia
O: pasien
terlihat meningkatkan konsumsi air putihnya 250 cc menjadi 500 cc.
S: pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat makan sayur dan buah
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat jalan-jalan keluar ruangan
S :pasien
mengatakan bersedia
O : obat dulcolac terlihat masuk melalui anus.
|
|
2.
|
7/9/2013
|
1.
Megobservasi TTV.
2.
Mengkaji skala nyeri.
3.
Mengajarkan relaksasi napas dalam
4.
Memberikan posisi senyaman mungkin.
5.
Memberikan obat Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg
|
S : pasien mengatakan bersedia.
O : TD
:120/80mmHg RR :28 x/m N :90 x/m
S :pasien
mengatakan bersedia.
O :
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
S : pasien
mengatakn bersedia.
O : pasien
terlihat melakukan
relaksasi nafas dalam.
S :pasien
mengatakan bersedia.
O : pasien
tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler.
S : pasien
mengatakn bersedia
O : obat
terlihat asam
tranexcetat masuk melalui infuse intra vena.
|
|
3.
|
7/9/2013
|
1.
Mengkaji karateristik, tidur.
2.
melakukan massage pada daerah belakang.
3.
membantu klien membersihkan tempat tidur atau merapikan tempat
tidur ebelum tidur
4.
Memberikan susu hangat sebelum tidur.
5.
Menganjurkan mandi sebelum tidur.
|
S: pasien mengatakan hari ini sudah bisa
tidur nyenyak tapi sering terbangun
O : pasien terlihat lebih segar
S : pasien
mengatakan bersedia
O : istri pasien
terlihat memassage punggung pasien
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat lebih nyaman
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat minum susu
S : pasien mengatakan
bersedia
O : pasien terlihat di sibin
|
Implementasi Hari III
No. DP
|
Tanggal
|
Imlpementasi
|
Respon pasien ( S dan 0 )
|
TT
|
1.
|
8/9/2013
|
1. Mengkaji dan
catat pergerakan usus.
2. Menganjurkan
banyak minum air putih
3. Memberikan
makanan tinggi serat
4. membantu
klien dalam melakukan aktivitas
5. Memberikan
obat Dulcolax 1x1 tab
|
S : -
O ;Tidak terdengar bunyi bising usus.
S ; pasien
mengatakan bersedia
O: pasien
terlihat meningkatkan konsumsi air putihnya dari 500 cc menjadi 750cc
S: pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat makan sayur dan buah
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat jalan-jalan keluar
S :pasien
mengatakan bersedia
O : obat
terlihat masuk melalui anus.
|
|
2.
|
8/9/2013
|
1.
Megobservasi TTV.
2.
Mengkaji skala nyeri.
3.
Mengajarkan relaksasi.
4.
Memberikan posisi senyaman mungkin.
5.
Memberikan obat Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg.
|
S : pasien
mengatakan bersedia.
O : TD
:120/80mmHg RR :28 x/m N :90 x/m
S :pasien
mengatakan bersedia.
O :
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
S : pasien
mengatakn bersedia.
O : pasien
terlihat melakukan
relaksasi nafas dalam.
S :pasien
mengatakan bersedia.
O : pasien
tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler.
S : pasien
mengatakn bersedia
O : obat
asam tranexcetat terlihat masuk melalui infuse IV
|
|
3.
|
8/9/2013
|
1.
Mengkaji karateristik, dan penyebab kurang tidur.
2.
melakukan massage pada punggung pasien
3.
membantu klien membersihkan tempat tidur atau merapikan tempat
tidur ebelum tidur
4.
Memberikan susu hangat sebelum tidur.
5.
Menganjurkan mandi sebelum tidur.
|
S: pasien
mengatakan tidak biasa berada di rumah sakit tapi sekarang sudah bisa tidur
5-6 jam
O : pasien
kooperatif
S : pasien
mengatakan bersedia
O : istri
pasien terlihat memassage pundak pasien
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat lebih nyaman
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien
terlihat minum susu
S : pasien
mengatakan bersedia
O : pasien terlihat di sibin
|
G. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. S NO CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa
medis : Melena dan Anemia
NO DP
|
Tanggal
|
Evaluasi ( SOAP )
|
TT
|
1.
2.
3.
|
6/9/2013
6/9/2013
6/9/2013
|
S : Pasien mengatakan belum bisa BAB.
O: Perut bagian kiri bawah teraba keras terdapat massa,tampak
memegangi perut terus.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S :pasien
mengatakan nyeri perut kiri bawah.
O : tampak
lemah,
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 – 4 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S : pasien mengatakan sulit untuk tidur.
O: pasien tampak
lemah,lesu, terlihat lingkaran hitam di bawah
mata,ada kantung mata.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
|
|
1.
2.
3.
|
7/8/2013
7/8/2013
7/8/2013
|
S : Pasien mengatakan masih belum bisa BAB.
O: Perut bagian kiri bawah teraba keras terdapat massa ,tampak
memegangi perut terus.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S :pasien
mengatakan nyeri perut kiri bawah.
O : tampak
lemah,
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S : pasien mengatakan sudah bisa tidur 4 jam.
O: pasien tampak
lemah,lesu, terlihat lingkaran hitam di bawah ,ada
kantung mata.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
|
|
1.
2.
3.
|
8/9/2013
8/9/2013
8/9/2013
|
S :pasien mengatakan belum bisa BAB.
O: Perut bagian kiri bawah teraba keras terdapat massa ,tampak
memegangi perut terus.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S :pasien
mengatakan nyeri perut bawah kiri.
O : tampak
lemah,
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 4
T : 2 – 4 menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
S : pasien mengatakan sulit untuk tidur.
O: pasien tampak
lemah,lesu, terlihat lingkaran hitam di bawah
mata,ada kantung mata.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut semua intervensi
|
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Eliminasi fekal atau
defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh yang tidak terpakai.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada gastrotesstinal
daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah racun. Pola
defekasi bersifat individual bervariasi dari beberapa kali sehari sampai berapa
kali seminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan pun bervariasi jumlahnya tiap
individu.
Feses
normal mengandung 75% air dan 25 % mengandung materi padat. Feses normal
berwarna coklat karena adanya sterkobilinatau eriobilin yang berasal dari
bilirubin. Warna feses dapat dipengaruhi oleh kerja bakteri escherecia coli .
flatus yang dikeluarkan orang dewasa selama 24 jam yaitu 7-20 liter flatus
dalam usus besar. Kerja mikro organisme mempengaruhi bau feses. Fungsi usus
tergntung pada keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan kebiasaan
masing-masing orang berbeda
B. SARAN
Kita seharusnya harus bisa
menjaga diri kita agar selalu sehat tanpa ada gangguan di dalam tubuh kita .
semisal saja kita terganggu dalam kebutuhan eliminasi saja tetapi yang lain
juga ikut tersangkut.oleh karena itu kita harus menyuplai nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh makan sehat olah raga yang cukup, pastilah kita akan
sehat selalu, tetapi juga jangan lupa berdo’a juga karena sehat juga anugerah
dan kenikmatan dari Allah untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Azis
alimul.2006. Pengantar Konsep Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Patria
A.Potter. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek, Alih
bahasa Renata Komalasari dkk. Jakarta. EGC
Tarwot
dan watonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan . edisi
3.Jakarta. Salemba Medika.
Widianti,
Anggriyani. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ). Yogyakarta:Nuha medika.
Wilkinson,
Judith M.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC, Edisi 9.Alih bahasa Esty Wahyuningsih, editor bahasa
Indonesia Dwu Widiarti.Jakarta. EGC
Komentar
Posting Komentar