Bismillahirrohim
Assalamualaikum
Terima kasih atas kunjunagnya kali ini saya akan
postingkan tentang “ asuhan keperawanan bayi baru lahir “
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada
beberapa jam setelah bayi dilahirkan atau beberapa hari setelah dilahirkan,
perubahan fisiologis yang hebat yang penting bagi kesehatan dan ketahanan
hidup, terjadi pada bayi baru lahir. Selain perubahan fisiologis bayi tersebut,
bayi baru lahir harus beradaptasi dengan
bermacam-macam cara yang berbeda terhadap lingkungan yang benar-benar baru
meliputi : Pernapasan, Sirkulasi darah , System imun, Pengaturan
suhu-metabolisme, Sistem neurologis, System gastrointestinal, Fungsi ginjal dan
sekresi urine, Fungsi hati.
Oleh
karena itu, pengetahuan tentang dasar fisiologis untuk melakukan pengkajian
lengkap bayi baru lahir selama jam-jam dan hari-hari pertama setelah dilahirkan
sangatlaah penting. Suatu pengkajian yang lengkap akan mencakup beberapa area
yang berbeda yang mungkin saling tumpang tindih. Area tersebut meliputi fisik,
neurologis, usia gestasi, dan pengkajian perilaku. Pengkajian fisik yang sering
harus dilakukan ketika bayi dirawat di rumah sakit atau di rumah bersalin. Hal
ini penting dilakukan untuk menentukan
apakah dan seberapa baik bayi baru lahir dapat mengatasi transisi fisiologis
dari kehidupan intrauterus dan kehidupan ekstrauterus. Selain itu, pengkajian
neurologis, usia gestasi, dan perilaku harus dilakukan sebelum bayi bari lahir
pulang dari rumah sakit sehingga berbagai masalah actual dan potensial pada
area-area tersebut dapat ditemukan sedini mungkin dalam kehidupan bayi baru
lahir (Reeder S. J., 2011) hlm: 71.
B. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Agar Mahasiswa mampu memahami dan berfikir skematis
tentang proses Asuhan Neonatus Bayi Baru Lahir
Normal dan Bayi Baru Lahir Bermasalah untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2. Tujuan
Khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu melakukan
pengkajian pada bayi baru lahir
b. Agar mahasiwa/i mampu merumuskan
diagnose keperawatan pada bayi baru lahir
c. Agar mahasiswa/i mampu menyusun
rencana keperawatan pada bayi baru lahir
d. Agar mahasiswa/i mampu melakukan
tindakan keperawatan pada bayi baru lahir
e. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan
evaluasi terhadap tindakan yang sudahdirencanakan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Bayi baru lahir
mengalami perubahan fisiologis yang sangat hebat. Perubahan yang komplek ini
harus terjadi pada jangka waktu yang tepat bagi bayi baru lahir untuk dapat
bertahan hidup dan berkembang sercara normal. Bayi baru lahir harus melewati
beberapa fase selama trassisi kehidupan di luar uterus. Masa trassisi kehidupan
dimulai saat lahirnya yaitu ketika bayi dirangsang oleh kontraksi uterus dan
perubahan tekanan akibat pecahnya ketuban, pada saat lahir dan pernafasan harus
di mulai.( Reedar, 2011, hal : 71)
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan
dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan
lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat,
nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauteri (Marlyn dongoes,1999).
Masabayibarulahir (neonatal)
adaalahmasa 28 haripertamakehidupanmanusia.Padamasainiterjadi proses
penyesuaian system tubuhbayidarikehidupan intra uteri kekehidupanekstra uteri.
Masainiadalahmasa yang perlumendapatkanperhatiandanperawatan yang
ekstrakarenapadamasainiterdapatmortalitas paling tinggi (llyasjumiarni,1994
hal:1).
Neonatus adalah bayi dari umur 4
minggu,lahir biasanya dengan cara gestasi 38-42 minggu (Ilyas Jumiarni,1994
hal:23).
Kesimpulan
:
bayi baru lahir(neonatus), adalah
suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan mengalami
perubahan fisiologis bayi dalam 28 hari pertama kehidupannya. Bayi baru lahir harus melewati
beberapa fase selama trassisi kehidupan di luar uterus. Masa trassisi kehidupan
dimulai saat lahirnya yaitu ketika bayi dirangsang oleh kontraksi uterus dan
perubahan tekanan akibat pecahnya ketuban, pada saat lahir dan pernafasan harus
di mulai.
B.
Etiologi
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan
dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut :
1. Abortus ;
umur hamil sebelum 28 minggu dengan berat janin < 1000 gram
2.
Persalinan premature : kelahiran bayi sebelum kehamilan
berumur 28 – 36 minggu dengan berat janin 2,499 gr
3.
Persalinan Aterm : persalinan antara umur 37 – 42
minggu dengan berat janin 2,500 - 4000 gr
4.
persalinan serotinus : persalinann
yang lebih dari 42 minggu
5.
Persalinan presipitatus : persalinan cepat kurang dari
3 jam
C.
Klasifikasi
bayi
baru lahir mengalami perubahan fisiologis yang sangat hebat. Perubahan yang
kompleks ini harus terjadi pada jangka waktu yang tepat bagi bayi baru lahir
untuk dapat bertahan hidup dan berkembang secara normal. Bayi baru lahir
harus melewati beberapa fase selama
beradaptasi dengan kehidupan di luar uterus. Masa transisi kehidupan dimulai
saat dilahirkan yaitu ketika janin dirangsang oleh kontraksi uterus dan
perubahan tekanan akibat pecahnya ketuban. Pada saat lahir, pernapasan harus
dimulai. Kondisi ini memicu perubahan fungsi system organ dan proses metabolik. Perubahan
yang signifikan terjadi pada area berikut:
·
Pernapasan
·
Sirkulasi
·
System imun
·
Pengaturan suhu: metabolism
·
Sistem neurologis
·
System gastrointestinal
·
Fungsi ginjal dan sekresi urine
·
Fungsi hati
Fase
akhir masa transisi adalah pengaturan kembali proses metabolik lebih lanjut
untuk mencapai suatu kondisi yang stabil dan dapat mempertahankan hidup.
Kondisi ini meliputi perubahan saturasi oksigen darah, penurunan enzim,
pengurangan asodosis respiratori pascanatal, dan pemulihan jaringan neurologis
akibat trauma persalinan dan kelahiran (Reeder,
2011) hlm : 71.
1.
Perubahan pernafasan
Sebelum bayi dilahirkan, kebutuhan oksigen janin dipengaruhi oleh plasenta,
oleh karena itu paru-paru janin tidak perlu berfungsi sebagai organ respirasi dan
perkembangan struktur paru-paru berlangsung secara kontinu sepanjang kehidupan janin
dan masa kanak-kanak awal. Saluran mulai terbentuk pada cabang bronchial
sekitar usia 17 minggu, dan kantong udara primitive mulai terbentuk. Pada usia
26 minggu terjadi suatu vaskularisasi yang adekuat.Janin cukup bulan yang
normal siap untuk mulai pernafasan efektif pada saat lahir (Reeder S. J.,
2011)hlm : 71.
2.
Sistem imun
Pada system imunolgi terdapat beberapa jenis imunologi
(suatu protein yang mengandung zat antibody)diantaranya adalah
imunoglobulingmma G(Ig G)
Pada neonatus hanya terdapat Ig G dibentuk banyak pada bulan ke 2
setelah bayi dilahirkan. Ig G Pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta.Apabilaterjadiinfeksipadajanin yang dapatmelaluiplasenta,
reaksiimunologidapatterjadidenganpembentukansel plasma dan anti bodi gamma
A,Gdan M(Ilyas Jumiarni,1994) hlm : 51.
3. Pengaturan
suhu tubuh
Bayi
baru lahir dilahirkan ke lingkungan yang lebih dingin dari pada lingkungan
uterus yang biasa dialaminya. Karena peruahan kondisi llingkungan yang cepat
ini, suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah dilahirkan.
Kehilangan panas. Evaporasi,
konduksi, konveksi, dan radiasi merupakan empat cara yang menyebabkan bayi baru
lahir dapat kehilangan panas dilingkungannya. Kehilangan panas melalui evaporasi juga terjadi dari paru pada
saat bayi baru lahir mengalami takipnea atau jika kelembapan rendah. Kehilangan
panas melalui konduksi meliputi
transfer panas dari suatu benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin
melalui kontak langsung. Melalui konveksi
transfer panas adalah dari tubuh ke udara sekelilingnya. Suhu bayi baru
lahir dipengaruhi oleh aliran udara dilingkungan, seperti yang dibebaskan oleh
terpasangnya alat pedingin ruangan. Radiasi
terjadi ketika panas ditrasfer dari benda yang hangat kebenda yang lebih
dingin saat benda tersebut tidak kontak secara langsung.
Produksi Panas. untuk
memelihara suhu normal saat dipanjankan pada lingkungan yang dingin, bayi baru
lahir meningkatkan laju produksi panasnya dalam upaya mengganti panas yang
hilang. Bayi baru lahir jarang sekali menggigil, tetapi kemungkinan terdapat
peningkatan aktivitas otot volunter. Mekanisme primer produksi panas pada bayi
baru lahir adalah termogenesis bukan menggigil. Cara ini terdiri atas reaksi
kimia yang terjadi lemak coklat yang memecah trigliserida menjadi gliserol dan
asam lemak sehingga mengghasilkan panas. sel-sel lemak coklat mengandung banyak
lemak vakuola kecil yang berbeda dengan vakuola lemak putih yang besar dan
tunggal. Simpanan lemak coklat ditemukan antara daerah skapula, daerah belakang
leher, aksila, mediastium, da sekitar ginjal dan adrenal.
Penyimpanan Panas. penyimpan panas
tubuh pada bayi baru lahir terjadi melalui mekanisme vasokontriksi perifer dan
mengambil posisi fleksi atau posisi janin. Posisi tersebut mengurangi area
permukaan yang dapat menyebabkan kehilangan panas.
Pengaruh Stres Dingin pada Bayi Baru Lahir
Penigkatan laju metabolik dihubungkan dengan termogenesis bukan mengigil yang
menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen dan kalori. Untuk mengganti kehilangan
panas selama penurunan suhu sebesar 3,50C, bayi baru lahir
membutuhkan peningkatan konsumsi oksigen sebesar 100% selama lebih 11/2jam.
Bahkan bayi abru lahir cukup bulan yang aktif sekalipun dapat mengalami
hipotermia. Stres dingin dapat membahayakan atau bahkan berakibat fatal bagi
seorang bayi baru lahir yang memiliki masalah metabolisme atau oksigenisasi (Reeder S. J., 2011) hlm : 76.
4.
Sistem neurologi
Pada
saat lahir system persarafan belum terintegrasi dengan sempurna namun sudah
cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstrauerin. Kebanyakan fungsi
neurologis berupa ferleks primitive. System saraf otonom sangat penting selama
transisi, karena saraf ini merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan
keseimbangan asam-basa, dan membantu mengatur seimbangan control suhu.
Mielinisasi
system saraf mengikuti hukum perkembangan sefalokaudal proksimal (kepala ke
jari kaki-pusat ke perifer) dan berhubungan erat dengan kemempuan keterampilan
motoric halus dan kasar yang tampak. Myelin diperlukan untuk transmisi cepat
dan efisien pada sebagian implus saraf sepanjang jalur neural. Traktus yang
mengalami mielinisasi paling awal adalah traktus sensoris, serebral, dan
ekstrapiramidal. Saraf ini menyebabkan pengindraan tajam, pengecap, pembau, dan
pendengaran pada bayi baru lahir, begitu juga persepsi nyeri. Semua saraf
kranial sudah ada dan mengalami mielinisasi, kecuali saraf optikus ddnolfaktorius (Bobak, 2005)
5.
Sistem
gastrointestinal
Bayi
baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi
protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali amylase
pancreas, krakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan sudah ditemukan pada
bayi yang berat badan lahirnya rendah. Adapun beberapa perubahan fisiologis
pada system cerna antara lain:
1. Pada
pencernaan
Keasaman
lambung bayi pada saat lahir pada umumnya sama dengan keasaman lambung orang
dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu dan tetap rendah selama dua
sampai tiga bulan. Penurunan keasaman lambung ini dapat menimbulkan “kolik”.
Bayi yang mengalami kolik kidak dapat tidur, menangis dan tampak distress di
antara waktu makan, gejala ini akan hilang setelah bayi berusia 3 bulan.
Kapasitas
lambung bayi baru lahir kurang lebih 30cc. waktu pengosongan lambung pun juga
bervariasi antara 2-3 jam. Beberapa factor seperti waktu pemberian makan dan
volume makan, jenis dan suhu makanan serta stress psikis dapat mempengaruhi
waktu pengosongan lambung (Bobak, 2005).
2. Pada
eliminasi BAB
Bayi
lahir dengan bagian bawah yang penuh meconium. Meconium dibentuk selama janin dalam
kandungan berasal dari cairan amnion dan unsur-unsurnya, dari sekresi usus dan
dari sel-sel mukosa. Meconium berwarna hijau kehitaman konsistensinya kental,
dan mengandung darah samar. Meconium pertama keluar steril, tetapi setelah
beberapa jam mengandung bakteri. Sekitar 69%bayi normal yang cukup bulan
mengeluarkan meconium dalam 12 jam pertama kehidupannya(Bobak, 2005).
6.
Fungsi ginjal dan sekresi urine
Dalam 24 jam kelahiran, 92% bayi baru lahir yang sehat
berkemih, tetapi berkemih pertama dapat terjadi setelah dilahirkan dan tidak
bias diamati. Seiring dengan asupan cairan meningkat, frekuensi berkemih meningkat
dari 2-6x pada hari pertama dan ke dua 5-20x per 24 jam pada hari berikutnya (Reeder S. J., 2011) hlm : 78.
7.
Fungsi hati.
Selama
kehidupan janin hati memiliki peran penting dalam pembentukan darah. Di
perkirakan bahwa fungsi ini berlanjut sampai derajat tertentu setelah lahir.
Selanjutnya pada periode neonatus hati memproduksi zat-zat penting untuk
koagulasi darah. Jika asupan wanita adekuat selama kehamilan maka kadar besi
yang cukup di simpan pada bayi baru lahir untuk memasok kebutuhan pada
bulan-bulan pertama kehidupan. (Reeder, 2011) hlm : 78.
D.
Tanda dan gejala
Mata
1. Berkedip atau reflek corneal
Bayi
berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau
obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka
menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
2. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
3. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
Mulut dan tenggorokan
1. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
2. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
E.
Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus
beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang
lain untuk memenuhinya.Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem
sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap
penyakit.Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode
Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran
untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi
adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam
kemampuan mengambil menggunakan glukosa.
F.
Faktor Bayi Baru Lahir Resiko Tinggi
1.Asfiksia
neonatorum
Asfiksia
neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul ( llyasjumiarni, 1994 ) hlm : 77.
2. Infeksi neonatorum
Inkfesi
Neonatorum atau Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir.Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan
syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000,). Septisemia menunjukkan munculnya
infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme
secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis
yang sangat besar. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru
lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi
bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam
waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam
setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
3. Hipoglikemia
Istilah hipoglikemia
merujuk pada kadar glukosa yang rendah. Hipoglikemia sesaat pada awal kehidupan
neonates cukup bulan merupakan hal yang wajar, sering didapatkan dan terjadi pada
hamper seluruh bayi baru lahir. Hal ini akan normal dengan sendirinya dan bukanlah
sesuatu yang patologis karena kadar glukosa darah meningkat secara spontan dalam
2-3 jam. Dalam situasi dimana kadarglukosa darah yang rendah karena belum mendapat
asupan makanan (ASI belum ada) terjadi respon ketogenik yaitu metabolism dari asam
lemak menjadi badan keton. Otak bayi dengan
kemampuannya akan memanfaatkan badan keton untuk menghemat glukosa bagi otak dan
melindungi fungsi neurologis bayi.
Bayi yang
mendapat ASI cenderung mempunyai kadar glukosa yang rendah dibandingkan dengan bayi
yang mendapat susu formula, tetapi tidak berkembang menjadi hipoglikemia simptomatik.
Pemberian minum awal dengan ASI yang mengandung alanin, asam lemak rantai panjang
dan laktosa, akan meningkatkan proses glukoneogenesis. Bayi cukup bulan yang minum ASI mempunyai kadar glukosa yang
lebih rendah tetapi mempunyai kadar badan keton yang lebih tinggi.
Definisi hipoglikemia
hingga saat ini masih kontroversial, karena kurangnya korelasi yang bermakna antara
kadar glukosa plasma, gejala klinis, dan gejala sisa jangka panjang.
Hipoglikemia ditandai oleh nilai yang unik pada masing-masing individu neonates
dan bervariasi sesuai dengan kematangan fisiologis dan pengaruh patologisnya. Hipoglikemia
pada bayi terjadi bila kadar glukosa darah< 45mg/dL.
Bayi dengan risiko hipoglikemia
Pada bayi baru lahir
yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa darahnya dipantau secara rutin,
terlepas dari pemberian, macam dan cara minum apapun yang didapatkan. Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia:
a. Bayi
dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol
memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga
merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah
tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin
masih tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan
mengontrol kadar glukosa darah pada ibu hamil.
b. Bayi
besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan
toleransi glukosa yang abnormal.
c. Bayi
kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami
kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang
persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan metabolisme
lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat
lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama.
Meskipun bayi KMK
bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi
KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga
memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan intravena sambil
menunggu ASI ibunya cukup.
d. Bayi
kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada
trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan
glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
e. Bayi
lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang.
Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan
glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah
mengalami hipoglikemia.
f. Pasca
asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali
memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya
menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa menghasilkan
38 ATP.
g. Polisitemia.
Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia
dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran darah.
h. Bayi
yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat. Bayi
dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi
Bayi
yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil
dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang
tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.
i.
Bayi yang lahir dari
ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin, propanolol,
hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra vena saat
persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.
4. Ikterus
Ikterus adalah warna kuning
yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Biasanya mulai tampak
pada kadar bilirubin serum > 5 mg/dL.
Ikterus fisiologis :
a. Ikterus
terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke
2-4 dan menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir.
b. Kadar
bilirubin indirect tidak melebihi 10mg/dL pada neonates cukup bulan dan 12
mg/dL untuk neonates lebih bulan.
c. Kecepatan
Peningkatan kadar bilirubin serum tidak melebihi
5mg/dL perhari.
Ikterus patologis :
a. Ikterus
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
b. Peningkatan
kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam.
c. Ikterus
yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD, atau
sepsis).
d. Kadar
bilirubin direc< 2mg/dL.
e. Ikterus
yang disertaioleh:
-
Berat lahir<2000 gra
-
Asfiksia, hipoksia
-
Infeksi
-
Trauma lahir pada kepala
-
Hipoglikemia, hiperkarbia
-
Hiperosmolaritas darah
f. Bilirubin
total/indirek untuk bayi cukup bulan> 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10
mg/dL
EfekHiperbilirubinemia
Ikterus neonatorum yang berat dan
tidak ditatalaksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati
bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid
dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan
kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bias menyebabkan kerusakan
pada sawar darah otak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin
plasma bias masuk ke dalam cairan ekstra
selular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati
bilirubin belum diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik
bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non
hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan
neurologic yang disebabkannya (Reeder,
2011).
5. Hipotermi
Hipotermi pada
bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5oC pengukuran dilakukan
pada ketiak selama 3-5 menit.Hipotermi disebabkan oleh :
a. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera
dikeringkan.
b. Konduksi, terjadi
apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin, seperti pada waktu
menimbang bayi.
c. Radiasi, terjadi
apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
d. Konveksi, terjadi
apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena pintu, jendela
terbuka(Reeder, 2011).
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum
dan setelah bersentuhan dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat
menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan
yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali
pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk,
selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin
pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
e. Memberikan vitamin KUntuk mencegah
terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal
atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari,
dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg
IM.
f. Memberikan obat tetes atau salep
mata :
1) Untuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam
pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi
lahir.
2) Perawatan mata harus segera
dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan
tali pusat Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir.(Reeder,2003)hlm : 121
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sel Darah Putih
18000/mm3, Neutropil meningkat sampai 23.000-24.000/mm hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2.
Hemoglobin 14,5 - 22,5g/dl
3. Hematokrit
44% - 72% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar
gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
4. Essai
Inhibisi guthriel tes untuk adanya metabolit fenillalanin, menandakan
fenil ketonuria
5. Bilirubin
total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1 - 2 hari dan 12 mg/dl pada
3 - 5 hari.
6. Detrosik:Tetes
glukosa selama 4 - 6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl,meningkat 60 -70 mg/dl pada hari ke 3.
7. SDM 5 – 7,5 juta/mm3 . (Bobak, 2004).
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Biodata
Nama pasien: supaya membedakan dengan bayi lainya
Umur : dalam hari setelah kelahiran
Nama ibu :mengetahui nama ibu bayi
Umur :antara 17-35 tahun
<17
tahun alat reproduksi belum sempurna/matang
>35
tahun banyak terjadi resiko saat melahirkan
Suku/bangsa :
Di Jawa Tengah,
ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya
kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan
asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali
merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di
masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti
misalnya:
o
Ibu hamil dilarang tidur siang karena
takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan
o
Ibu menyusui dilarang makan makanan
yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin
o
Ibu habis melahirkan dilarang tidur
siang
o
Bayi berusia 1 minggu sudah boleh
diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar
o
Ibu post partum harus tidur dengan
posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah kotor naik ke mata
o
Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan,
rambutnya harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan
ibu dapat dengan mudah melahirkan
o
Bayi baru lahir yang sedang tidur harus
ditemani dengan benda-benda tajam
Pekerjaan :kantoran
seringnya makan makanan cepat saji, kurangnya istirahat, menyebabkan ibu kelelahan dan beresiko tinggi
terhadap kehamilanya misalnya prematur.
Alamat :ke
adaan lingkungan yang seperti apa misalnya bersih apa tidak, kumuh apa tidak dan lain-lain
b.
Pengakjian
fisik pada bayi
Pemeriksaan pertama pada bayi baru
lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga,
riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan
dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu
yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan
pemeriksaan ini adalah :
1) Menilai
gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus
yang memerlukan resusitasi.
2) Untuk
menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3) Menentukan
apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat
perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukanyaitu :
1.
Penilaian APGAR
SKOR menurut (Saifuddin, 2006) hal: 248-249
Tanda
|
Skore 0
|
Skore 1
|
Skore 2
|
A
Appearance /warna kulit
|
Badan biru/pucat
|
Tubuh kemerahan, ektremitas biru
|
Merah seluruh tubuh
|
P
Pulse rate/frekuensi nadi
|
Tidak ada
|
Kurang dari 100
|
Lebih dari100
|
G
Grimance/reaksi rangsangan
|
Tidak ada
|
Sedikit gerakan mimik (grimace)
|
Batuk/bersin
|
A
Activity/tonus otot
|
Lunglai/lemas
|
Ektremitas dalam sedikit fleksi
|
Bergerak aktif
|
R
Respiration/pernapasan
|
Tidak ada
|
Menangis lemah, tidak teratur
|
Baik atau Menangis kuat
|
Keterangan :
Keadaan umum bayi di nilai satu menit setelah
lahir dengan penggunaan nilai apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia ataua tidak. Yang dinilai ialah frekuensi
jantung (heart rate), usaha napas (respiratory effort), tonus otot (muscle
tone) ,warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsangan (response tostimuli)
yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan napas
dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0,1,dan 2. Dari hasil penilaian
tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai Apgar 7-10),
asfiksia sedang-ringan (nialai Apgar 4-6) atau bayi menderita asfiksia berat
(nilai 0-3 ). Bila nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus
dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita asfiksia
lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya grjala-gejala neurologik-lanjutan di
kemudian hari lebih besar. Berhubung dengan itu,penilaian menurut Apgar
dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.
c.
Pemeriksaanfisikbayibarulahir
Pemeriksaan
ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang
perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan
pada pemeriksaan di kamar bersalin.
1) Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak
semi-koma,saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
dengan gerakan mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam.
2) Pemeriksaan
suhu
Suhu diukur di
aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3) Kulit
Inspeksi : Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi : Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4) Kepala
Inspeksi : Distribusi
rambut di puncak kepala.
Palpasi :
ΓΌ Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
ΓΌ Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang
sutura korona dan sutura segital.
ΓΌ Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang
sutura lambdoidalis dan sagitalis.
Wajah
Inspeksi
: Mata segaris dengan telinga,
hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.
Mata
Inspeksi :Kelompak mata tanpa petosis atau udem.,
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak anemis, iris
berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip
ada.
Telinga
Inspeksi :Posisi
telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang
rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
Hidung
Inspeksi :Posisi di garis tengah, nares utuh dan
bilateral, bernafas melalui hidung.
Mulut
Inspeksi :Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir
berbentuk penuh berwarna merah muda dan lembab, membran mukosa
lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula
di garis tengah, reflek menghisap serta reflek rooting ada.
Leher
Inspeksi :Rentang pergerakan sendi bebas,
bentuk simestris dan pendek.
Palpasi :Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
5) Dada
Inspeksi : Bentuk
seperti tong, gerakan dinding dada semetris, Frekuensi
nafas
40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi :
Ictus cordis teraba di mid klavikula sinistra ruang
interkosa
keempat
atau kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi : frekuensi
jantung 120-
160x/menit
dan
lebih cepat saat menanggis lebih dari 180x/menit.
Perkusi : Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
6) Abdomen
Inspeksi :
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua
arteri
dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Auskultasi : Bising usus ada 3-5 x / menit.
Palpasi :
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati
teraba
2 - 3 cm, di bawah
arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di
raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 -
3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
Perkusi : Timpanni kecuali
redup pada hati, limfa dan ginjal.
7) Genitalia
Genitalia wanita : Labia mayora menutupi labia
minora; verniks pada lipatan vagina agak
kemerahan atau edema,tanda vagina/hymen dapat terlihat, rabas lendir, dan
kemungkinan rabas berdarah
Genitalia pria :kulup uretra testis melekat pada
glans penis, lubang pada ujung penis, dapat diraba di tiap kantong skrotum.
8) Anus
Inspeksi :Posisi di tengah dan paten (uji dengan
menginsersi jari kelingking), pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
9) Tulang
belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan
pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel
atau spina bifilda.
Inspeksi : Kolumna spinalis lurus tidak ada defek
atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi : Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
10) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula,
siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh
jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama, karpal dan metacarpal ada dan
sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi : Humerus radius dan ulna ada, klavikula
tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa
selaput, jarak antar jari samabantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati
bantalan kuku rentang pergerakansendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan,
kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsalada dan sama kedua sisi reflek plantar
ada dan sismetris (reeder,2011 hal: 82-83.
11) Pemeriksaan
reflek
a)
Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) Grasping Reflex adalah bila telapak
tangan memberi rangsangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.
b)
Refleks leher (tonic neck reflex) pada bayi jatuh
tertidur atau keadaan tertidur menunjukan reflek dengan cepat putar kearah satu
sisi repon yang khas jika bayi mengahadap kekiri lengan dan kaki pada sisi itu
sedangkan lengan dan tungkainya akan berada dalamposisi fleksi (putar kepala
kearah kanan dan ektermitas akan mengambil postur yang berlawanan.
c)
Refleks menghisap dan membuka mulut (rooting reflex) menimbulkan reflek
sentuh bibir, pipi, atau sudut mulut bayi dengan puting. Respon yang khas bayi
menoleh kearah stimulus, membuka mulut, memasukan puting dan menghisap.
d)
Refleks moro (moro reflex) Releks Moro adalah bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi reflek lengan dan tangan terbuka serta kemudian
diakhiri dengan aduksi lengan (Bobak,2004 hal:397-399)
12) Pengukuran
atropometrik
a) Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri
alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan
keselamatan .
BBL normal 2500 – 4000gram.
b) Panjang badan
Letakkan bayi datar
dengan posisi lurus sebisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas
kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita. PB
normal : 48-50cm.
c) Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling
menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian atas alis LK
normal : 32 - 34
cm.
d) Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan
tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis putih. LD normal : 32 – 34 cm ( llyasjumiarni ) hlm : 56.
d.
Pengkajian
adaptasi fisiologi
1)
Sirkulasi
Rata-rata nadi apical 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam, meningkat
sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran)
Nadi perifer mungkin melemah,murmur jantung sering ada selama periode
transisi, TD berentang dari 60-80 mmHg (sistolik)/40-45 mmHg (diastolik)
Tali pusat diklem dengan aman tanpa rembesan darah,menunjukan
tanda-tanda pengeringan dalam 1-2 jam kelahiran mengerut dan menghitam pada
hari ke 2 atau ke 3.
2) Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam setelah
kelahiran. Urin tidak berwarna kuning pucat,dengan 6-10 popok basah per 24
jam.Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48 jam kelahiran.
3) Makanan atau
cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram.
Penurunan berat badan di awal 5%-10%
Mulut: saliva banyak,mutiara Epstein(kista epithelial)dan lepuh cekung
adalah normal palatum keras/margin gusi,gigi prekosius mungkin ada.
4) Neurosensori
Lingkar kepala 32-37 cm,fontanel anterior dan posterior lunak dan datar,
Kaput suksedaneum dan molding mungkin ada Selama 3-4 hari, Mata dan kelopak mata
mungkin edema, Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada.
Bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus
mata(telinga tersusun rendah menunjukan abnormalitas ginjal atau genetik)
Pemeriksaan neurologis : adanya reflek moro,plantar,genggaman palmar dan
babinski, respon reflex di bilateral/sama (reflex moro unilateral menandakan
fraktur klavikula atau cedera pleksus brakialis),gerakan bergulung sementara
mungkin terlihat.
Tidak adanya kegugupan,letargi,hipotonia dan parese.
5) Pernapasan
T akipnea khususnya setelah kelahiran sesaria atau
presentasi bokong.
Pola pernapasan diafragmatik dan abdominal dengan
gerakan sinkron dari dada dan abdomen(inspirasi yang lambat atau perubahan
gerakan dada dan abdomen menunjukan distress pernapasan)pernapasan dangkal atau
cuping hidung ringan,ekspirasi sulit atau retraksi interkostal.(ronki pada
inspirasi atau ekspirasi dapat menandakan aspirasi)
6) Keamanan
Warna kulit:akrosianosis mungkin ada,kemerahan atau
area ekomotik dapat tampak di atas pipi atau di rahang bawah atau area parietal
sebagai akibat dari penggunaan forsep pada kelahira
Sefalohematoma tampak sehari setelah kelahiran
Ekstremitas:gerakan rentang sendi normal kesegala
arah,gerakan menunduk ringan atau rotasi medial dari ekstremitas bawah,tonus
otot baik. (Reeder S. J., 2011) hlm : 79.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. ketidak
efektifan pola nafas berhubungan
dengan produksi mucus yang berlebihan
b. ketidak
efektifan pengaturan suhu yang berhubungan dengan transisi bayi
baru lahir ke lingkungan
c. resiko infeksi yang berhubungan dengan faktor sistem imun
belum matang
d.
Resiko tinggi terhadap
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kebutuhan kalori tinggi
akibat peningkatan laju metabilok.
3.
Intervensi
a. Ketidak
efektifan jalan nafas berhubungan dengan produksi mucus yang berlebihan
Rasional : membantu menghilangakan akumulasi cairan yang memudahkan
pernafasan dan membantu mencegah aspirasi
Intervensi : keringkan bayi dengan selimut tempatkan di
lengan orang tua tau di
unit pemanas
Rasional : menurun efek-efek stress dingin dan berhubungan dengan hipoksia
yang selanjutnya dapat menekan upaya pernafasan.
Intervensi : berikan oksigen hangat melalui masker pada 4-7/mnt bila di
ingginkan
b. Ketidak
efektifan pengaturan suhu yang berhubungan dengan transisi bayi
baru lahir ke lingkungan
Intervensi :
-
tempatkan bayi dalam
lingkungan hangat atau pada lengan orang tua.
-
gunakan tutup kepala karena 25 % panas
hilang pada bayi baru lahir melalui kepala.
-
- Dekap bayi diantara payudara ibu
dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki seperti kodok
serta kepala menoleh ke satu sisi
-
metode kangguru bisa dilakukan dalam
posisi ibu tidur dan istirahat
-
Metode ini dapat dilakukan pada ibu,
bapak atau anggota keluarga yang dewasa lainnya
Rasional : mencegah kehilangan panas melalui konduksi, dimana
panas
berpindah daribayike objek yang
lebih dingin dari bayi
Intervensi : kaji suhu inti neonates
Rasional : suhu kulit harus dipertahankan mendekati 36,5˚Cdan
suhu inti rectal
biasanya 0,5˚C
c.
resiko infeksi yang berhubungan dengan faktor sistem imun
belum matang
Intervensi : cuci tangan sebelum merawat tali pusat.
Rasional : mencucui
tangan adalah faktor yang paling penting untuk melindungi
bayi baru lahir
dari infeksi.
Intervensi :
rawat tali dengan teknik asetik dan antiseptik.
d.
Resiko tinggi terhadap
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kebutuh kalori tinggi akibat
peningkatan laju metabolic.
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat prenatal ibu terhadap kemungkinan stressor
yang berdampak pada simpanan glukosa neonates, seperti diabetes, hipertensi
karena kehamilan ( HKK ), atau gangguan jantung atau ginjal.
2) Perhatikan APGAR skor, kondisi saat lahir, tipe/waktu pemberian
obat, dan suhu awal pada penerimaan di ruang perawatan bayi.
3) Turunkan stressor fisik seperti stress dingin, pengarahan fisik,
dan pemajanan berlebihan pada pemancar panas.
4) Timbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan dan
setelah itu setelah itu setiap hari.
5) Auskultasi bising usus.
6) Anjurkan ibu segera memberi ASI.
Rasional :
menegah terjadinya infeksi.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pada beberapa
jam setelah bayi dilahirkan atau beberapa hari setelah dilahirkan, perubahan
fisiologis yang hebat yang penting bagi kesehatan dan ketahanan hidup, terjadi
pada bayi baru lahir. Selain perubahan fisiologis bayi tersebut, bayi baru
lahir harus beradaptasi dengan
bermacam-macam cara yang berbeda terhadap lingkungan yang benar-benar baru
meliputi : Pernapasan, Sirkulasi darah , Sistem imun, Pengaturan
suhu-metabolisme, Sistem neurologis, Sistem
gastrointestinal, Fungsi ginjal dan sekresi urine. Masalah- masalah bayi baru
lahir seperti asfiksia, icterus neonatorum, infeksi neonatorum, hipertermi
adalah masalah masalah yang sering terjadi.
Oleh karena itu
dibutuhkan peran perawat untuk memberikan penjelasan kepada keluarga
utamanya pada keluarga kelahiran anak pertama sehingga ibu dan ayah tidak akan cemas dengan kondisi bayinya.
2. Saran
Jika
dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangn dan kesalahan,kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih
baik dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Buku
Ajar Maternitas, Edisi 4, Jakarta : EGC. 2004
Doengoes,
Marilynn, E. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
2001
Manuaba, Ida
Bagus Gde, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta
: EGC. 1998
Mochtar, Rustam.
Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC. 1998
Prawirohardjo, Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I,
Jilid Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2006.
Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta
Sekian dulu postingan saya hari ini semoga bermanfaat.amin
wassalamualaikum
Komentar
Posting Komentar